Saturday, March 21, 2009

Surat-surat kepada kemenakannya

Surat kepada kemenakannya,
Marie Guérin, (II)


1894

Kamu adalah seperti beberapa orang wanita desa, ketika dicari-cari oleh seorang raja yang berkuasa untuk dinikahi, dia tidak mau menerimanya. Dengan alasan bahwa dirinya masih belum cukup kaya dan dia merasa asing dengan lingkungan kerajaan. Tetapi bukankah pengasihnya yang seorang raja itu lebih tahu dari pada dia, tentang besarnya kemiskinan dan kebodohannya ?.

Marie, meskipun kamu itu bukanlah apa-apa, janganlah lupa bahwa Yesus adalah Segalanya. Kamu hanya perlu menyerahkan kehampaanmu kepada Segalanya Yang Tak Terbatas itu, dan dengan begitu kamu hanya memikirkan Segalanya itu yang layak menerima kasihmu.

Kamu berkata kepadaku bahwa kamu ingin melihat buah dari usahamu. Itulah yang akan disembunyikan Yesus darimu. Dia ingin merenungkannya sendiri, buah-buah kecil dari keutamaan yang kita lakukan. Hal itu bisa menghiburNya.

Kamu salah, Marie, jika kamu mengira bahwa Thérèse berjalan dengan gembira disepanjang jalan Kurban. Kelemahannya masih sangat besar dan setiap hari selalu ada pengalaman yang baru dan menyehatkan yang membuat rumah itu semakin jelas baginya. Namun Yesus senang mengajarinya bagaimana memuliakan kelemahannya. (2 Cor. 11:5). Itu adalah sebuah rahmat yang besar dan aku berdoa agar Dia juga memberikan hal itu kepadamu, karena dengan rahmat itu datanglah rasa damai dan ketenangan didalam hati. Jika kita melihat penderitaan kita, maka kita akan tidak senang melihat diri kita sendiri, tetapi hanya memandang kepada Kekasih kita saja.

Kamu bertanya kepadaku tentang cara untuk meraih kesempurnaan. Yang aku tahu hanya Kasih, hanya Kasih saja ! Hati kita diciptakan bagi hal ini saja. Kadang-kadang aku berusaha mencari kata yang lain bagi kasih, namun di sebuah tanah pengasingan seperti ini, ‘kata yang memiliki awal akan memiliki akhir’ (St. Augustine), disini tak bisa melukiskan secara layak tentang emosi-emosi dari jiwa, maka kita harus tetap terpaku kepada satu kata yang sederhana itu: KASIH.

Namun kepada siapakah hati kita melimpahkan kasih ini dan siapakah yang layak menerima harta kekayaan ini ? Adakah seseorang yang bisa memahaminya dan, lebih dari semuanya, adakah seseorang yang bisa membalasnya secara layak ? Marie, hanya Yesus sendiri yang mengerti kasih itu. Hanya Dia saja yang bisa membalasnya, ya, jauh tak terhingga lebih besar dari pada yang bisa kita lakukan.