Tuesday, March 3, 2009

Surat Soeur Thérèse kepada Bunda Agnes dari Yesus (II)



II


(Ditulis selama menjalani retret sebelum menerima seragam biara)


Januari, 1889.

Rasa kering dan mengantuk – inilah gambaran dari keadaan jiwaku didalam berhubungan dengan Yesus. Tetapi karena Kekasihku itu ingin segera tidur, maka aku tidak akan mencegahNya. Aku sudah merasa bahagia jika Dia tidak menganggapku sebagai orang asing, tetapi Dia menyambutku dengan ramah. Dia boleh menusuk ‘bola kecil’Nya ini dengan jarum yang cukup tajam untuk melukaiku, asalkan perlakukan itu berasal dari tangan Sahabat yang penuh kasih ini, yang amat manis dan amat lembut. Betapa besar bedanya jika hal itu berasal dari tangan manusia.


Namun aku merasa bahagia, sangat bahagia untuk menderita ! Jika Yesus sendiri tidak menusukku, Dia akan menuntun tangan lain yang akan melakukannya. Ibu, ketahuilah bahwa aku sangat tidak memperhatikan hal-hal duniawi ini, dan betapa tidak berartinya semua keindahan dari ciptaan ini bagiku. Malang benar nasibku jika aku sampai memilikinya. Hatiku serasa luas sekali jika aku merenungkan benda duniawi ini, sebab semua benda itu tak akan mampu memenuhi hatiku. Namun dengan berada disamping Yesus, terasa betapa kecilnya hatiku itu. Dia amat baik kepadaku, Tuhan yang akan segera menjadi Mempelaiku. Dia amat layak untuk dikasihi, karena Dia tidak memngijinkan aku menjadi tawanan dari kebahagiaan yang cepat berlalu ini. Dia tahu betul bahwa jika Dia memberiku bayangan dari kebahagiaan dunia ini, maka aku akan bergantung kepadanya dengan segenap hatiku. Maka Dia lebih senang membiarkan aku berada didalam kegelapan dari pada harus memberiku kemilau yang palsu yang bukan merupakan DiriNya sendiri.


Aku tidak ingin ada makhluk yang memiliki satu atompun dari kasihku. Aku ingin memberikan semuanya kepada Yesus, karena Dia telah membuatku sadar bahwa Dia sajalah kebahagiaan sempurna itu. Segalanya, segalanya adalah bagi Dia. Meskipun aku tidak memiliki apa-apa, seperti pada malam ini, maka aku akan menyerahkannya juga kepadaNya. (Bersambung)