Tuesday, March 31, 2009

Berbagai doa


“Jika kamu meminta kepada Bapa dalam NamaKu, maka Dia akan memberikannya kepadamu” (Yoh.16:23).


Oh Bapa Yang Kekal, Putera TunggalMu, Kanak-kanak Yesus yang terkasih, telah menjadi milikku karena Engkau menyerahkanNya kepada kami. Aku mempersembahkan kepadaMu semua jasa dari masa kanak-kanakNya yang Ilahi, dan aku mohon kepadaMu dalam NamaNya, untuk membuka pintu-pintu Surga bagi banyak sekali anak-anak kecil yang akan mengikuti Anak Domba Ilahi ini selamanya.

“Sama seperti gambar Raja adalah sebuah sarana melalui apa segala sesuatu bisa dibeli dan dibayar didalam lingkup kerajaannya, maka melalui Wajah Terpuji itu, yang merupakan ‘keping uang Kemanusiaanku’ yang tak ternilai harganya, engkau akan menerima apa yang kau inginkan”.


Catatan: Suster Mary dari St. Peter memasuki Karmel di Tours pada tahun 1840. Tiga tahun kemudian dia menerima berbagai pewahyuan mengenai devosi kepada Wajah Kudus sebagai sarana untuk bersilih atas segala penghinaan. Lihatlah ‘Kehidupan dari Léon Papin-Dupont’, yang juga dikenal sebagai "Orang kudus dari Tours".


Bapa yang kekal, karena Engkau telah memberiku, sebagai harta warisanku, Wajah Yang Terpuji dari Putera IlahiMu, maka aku mempersembahkan Wajah itu kepadaMu, dan aku mohon kepadaMu sebagai ganti dari ‘keping uang’ yang tak ternilai harganya ini, agar Engkau sudi melupakan sikap tidak bersyukur dari jiwa-jiwa yang dipersembahkan kepadaMu, dan memaafkan kesalahan semua pendosa yang malang.


Doa kepada Kanak-kanak Kudus

Oh Yesus, Kanak-kanak Kudus yang terkasih, Hartaku satu-satunya, aku mengabaikan diriku demi segala perbuatanMu. Aku tidak mencari kebahagiaan yang lain selain meminta SenyumanMu yang manis. Berilah rahmat kepadaku serta keutamaan dari Kanak-kanak KudusMu, sehingga pada saat hari kelahiranku ke Surga nanti, para malaikat dan para kudus akan mengenal mempelaiMu ini: Teresa dari Kanak-kanak Yesus !


Doa kepada Wajah Kudus

Oh Wajah Yesus yang amat terpuji, Kecantikan luar biasa yang menawan hatiku, berikanlah KeserupaanMu yang Ilahi dalam diriku, sehingga tidak mungkin bagiMu untuk memandang mempelaiMu ini tanpa kelihatan DiriMu sendiri. Oh Kekasihku, demi kasih kepadaMu aku merasa puas untuk tidak melihat manisnya pandanganMu di dunia ini, tidak merasakan ciuman dari BibirMu yang kudus, namun aku mohon kepadaMu untuk mengobarkan aku dengan kasihMu, agar hal itu segera menguasai diriku, dan segera Teresa dari Wajah Kudus ini bisa menyaksikan WajahMu yang mulia di Surga.

Monday, March 30, 2009

Sosok Bunda Maria


Bagaimana sosok Bunda Maria ?

Berikut ini wawancara dengan para visiuner di Medjugorje


1. Pertama kali, coba katakan kepadaku, berapakah kira-kira tingginya Madonna, yang biasanya kau lihat itu ?

Seperti aku (Vicka). [5 feet 5 inches]

2. Apakah dia nampak ramping, atau bagaimana .... ?

Dia nampak agak ramping.


3. Sekitar berapa kg beratnya kira-kira ?

Sekitar 60 kg (132 pounds)


4. Menurutmu, usianya sekitar betapa tahun ?

Antara 18 – 20 tahun.

5. Jika dia bersama Kanak-kanak Yesus, apakah dia nampak lebih tua ?

Dia nampak seperti biasanya, sama saja.


6. Jika Bunda Maria ada bersamamu, apakah dia berdiri atau ....

Dia selalu berdiri.

7. Berdiri diatas apa ?

Dia nampak berdiri diatas awan kecil.

8. Apa warna dari awan itu ?

Keputih-putihan.

9. Pernahkah kamu melihatnya berlutut ?

Tidak pernah ! (Vicka, Ivan, Ivanka. . .)

10. Secara alami, Madonna memiliki wajah. Seperti apakah wajahnya: bulat atau panjang, oval ?
Wajahnya nampak agak panjang, oval, dan normal.


11. Apa warna wajahnya ?

Normal saja, agak cerah, dengan dagu kemerahan.

12. Apa warna keningnya ?

Biasa saja, cerah seperti wajahnya.


13. Bagaimana bibirnya ? Tebal atau tipis ?

Normal saja, indah, agak tipis.

14. Apa warnanya ?

Kemerahan, warna yang alami.

15. Apakah Bunda Maria memiliki kerutan-kerutan wajah, seperti kita ?

Biasanya tidak ada, mungkin ada sedikit, terutama jika dia tersenyum (Mirjana).

16. Adakah senyuman membahagiakan yang sering terlihat pada wajahnya ?

Mungkin lebih mirip dengan kelemah-lembutan yang tak terkira besarnya, ada sebuah senyuman yang nampak seolah hal itu berada dibawah kulitnya (Vicka).


17. Apa warna dari mata Bunda Maria ?

Matanya indah sekali. Berwarna biru cerah (semua menjawab seperti ini)

18. Apakah mata itu besar atau .... ?

Normal saja, mungkin sedikit besar (Marija).

19. Bagaimana bulu matanya ?

Lentik, normal.


20. Apa warna bulu matanya ?

Normal saja, tak ada yang istimewa.

21. Apakah itu tipis atau ... ?

Biasa saja, normal.

22. Tentu ssja Bunda Maria memiliki hidung. Bagaimana bentuknya, mancung atau ... ?

Hidungnya kecil, indah sekali (Mirjana), normal, serasi dengan wajahnya (Marija).


23. Alis matanya bagaimana ?

Alis matanya tipis, normal, berwarna hitam.

24. Bagaimana pakaian Madonna ?

Dia berpakaian seperti layaknya wanita yang sederhana.

25. Apa warna pakaiannya ?

Abu-abu, agak kebiruan (Mirjana).

26. Apakah pakaiannya melilit pada seluruh tubuhnya atau terusan memanjang.

Terusan memanjang kebawah.

27. Berapa panjang pakaiannya ?

Sampai menyentuh awan ditempatnya berdiri, seolah menyatu dengan awan itu.

28. Bagian lehernya bagaimana ?

Biasa saja, terbuka hingga bagian bawah lehernya.


29. Apakah sebagian lehernya kelihatan ?

Lehernya kelihatan, tetapi dadanya tidak.


30. Berapa panjang lengan pakaiannya ?

Sampai pada tangannya.


31. Apakah pakaiannya dihiasi sesuatu ?

Tidak, tidak ada apa-apanya.


32. Adakah sesuatu yang melingkar pada pinggangnya ?

Tidak ada.

33. Tubuh Madonna yang kau lihat itu, apakah dia nampak feminin ?

Tentu saja hal itu nampak sekali. Tetapi tak ada lainnya yang istimewa (Vicka).

34. Adakah sesuatu yang istimewa selain pakaiannya ?

Dia mengenakan kerudung pada kepalanya.

35. Apa warna kerudung itu ?

Putih.

36. Putih polos atau ... ?

Putih polos.

37. Seberapa jauh kerudung itu menutupi dia ?

Kerudung itu menutupi kepalanya, bahunya, dan seluruh tubuhnya dari punggung hingga samping tubuhnya.

38. Seberapa panjang kerudung itu ?

Sampai pada awan kecil dibawahnya, seperti pakaiannya.

39. Di bagian depan kerudung itu menutup sampai mana ?

Kerudung itu menutupi bagian belakang dan samping tubuhnya.

40. Apakah kerudung itu lebih tipis atau lebih tebal dari pada pakaiannya ?

Tidak, ia seperti pakaiannya.

41. Adakah perhiasan yang dipakainya ?

Tidak ada perhiasan apapun.

42. Pada ujungnya apakah ada hiasannya ?
Tidak ada.


43. Apakah Bunda Maria tidak memakai perhiasan sama sekali ?
Tidak ada.


44. Misalnya, pada kepalanya atau disekitar kepalanya ?

Ya, dia memakai mahkota beberapa bintang pada kepalanya.

45. Apakah selalu terdapat bintang disekitar kepalanya ?

Biasanya ada, selalu ada (Vicka).


46. Misalnya, ketika dia nampak bersama Yesus ?

Sama saja.


47. Berapa banyak bintang itu ?

12 buah.

48. Apa warnanya ?

Keemasan, warna emas.

49. Apakah bintang-bintang itu saling berhubungan satu sama lain ?

Bintang-bintang itu saling dihubungkan dengan sesuatu sehingga ia bisa berada di tempatnya (Vicka).

50. Apakah ada sedikit rambut Bunda Maria yang nampak ?

Ada sedikit rambutnya yang kelihatan.

51. Dimanakah itu ?

Sedikit diatas dahinya, dibalik kerudungnya, dari sebelah kiri.

52. Apa warnanya ?

Hitam.

53. Apakah telinganya kelihatan ?

Tidak, telinganya tak pernah kelihatan.

54. Jelasnya ?

Kerudungnya menutupi telinganya.


55. Bagaimana sikap Bunda Maria selama penampakan berlangsung ?

Biasanya dia memandang kearah kami, kadang-kadang kearah yang lain, pada apa yang dia tunjukkan kepada kami.

56. Bagaimana sikap tangannya ?.

Tangannya bebas, relax, terjulur.


57. Kapan tangannya terlipat ?

Hampir tak pernah, mungkin... kadang-kadang... pada saat doa Kemuliaan.

58. Apa lagi yang dilakukan tangannya selama penampakan ?

Dia tidak memberi tanda apa-apa melalui gerakan tangannya. Kecuali jika dia menunjukkan sesuatu.

59. Kemanakah arah telapak tangannya ketika dia menjulurkan tangannya ?

Biasanya telapak tangannya mengarah keatas, relax, jari-jarinya juga relax.

60. Apakah kuku tangannya juga kelihatan ?

Sebagian terlihat.


61. Bagaimana itu, apa warnanya ?

Warna alami, kukunya terpotong pendek.

62. Pernahkah kamu melihat kaki Bunda Maria ?

Tidak, tidak pernah, pakaiannya menutupi kakinya.

63. Akhirnya, apakah Bunda Maria itu cantik, seperti yang kau ceritakan itu ?

Ya, sesungguhnya kami tidak permah bercerita tentang hal itu, kecantikannya tak bisa diceritakan, itu bukanlah kecantikan seperti yang kita temukan disini, itu bersifat Surgawi, sesuatu yang hanya bisa kita lihat di Surga, dan dalam tingkatan tertentu saja.




MARY FRANCES TERESA DARI KANAK-KANAK YESUS DAN WAJAH KUDUS YESUS.


9 Juni, Pesta Tritunggal Terberkati, pada tahun rahmat 1895.


Sebuah doa pagi


Oh Tuhanku, aku mempersembahkan kepadaMu seluruh perbuatanku pada hari ini bagi intensi dan kemuliaan Hati Kudus Yesus. Aku ingin menyucikan setiap detak jantungku, setiap pikiranku, dengan melalui karya-karya yang paling sederhana, dengan cara menyatukannya dengan jasa-jasa yang tak terhingga dari Hati KudusMu. Dan aku ingin melakukan silih atas dosa-dosaku dengan cara melemparkannya kedalam tungku Kasih KerahimanNya.


Oh Tuhanku ! Aku mohon kepadaMu bagiku dan bagi orang-orang yang kukasihi, berilah kami rahmat untuk menggenapi Kehendak KudusMu secara sempurna, untuk menerima kebahagiaan dan kesedihan dalam kehidupan yang cepat berlalu ini demi kasih kepadaMu, agar suatu hari nanti kami bisa dipersatukan bersama di Surga untuk selamanya. Amin.


Konsekrasi kepada Wajah Kudus


Ditulis bagi para novis.


Oh Wajah Kudus Yesus yang amat terpuji. Karena Engkau telah menitahkan untuk memilih secara khusus jiwa-jiwa kami, agar Engkau bisa menyerahkan DiriMu kepada jiwa-jiwa kami, maka kami datang untuk mempersembahkan jiwa-jiwa ini kepadaMu. Oh Yesus, kami merasa mendengar Engkau bersabda: “Bukalah bagiKu, para saudaraKu, para mempelaiKu, karena WajahKu basah oleh embun, dan rambutKu oleh tetesan-tetesan malam” (Kid. 5:2). Jiwa-jiwa kami memahami bahasa kasihMu, kami ingin mengusap WajahMu yang manis, dan menghiburMu atas penghinaan yang dilakukan oleh orang-orang yang jahat. Di mata mereka Engkau masih ‘tetap tersembunyi’, mereka memperlakukan Engkau sebagai sasaran cemoohan” (Yes. 53:3).


Oh Wajah Terberkati, lebih indah dari pada kembang bakung dan mawar di musim semi. Engkau tidaklah tersembunyi bagi kami. Air mata yang menutupi mataMu amatlah berharga laksana mutiara yang kami kumpulkan, dan melalui nilainya yang tak terkira besarnya, untuk melunasi jiwa-jiwa dari para saudara kami.


Dari bibirMu yang amat terpuji, kami telah mendengar kalimatMu yang penuh kasih: “Aku haus”. Karena kami sadar bahwa rasa haus yang menguasai Engkau ini adalah haus akan kasih, maka untuk memuaskannya kami ingin memiliki kasih yang tak terhingga besarnya.


Mempelai dari jiwa kami yang terkasih, seandainya kami bisa mengasihi dengan semua hati yang ada di dunia ini, maka kasih itu akan menjadi milikMu saja... Berilah kami kasih ini oh Tuhan. Kemudian datanglah Engkau kepada para mempelaiMu dan puaskanlah rasa hausMu !


Berikanlah jiwa-jiwa kepada kami, ya Tuhan yang terkasih, kami haus akan jiwa-jiwa ! Terutama jiwa-jiwa para rasul dan para martir ! bahwa melalui mereka kami akan mengobarkan para pendosa dengan kasih kepadaMu.


Oh Wajah yang amat terpuji, kami akan berhasil memperoleh rahmat ini dariMu. Tanpa mempedulikan pengasingan kami, ‘disamping sungai-sungai Babilon’, kami akan menyanyikan di telinganMu melodi-melodi yang paling manis,karena Engkau menjadi Rumah satu-satunya dan sejati dari jiwa kami, maka nyanyian kami tidak akan seperti dinyanyikan di tanah yang asing (Mzm.136/137:4). Wajah yang terkasih dari Yesus, sementara kami menantikan hari yang kekal itu ketika kami akan memandang KemuliaanMu yang tak terhingga, maka seluruh keinginan kami adalah menyenangkan Mata IlahiMu dengan mempertahankan wajah kami tetap tersembunyi sehingga tak seorangpun di dunia ini bisa mengenali kami.... Yesus yang terkasih, Surga bagi kami adalah berupa WajahMu yang tersembunyi !

Sunday, March 29, 2009

DOA-DOA DARI SOEUR THÉRÈSE

DOA-DOA DARI SOEUR THÉRÈSE
(SI BUNGA KECIL DARI JESUS)



Tindakan penyerahan diri sebagai kurban Kasih Ilahi

Doa ini ditemukan setelah kematian Suster Teresa dari ‘Kanak-kanak Yesus’ dan dari ‘Wajah Kudus Yesus’ didalam salinan dari Kitab Injil yang dia bawa siang dan malam dekat dengan hatinya.

Oh Tuhanku, oh Tritunggal Yang Maha Kudus, aku ingin mengasihiMu dan membuat Engkau dikasihi, untuk bekerja demi kemuliaan Gereja Kudus dengan cara menyelamatkan jiwa-jiwa di dunia ini dan membebaskan mereka yang berada didalam Api Penyucian. Aku ingin menggenapi sepenuhnya KehendakMu yang kudus, dan meraih derajat kemuliaan yang Kau persiapkan bagiku didalam KerajaanMu. Dengan kata lain, aku ingin menjadi kudus. Namun dengan menyadari betapa lemahnya diriku, maka aku mohon kepadaMu Tuhanku, agar Engkau saja yang menjadi kesucianku.

Karena Engkau telah sangat mengasihi aku dengan memberikan Putera TunggalMu kepadaku untuk menjadi Juru Selamatku dan Mempelaiku, maka harta yang tak ternilai besarnya dari semua jasa-jasaNya kini menjadi milikku. Dengan gembira aku mempersembahkan semua itu kepadaMu, dan aku mohon dariMu untuk memandangku hanya melalui Mata Yesus saja, dan dengan HatiNya yang berkobar oleh kasih. Selain itu aku mempersembahkan kepadaMu segala jasa dari para kudus di Surga dan di dunia, bersama dengan semua perbuatan kasih mereka serta dari para malaikat kudus. Akhirnya aku mempersembahkan kepadaMu oh Tritunggal Yang Maha Kudus, kasih dan jasa-jasa dari Perawan Terberkati, Ibuku yang terkasih, kepadanya aku menyampaikan penyerahanku ini dengan memohon agar dia sudi membawanya kepadaMu.

Selama hari-hari kehidupannya di dunia, Putera Ilahinya, Mempelaiku yang amat manis, pernah berkata: “Jika kamu meminta kepada Bapa dalam NamaKu, Dia akan memberikannya kepadamu”. (John 16:23).

Karena itu aku merasa yakin bahwa Engkau akan memenuhi kerinduanku ini. Oh Tuhanku, bahwa semakin besar Engkau ingin memberi, semakin besar Engkau membuat kami menginginkannya. Didalam hati aku memiliki keinginan yang tak terhingga besarnya dan dengan penuh percaya aku mohon kepadaMu untuk memiliki jiwaku. Aku tak bisa menerima Engkau didalam Komuni Kudus sesering yang kuinginkan. Tetapi Tuhan, bukankah Engkau itu maha kuasa ?

Tinggallah dalam diriku seperti Engkau tinggal didalam tabernakel, dan jangan tinggalkan kurban kecilMu ini. Aku ingin menghibur Engkau demi para pendosa yang tak mengenal rasa terima kasih, dan aku mohon kepadaMu untuk mengambil segala kebebasanku didalam berbuat dosa. Jika karena kelemahanku aku sampai terjatuh, semoga dengan sekilas pandangan dariMu saja akan bisa membersihkan jiwaku, dan menelan segala ketidak-sempurnaanku, seperti api yang merubah segala benda menjadi api seperti dirinya.

Aku berterima kasih kepadaMu, oh Tuhanku, atas segala rahmat yang Kau limpahkan kepadaku terutama karena Engkau telah memurnikan aku didalam cawan penderitaan. Pada hari Penghakiman nanti aku akan bisa memandangMu dengan penuh sukacita, sementara Engkau memegang tongkat salibMu. Dan karena Engkau telah berkenan memberiku Salib yang amat berharga ini menjadi bagianku, maka aku berharap bisa seperti Engkau di Surga dan aku bisa menyaksikan Luka-luka Kudus dari kesengsaraanMu yang menyinari tubuhku yang sudah dimuliakan.

Setelah pengasingan di dunia ini aku ingin memiliki Engkau di Rumah Bapa kita. Namun aku tidak berusaha mengumpulkan harta di Surga. Aku ingin bekerja demi kasih kepadaMu saja, dengan tujuan utama untuk menyenangkan Engkau, menghibur Hati KudusMu, dan menyelamatkan jiwa-jiwa yang akan mengasihiMu selamanya.

Ketika ‘malam hari’ dari kehidupan ini tiba, aku akan berdiri dihadapanMu dengan tangan kosong, karena aku tidak meminta kepadaMu, Tuhanku, untuk memperhitungkan perbuatanku. Semua perbuatan baik kami hanyalah seperti noda di MataMu. Maka aku ingin dirampok oleh keadilanMu saja dan menerima dari kasihMu hadiah DiriMu yang bersifat kekal. Aku tidak ingin tahta yang lain, tak ada mahkota lainnya kecuali Engkau, oh Kekasihku !

Di mataMu waktu tak ada artinya, ‘satu hari adalah seperti seribu tahun’ (Ps. 39[40]:4). Dalam sesaat Engkau bisa mempersiapkan diriku untuk tampil layak dihadapanMu.




* * * * * * *


Agar hidupku ini menjadi sebuah tindakan kasih yang sempurna, maka aku mempersembahkan diriku sebagai kurban pembantaian kepada Kasih KerahimanMu, memohon kepadaMu untuk menguasai diriku terus menerus, dan mengijinkan aliran kelembutan yang tak terhingga besarnya berkumpul menuju kepadaMu dan melimpahi jiwaku. Maka aku akan bisa menjadi martir KasihMu, ya Tuhanku. Semoga kemartiran ini, setelah mempersiapkan diriku untuk hadir dihadapanMu, membebaskan aku dari kehidupan ini pada akhir nanti. Dan semoga jiwaku bisa terbang tanpa ditunda-tunda lagi, menuju pelukan kekal dari Kasih KerahimanMu.


* * * * * * *


Oh Kekasihku, di setiap denyutan jantungku aku ingin membaharui penyerahan ini tak terhingga kali banyaknya, ‘hingga bayang-bayang itu tertidur’ (Cant. 4:6) dan kemudian untuk selamanya aku akan bisa berkata tentang kasihku kepadaMu dengan cara berhadap-hadapan muka denganMu.

Saturday, March 28, 2009

Surat kepada saudaranya, misionaris (IX - X)



IX


July 26, 1897

Jika kamu membaca baris-baris kalimat ini mungkin aku sudah tidak ada lagi. Aku tidak tahu masa mendatang. Namun aku bisa berkata dengan percaya bahwa Mempelaiku sudah berada didepan pintu. Membutuhkan sebuah keajaiban untuk membuatku berada di tempat pengasingan, yang jauh dari Dia, dan aku tidak berpikir bahwa Yesus akan melakukan keajaiban itu, Dia tidak berbuat apa-apa yang tidak menghasilkan.

Saudaraku seminaris, aku bahagia sekali untuk mati. Ya, bahagia sekali.... bukan karena aku akan terbebas dari penderitaan. Sebaliknya, penderitaan yang digabungkan dengan kasih nampaknya sebagai sesuatu yang layak untuk dirindukan di lembah air mata ini. Namun aku bahagia untuk mati karena aku akan bisa menolong jiwa-jiwa yang kukasihi jauh lebih besar dari pada ketika aku berada di dunia ini.


Yesus selalu memperlakukan aku sebagai anak kecil yang mudah dibujuk. Memang benar bahwa SalibNya sudah ada bersamaku sejak aku berada didalam tempat tidur bayiku. Namun dengan salib itulah Dia memberiku kasih yang amat besar....



X


14 Agustus 1897

Aku akan pergi ke hadapan Tuhan dan aku kini mengerti lebih dari pada sebelumnya bahwa hanya ada satu saja yang perlu, yaitu bekerja bagi Dia saja dan tidak berbuat apa-apa bagi diri kita sendiri atau makhluk. Yesus ingin memiliki hatimu sepenuhnya. Sebelum hal ini terjadi, kamu akan harus banyak menderita, tetapi oh, betapa besar kebahagiaan itu pada saat datangnya hari yang membahagiakan itu dimana kamu pulang ke Rumahmu. Aku tidak akan mati, memang aku mati, tetapi aku memasuki Kehidupan ... dan bagaimanapun juga aku tak bisa mengatakan kepadamu di dunia ini dan aku akan mengatakannya nanti kepadamu di ketinggian Surga ....

Friday, March 27, 2009

Surat kepada saudaranya, misionaris (VIII)



VIII


1897

Apa yang menarikku kepada Rumah Surgawi kita adalah panggilan dari Guru kita, pengharapan untuk mengasihiNya akhirnya memenuhi seluruh keinginanku, ingatan bahwa aku akan bisa memenangkan kasih dari banyak sekali jiwa-jiwa bagi Dia, jiwa-jiwa yang akan memberkatiNya selamanya. Aku tidak pernah meminta kepada Tuhan agar aku mati muda, karena hal itu bagiku merupakan doa yang sombong, namun dari sejak masa kanak-kanakku Dia telah mengilhami aku dengan pikiran yang kuat bahwa hidupku ini hanya berlangsung sebentar saja. Aku merasa bahwa kita harus melewati jalan yang sama ke Surga, yaitu jalan penderitaan dan kasih. Ketika aku telah sampai di pelabuhan, aku akan mengajari kamu bagaimana cara berlayar yang terbaik ditengah lautan badai dunia ini, dengan penyangkalan diri dari seorang anak kecil yang menyadari akan kasih ayahnya, serta ketekunannya didalam berdoa pada saat menghadapi bahaya.

Aku ingin membuatmu mengerti akan kasih yang bisa diharapkan dari Hati Yesus. Suratmu yang terakhir telah membuat jantungku bergetar dengan manis sekali. Aku tahu betapa dekatnya jiwamu dengan jiwaku, karena Tuhan memanggil jiwa itu untuk naik menuju DiriNya dengan sarana ‘lift kasih’ tanpa melewati ‘anak tangga ketakutan’ yang terjal. Aku tidak heran jika kamu cukup kesulitan untuk menjadi akrab dengan Yesus sebab seseorang tak bisa akrab dalam sehari. Namun hal ini telah kusadari, aku akan menolongmu lebih besar lagi untuk melewati jalan yang indah ini ketika aku telah melepaskan beban dari tubuh yang bisa musnah ini. Kemudian kamu akan bisa berseru bersama St.Agustinus: “Kasih adalah batu pemberatku”. (Bersambung)

Thursday, March 26, 2009

Surat kepada saudaranya, misionaris (VII)



VII


13 Juli 1897

Jiwamu itu terlalu besar dan mulia untuk bergantung kepada penghiburan dari dunia ini, dan terutama saat ini, sebab tempat tinggalnya seharusnya berada di Surga, karena ada tertulis: “Dimana hartamu berada, disitu hatimu juga berada’ (Luk. 12:34). Bukankah Yesus adalah satu-satunya Hartamu ? Kini Dia berada di Surga, maka disanalah seharusnya hatimu berada. Juru Selamat yang amat manis ini telah melupakan ketidak-setiaanmu. Dia hanya melihat kepada keinginanmu akan kesempurnaan, dan penglihatan itu akan bisa membahagiakan HatiNya.

Jangan terlalu lama kamu tinggal di KakiNya, aku mohon kepadamu, tetapi ikutilah dorongan pertama ini untuk menyerahkan dirimu di TanganNya. Tempatmu ada disana, dan aku bisa melihat jelas, lebih jelas dari pada yang ada didalam suratmu terdahulu, bahwa semua jalan lain dari yang bersifat Surgawi adalah sia-sia bagimu, dan ingatlah selalu akan jalan yang dlalui oleh saudaramu yang kecil ini .


Aku setuju denganmu ketika kamu mengatakan bahwa Hati Yesus lebih bersedih oleh karena banyak ketidak-sempurnaan kecil-kecil dari para sahabatNya dari pada oleh kesalahan-kesalahan, yang amat besar yang dilakukan oleh para musuhNya.


Namun bagiku, saudaraku yang terkasih, misionaris, hanya jika mereka yang menjadi milikNya secara terus menerus berbuat kejahatan dan tidak mau mencari pengampunanNya, maka Dia berkata berkata: “Luka-luka yang kau lihat ditengah-tengah TanganKu ini, telah Kudapatkan di rumah orang yang mengasihi Aku” (Za. 13:6).


Namun HatiNya bergelora oleh kebahagiaan jika Dia menghadapi orang-orang yang sungguh mengasihi, yang setelah melakukan kesalahan kecil segera mereka datang menuju tanganNya dan memohon pengampunan. Dia berkata kepada para malaikatNya seperti yang dikatakan oleh ayah dari anak yang hilang itu kepada para hambanya: “Taruhlah cincin pada jarinya dan marilah kita bersukacita” (Luk 5:22).


Oh saudaraku, sungguh Kebaikan dan Kasih Kerahiman dari Hati Ilahi sedikit sekali diketahui oleh manusia. Memang benar bahwa untuk menikmati harta kekayaan ini kita harus merendahkan diri kita, harus mengakui kehampaan kita, dan dalam hal inilah banyak jiwa bergerak mundur. (Bersambung)

Wednesday, March 25, 2009

Surat kepada saudaranya, misionaris (VI)



VI


1897

Di dunia ini dimana segalanya selalu berubah, hanya ada satu saja yang tidak berubah, yaitu perlakuan yang diterima oleh Raja Surgawi dari para sahabatNya. Dari sejak saat Dia menegakkan fondasi Salib, maka didalam bayangnya semua orang harus bertempur dan menang. “Kehidupan setiap misionaris berkisar disekitar salib-salib”, demikian kata Théophane Vénard. Juga “Kebahagiaan sejati berada didalam penderitaan, dan agar bisa hidup maka kita harus mati”.

Maka berbahagialah saudaraku, misionaris, bahwa usaha pertama dari perutusanmu ditandai dengan meterai Salib. Yesus ingin membangun KerajaanNya lebih banyak dengan melalui penderitaan dan penganiayaan dari pada dengan kepandaian lidah dalam berbicara.

Kamu mengatakan kepadaku, bahwa dirimu masih seperti anak kecil yang tak bisa berbicara. Begitu juga dengan Pastor Mazel yang ditugaskan bersamamu, namun dia telah mendapatkan daun palma kemenangannya. Pemikiran Allah adalah jauh melebihi pemikiran kita ! Ketika aku tahu bahwa misionaris muda ini meninggal sebelum dia menginjakkan kaki di medan perjuangannya, maka aku tergerak untuk menyebut namanya. Aku merasa seolah melihatnya berada ditengah paduan suara para martir yang mulia. Tidak ragu lagi, di mata manusia dia tak layak menerima julukan sebagai martir, namun di mata Tuhan maka kematian yang tak kelihatan ini tidak kurang berharganya dibandingkan dengan kurban orang yang merelakan nyawanya demi Iman.

Meskipun seseorang haruslah dalam keadaan murni sempurna sebelum hadir dihadapan mata Allah Yang Maha Kudus, namun aku tahu bahwa Dia amat adil tak terhingga, dan KeadilanNya inilah yang menakutkan banyak sekali jiwa-jiwa dan sekaligus menjadi sumber dari segala kepercayaanku dan kebahagiaanku. Keadilan bukan saja berarti sikap keras dan tegas terhadap orang yang bersalah, tetapi keadilan itu juga berarti memperhitungkan niatan baik seseorang, dan memberikan ganjaran atas keutamaan yang telah dilakukan orang itu. Tentu saja aku berharap sebanyak mungkin dari Keadilan Tuhan sama seperti aku berharap akan Kerahiman dariNya. Karena Dia adil itulah maka “Dia berbelas kasihan dan mau menderita, serta berlimpah kerahimanNya. Karena Dia tahu keadaan kita, Dia ingat bahwa kita hanyalah debu semata. Seperti seorang ayah yang berbelas kasihan terhadap anak-anaknya maka Tuhan juga berbelas kasihan terhadap kita semua (Mzm.102[103]:8, 14, 13).

Oh saudaraku, seminaris, setelah mendengar kalimat yang cukup menghibur dari Nabi Kerajaan ini, bagaimana kita bisa ragu akan kuasa Allah untuk membuka pintu-pintu KerajaanNya bagi anak-anakNya yang mengasihiNya hingga mau melakukan kurban yang sempurna, yang bukan saja mau meninggalkan rumahnya, negaranya, dan yang berusaha membuatNya dikenal dan dikasihi, bahkan hingga mereka ingin menyerahkan nyawanya bagiNya ? Yesus bersabda bahwa tak ada kasih yang lebih besar dari pada tindakan ini. Diapun tak bisa dikalahkan dalam hal kemurahan kasihNya. Bagaimana mungkin Dia akan membersihkan jiwa-jiwa yang dikuasai oleh Kasih Ilahi didalam nyala Api Penyucian ?

Aku telah menggunakan banyak kalimat untuk menyatakan isi pikiranku. Namun aku khawatir hal itu masih belum sempurna. Apa yang ingin kusampaikan adalah bahwa menurut pendapatku semua misionaris adalah martir dengan melalui keinginan dan cita-cita mereka. Dan tidak satupun yang akan melewati Api Penyucian.

Inilah yang kemudian kupikirkan tentang Keadilan Tuhan. Jalanku sendiri adalah berupa kepercayaan dan kasih. Dan aku tak bisa mengerti akan jiwa-jiwa yang merasa takut kepada Sahabat yang amat penuh perhatian ini. Kadang-kadang ketika aku membaca buku, dimana kesempurnaan disuguhkan kepada kita bersama sekian banyak penghalang yang menghadang tercapainya tujuan kita, maka kepalaku yang hina ini segera merasa penat.

Aku menutup segala buku-buku pintar yang melelahkan otakku dan mengeringkan hatiku, dan kemudian aku berpaling kepada Kitab Suci. Maka semuanya menjadi jelas dan terang, sebuah kata telah membuka cakrawala yang tak terhingga luasnya, kesempurnaan nampak mudah dilaksanakan, dan aku melihat bahwa sudah cukuplah dengan mengakui kehampaan kita dan bersikap seperti anak-anak yang menyerahkan dirinya ke Tangan Tuhan Yang Maha Baik.

Dengan pikiran-pikiran yang besar dan luhur maka buku-buku yang indah itu yang tak bisa kumengerti maknanya, yang masih kurang kulaksanakan, aku merasa bahagia didalam kekerdilanku, karena ‘hanya anak-anak kecil dan mereka yang seperti itu akan diijinkan memasuki perjamuan Surgawi’ (Mat. 19:14). Untungnya ‘ada banyak tempat tinggal di Rumah BapaKu’ (Yoh. 14:2). Seandainya disana hanya ada tempat-tempat tinggal yang tak dapat dipahami bersama jalan-jalannya yang amat sulit, maka aku tak akan bisa masuk kesana..... (Bersambung)

Tuesday, March 24, 2009

Surat-surat kepada saudaranya, misionaris (iii,iv,v).



Surat-surat kepada saudaranya, misionaris.



III



24 Februari 1896.

Tolong, daraskanlah doa pendek ini bagiku setiap hari. Ia sudah mengungkapkan seluruh keinginanku:


“Bapa Yang Maha Rahim, dalam nama YesusMu yang manis dan Perawan Terberkati, dan dalam nama semua orang kudus, aku mohon kepadaMu untuk menguasai saudaraku ini dengan roh kasihMu dan memberinya rahmat untuk membuatnya berusaha membuatMu dikasihi”.


Jika Tuhan kita segera membawaku kepada DiriNya, aku masih memintamu untuk melanjutkan doa ini, karena kerinduanku akan tetap sama di Surga nanti seperti di dunia, yaitu mengasihi Yesus dan membuatNya dikasihi.


IV


Apa yang kuinginkan adalah Kehendak Suci Allah. Dan jika di Surga aku tak bisa lagi berusaha demi kemuliaanNya, maka aku lebih suka untuk dikucilkan dari pada tinggal di Rumah itu.


V


21 Juni 1897

Kamu bisa menyanyikan lagu Kerahiman Tuhan dengan baik. Lagu itu akan bisa memancar dari dirimu dengan gegap gempita. Kamu mengasihi St.Agustinus dan Maria Magdalena, yaitu jiwa-jiwa yang banyak berdosa namun banyak diampuni, karena mereka sangat mengasihi. Aku juga mengasihi mereka. Aku mengasihi penderitaan mereka, dan juga kasih mereka yang amat berani.


Ketika aku melihat Maria Magdalena muncul dihadapan semua tamu Simon, untuk membasuh Kaki Gurunya dengan air matanya, yaitu Kaki yang untuk pertama kalinya disentuh Maria Magdalena, aku merasakan bahwa hatinya telah mampu menakar dan menyelami lembah kasih dan kerahiman itu, yaitu Hati Yesus. Dan aku merasa bahwa bukan saja Dia ingin mengampuni, tetapi juga untuk membagikan karunia-karunia persahabatan Ilahiah dan akrab, dan mengangkat Maria Magdalena kepada ketinggian doa yang paling mulia.


Saudaraku, karena aku juga diberi rahmat untuk bisa mengerti Kasih dari Hati Yesus, aku mengakui bahwa semua rasa takut telah hilang dari diriku. Ingatan akan kesalahan-kesalahanku telah merendahkan aku, dan hal itu telah membuatku untuk tidak bergantung kepada kekuatanku sendiri, yang sebenarnya hanya berupa kelemahan saja. Tetapi lebih dari semuanya, hal itu berbicara kepadaku tentang kerahiman dan kasih. Ketika suatu jiwa memiliki kepercayaan seperti kanak-kanak menyerahkan segala kesalahannya kepada tungku api Kasih, maka semua itu akan ditelan habis dengan sempurna.


Aku tahu bahwa banyak orang kudus telah melewati hidup mereka dengan melakukan banyak silih sebagai penebusan atas dosa-dosa mereka. Tetapi bagaimanakah itu ? “Di rumah BapaKu ada banyak tempat tinggal” (John 14:2). Ini adalah sabda Yesus dan karena itu aku mengikuti jalan yang Dia tandai bagiku. Aku berusaha untuk tidak memperhatikan diriku sendiri dan hanya memperhatikan apa yang dikehendaki Yesus dalam jiwaku.

Monday, March 23, 2009

Surat-surat kepada saudaranya, misionaris (i.ii)


I


1895.

Tuhan kita yang Ilahi tidak meminta kurban yang melebihi kekuatan kita. Kadang-kadang memang benar, Dia membuat kita merasakan sepenuh-penuhnya pahitnya piala yang ditaruhNya di bibir kita. Dan jika Dia menghedaki kurban dari semua orang yang dikasihiNya di dunia ini, hal itu tidak mungkin terjadi tanpa adanya rahmat yang istimewa untuk tidak berseru seperti yang dilakukanNya selama kesengsaraanNya di Taman: “Bapa, biarlah piala ini berlalu dari padaKu”. Tetapi kita harus segera berkata: “Namun bukanlah kehendakku, melainkan kehendakMulah yang terjadi” (Mat. 26:39). Cukup menyenangkan jika merenungkan bahwa Yesus, ‘Allah yang kuat’ (Yes. 9:6) telah merasakan semua kelemahan kita dan Dia gemetar demi melihat piala yang pahit itu, namun yang sangat diinginkanNya.


Nasibmu memang baik, karena Tuhan telah memilih hal itu bagimu, dan Dia telah merasakan sentuhan pertama dengan BibirNya, piala yang Dia tawarkan kepadamu itu. Ada seorang kudus pernah berkata: “Kehormatan terbesar yang bisa diberikan Tuhan kepada suatu jiwa adalah bukan memberikan hal-hal yang besar kepadanya, tetapi meminta hal-hal yang besar darinya”. Yesus memperlakukan kamu sebagai anak yang istimewa. Adalah keinginanNya agar kamu mulai melaksanakan tugasmu saat ini (Surat ini dan surat berikutnya ditujukan kepada seorang seminaris) dan menyelamatkan jiwa-jiwa melalui Salib. Bukankah dengan penderitaan dan kematian Dia menebus dunia ? Aku tahu bahwa kamu senang dengan menyerahkan hidupmu bagiNya. Namun kemartiran didalam hati tidaklah lebih sedikit buahnya dibandingkan dengan kemartiran darah. Dan kemartiran didalam hati ini telah terjadi dalam dirimu. Bukankah aku memiliki alasan yang baik untuk berkata bahwa nasibmu memang baik dan indah, layak untuk menjadi murid Kristus ?



II


1896.


Marilah kita bekerja sama demi keselamatan jiwa-jiwa. Kita hanya memiliki satu hari saja didalam kehidupan ini untuk menyelamatkan mereka, maka berilah kepada Tuhan kita bukti dari kasih kita. Besok adalah Keabadian, dan kemudian Yesus akan memberimu ganjaran seratus kali lipat dengan kebahagiaan yang amat manis sebagai ganti atas kebahagiaan yang kau serahkan kepadaNya. Dia tahu besarnya kurbanmu. Dia tahu bahwa penderitaan dari orang-orang yang kau kasihi sangat meningkatkan penderitaanmu. Namun Dia juga telah mengalami penderitaan kemartiran yang sama demi keselamatan kita. Diapun telah meninggalkan IbuNya, Dia menyaksikan Perawan yang tak berdosa berdiri di kaki salib, dimana hatinya tertusuk pedang penderitaan, dan aku berharap Dia juga akan menghibur ibumu .... aku mohon kepadaNya untuk dengan suka hati melakukan hal itu kepada ibumu.


Ah ! Seandainya Guru Ilahi mengijinkan orang-orang yang akan kau tinggalkan pergi demi kasih kepadaNya, bisa menyaksikan kemuliaan yang disediakan bagi mereka, dan perarakan yang semarak dari jiwa-jiwa yang akan memandu dirimu ke Surga, maka mereka akan merasakan ganjaran atas kurban besar yang sudah mereka lakukan. (Bersambung)

Sunday, March 22, 2009

Surat kepada kemenakannya



Surat kepada kemenakannya,

Jeanne Guérin

(MADAME LA NÉELE)



August, 1895.

Sungguh apa yang diminta oleh Tuhan darimu adalah berupa kurban yang besar, Jeanne yang terkasih, dengan cara memanggilmu sebagai Marie kecil, untuk menuju Karmel. Tetapi ingatlah bahwa Dia telah menjanjikan imbalan seratus kali lipat kepada orang yang demi kasih kepadaNya telah bersedia meningalkan, bapa, ibu dan saudaranya (Mark 10:30). Kini demi kasih kepada Yesus, kamu tidak ragu lagi untuk berpisah dengan saudaramu yang paling kau kasihi, lebih dari pada yang bisa diucapkan oleh kata-kata. Karena itu Dia terikat kepada janjiNya. Aku tahu bahwa kalimat ini berlaku bagi mereka yang memasuki kehidupan religius, namun hatiku mengatakan kepadaku bahwa kalimat itu juga berlaku bagi orang yang kemurahan hatinya begitu besar sehingga mereka mau mengurbankan bagi Tuhan bahkan orang-orang yang dikasihinya.

Saturday, March 21, 2009

Surat-surat kepada kemenakannya

Surat kepada kemenakannya,
Marie Guérin, (II)


1894

Kamu adalah seperti beberapa orang wanita desa, ketika dicari-cari oleh seorang raja yang berkuasa untuk dinikahi, dia tidak mau menerimanya. Dengan alasan bahwa dirinya masih belum cukup kaya dan dia merasa asing dengan lingkungan kerajaan. Tetapi bukankah pengasihnya yang seorang raja itu lebih tahu dari pada dia, tentang besarnya kemiskinan dan kebodohannya ?.

Marie, meskipun kamu itu bukanlah apa-apa, janganlah lupa bahwa Yesus adalah Segalanya. Kamu hanya perlu menyerahkan kehampaanmu kepada Segalanya Yang Tak Terbatas itu, dan dengan begitu kamu hanya memikirkan Segalanya itu yang layak menerima kasihmu.

Kamu berkata kepadaku bahwa kamu ingin melihat buah dari usahamu. Itulah yang akan disembunyikan Yesus darimu. Dia ingin merenungkannya sendiri, buah-buah kecil dari keutamaan yang kita lakukan. Hal itu bisa menghiburNya.

Kamu salah, Marie, jika kamu mengira bahwa Thérèse berjalan dengan gembira disepanjang jalan Kurban. Kelemahannya masih sangat besar dan setiap hari selalu ada pengalaman yang baru dan menyehatkan yang membuat rumah itu semakin jelas baginya. Namun Yesus senang mengajarinya bagaimana memuliakan kelemahannya. (2 Cor. 11:5). Itu adalah sebuah rahmat yang besar dan aku berdoa agar Dia juga memberikan hal itu kepadamu, karena dengan rahmat itu datanglah rasa damai dan ketenangan didalam hati. Jika kita melihat penderitaan kita, maka kita akan tidak senang melihat diri kita sendiri, tetapi hanya memandang kepada Kekasih kita saja.

Kamu bertanya kepadaku tentang cara untuk meraih kesempurnaan. Yang aku tahu hanya Kasih, hanya Kasih saja ! Hati kita diciptakan bagi hal ini saja. Kadang-kadang aku berusaha mencari kata yang lain bagi kasih, namun di sebuah tanah pengasingan seperti ini, ‘kata yang memiliki awal akan memiliki akhir’ (St. Augustine), disini tak bisa melukiskan secara layak tentang emosi-emosi dari jiwa, maka kita harus tetap terpaku kepada satu kata yang sederhana itu: KASIH.

Namun kepada siapakah hati kita melimpahkan kasih ini dan siapakah yang layak menerima harta kekayaan ini ? Adakah seseorang yang bisa memahaminya dan, lebih dari semuanya, adakah seseorang yang bisa membalasnya secara layak ? Marie, hanya Yesus sendiri yang mengerti kasih itu. Hanya Dia saja yang bisa membalasnya, ya, jauh tak terhingga lebih besar dari pada yang bisa kita lakukan.