Thursday, September 24, 2009

Makananku Sehari-hari (Bk 2, Bab 59)





BAB 59


Rindu Akan Kesempurnaan


Kristus :

AnakKu, jangan takut akan perjuangan hidup sehari-hari untuk mencapai kesempurnaan. Jika kamu telah melihat, meskipun untuk sesaat saja, kemuliaan Surga yang telah Kupersiapkan bagimu, maka kamu akan dengan gembira mau menerima segala cobaan dan penderitaan duniawi demi kepentinganKu. Tetapi Aku ingin kamu melakukan hal itu bukan hanya karena iming-iming imbalan abadi ini. Berusahalah untuk mencapai kesempurnaan dengan tujuan-tujuan yang murni dan yang terbaik. Lakukan hal itu karena Aku memang layak menerima kesetiaan dan upaya seperti itu.

2. Carilah kesempatan untuk melawan dirimu. Siksaan ini akan menjadi tanda pasti dari kemajuan rohanimu. Hati-hatilah terhadap penipuan diri. Periksalah tujuan-tujuan hidupmu, meskipun kelihatannya baik. Cabutlah segala sifat mencari kepentingan diri yang bodoh itu dengan cara melawan dirimu secara terus menerus.

3. Perlawanan terhadap diri sendiri yang bersifat adikodrati ini akan memurnikan kasihmu kepadaKu. Namun, didalam tindakan melawan diri sendiri ini, kamu harus tetap taat kepada atasanmu. Semakin tinggi kamu berusaha menuju kesempurnaan, semakin banyak kamu membutuhkan bimbingan dan konsultasi dari orang lain. Dia yang mematuhi atasannya adalah lebih sempurna dibandingkan dengan dia yang mengikuti keinginannya sendiri. Ketaatan adalah bukti yang paling pasti akan sifat kemurahan hati terhadapKu.

4. Hindarilah kebajikan yang palsu. Jangan melakukan sesuatu yang bisa menghalangi kamu untuk melaksanakan tugasmu sehari-hari. Segala bentuk disiplin diri yang bisa membuatmu tidak bermurah hati atau kurang hormat terhadap orang lain, bukanlah berasal dariKu. Bersiaplah jika kebajikanmu diuji oleh pengalaman hidup sehari-hari. Jangan takut akan kesalah-pahaman, kegagalan, direndahkan orang lain ataupun penderitaan. Kamu patut merasa takut jika melihat hari-harimu tidak diisi oleh kemajuan rohani yang jelas.

5. Hanya sedikit orang yang bisa mencapai kesempurnaan seperti ini karena memang hanya sedikit saja yang mau mempersembahkan dirinya kepadaKu tanpa syarat atau perkecualian. Mereka masih menyisakan sedikit akar cinta-diri dalam jiwanya; dan seperti semak yang merusak, akar itu semakin tumbuh dan sekaligus mematikan kebajikan yang masih lembut dan sedang tumbuh. Hanya dengan cara penyangkalan diri setiap hari kamu bisa menghancurkan semak penipuan diri yang mematikan itu.


Renungan :

Jika aku menginginkan kemajuan rohani yang benar tanpa rasa penipuan diri, aku harus melakukan tindakan penyangkalan diri ini. Aku bisa melakukannya dengan dua cara. Pertama, dengan rela aku mau menerima segala kekecewaan yang tidak diharapkan dan penderitaan yang datang kepadaku sepanjang hari, dan berterima kasih kepada Allah karena telah memberikan hal itu kepadaku. Didalam cobaan-cobaan ini aku bisa membaharui persembahan diriku kepada Kehendak ilahiNya. Kedua, aku bisa mencari kesempatan untuk melawan keinginan dan kesukaan alamiahku, hingga aku bisa mengarahkan keinginanku lebih penuh kepada Allah. Didalam semua ini, aku tetap harus siap menerima adanya pengarahan dan konsultasi dari pembimbing rohaniku dan atasanku. Hanya dengan begitu aku bisa merasa pasti bahwa keinginanku untuk meraih kesempurnaan adalah lengkap.

Doa :

Allahku, Kekayaanku yang terbesar, terangilah pikiranku untuk menghargai Engkau lebih banyak. Bangkitkanlah kemurahan hatiku untuk mempersembahkan kasihku tanpa sisa kepadaMu. Kuatkanlah usahaku untuk menyerahkan diriku sepenuhnya kepadaMu sepanjang hari. Buanglah dari hatiku segala kekhawatiran tentang masa laluku, segala keterikatan dengan masa kini, dan segala rasa takut akan masa depan. Pusatkan pikiranku secara penuh kepada kebaikanMu, yang membuatku haus selama ini akan satu hal, yaitu menyangkal diriku demi kasihku kepadaMu. Engkau berhak menerima yang terbaik yang ada dalam diriku. Biarlah aku memberikan hal itu tanpa rasa ragu. Ambillah kasihku dengan cara apapun yang Kau sukai, apakah itu dalam bentuk penderitaan fisik maupun cobaan-cobaan terhadap pikiranku. Aku hanya ingin satu hal, memberiMu segala-galanya yang ada padaku. Yesus adalah contohku bagi penyerahan diri ini. Dia dilahirkan dalam kemiskinan di kandang Bethlehem, dan mati dalam penderitaan di kayu salib di Kalvari. KemiskinanNya itu adalah bentuk penyerahan diriNya secara sukarela bagi kepentinganku. Aku berharap untuk meniru Yesus dalam hal penyerahan diri ini. Amin.