Thursday, March 26, 2009

Surat kepada saudaranya, misionaris (VII)



VII


13 Juli 1897

Jiwamu itu terlalu besar dan mulia untuk bergantung kepada penghiburan dari dunia ini, dan terutama saat ini, sebab tempat tinggalnya seharusnya berada di Surga, karena ada tertulis: “Dimana hartamu berada, disitu hatimu juga berada’ (Luk. 12:34). Bukankah Yesus adalah satu-satunya Hartamu ? Kini Dia berada di Surga, maka disanalah seharusnya hatimu berada. Juru Selamat yang amat manis ini telah melupakan ketidak-setiaanmu. Dia hanya melihat kepada keinginanmu akan kesempurnaan, dan penglihatan itu akan bisa membahagiakan HatiNya.

Jangan terlalu lama kamu tinggal di KakiNya, aku mohon kepadamu, tetapi ikutilah dorongan pertama ini untuk menyerahkan dirimu di TanganNya. Tempatmu ada disana, dan aku bisa melihat jelas, lebih jelas dari pada yang ada didalam suratmu terdahulu, bahwa semua jalan lain dari yang bersifat Surgawi adalah sia-sia bagimu, dan ingatlah selalu akan jalan yang dlalui oleh saudaramu yang kecil ini .


Aku setuju denganmu ketika kamu mengatakan bahwa Hati Yesus lebih bersedih oleh karena banyak ketidak-sempurnaan kecil-kecil dari para sahabatNya dari pada oleh kesalahan-kesalahan, yang amat besar yang dilakukan oleh para musuhNya.


Namun bagiku, saudaraku yang terkasih, misionaris, hanya jika mereka yang menjadi milikNya secara terus menerus berbuat kejahatan dan tidak mau mencari pengampunanNya, maka Dia berkata berkata: “Luka-luka yang kau lihat ditengah-tengah TanganKu ini, telah Kudapatkan di rumah orang yang mengasihi Aku” (Za. 13:6).


Namun HatiNya bergelora oleh kebahagiaan jika Dia menghadapi orang-orang yang sungguh mengasihi, yang setelah melakukan kesalahan kecil segera mereka datang menuju tanganNya dan memohon pengampunan. Dia berkata kepada para malaikatNya seperti yang dikatakan oleh ayah dari anak yang hilang itu kepada para hambanya: “Taruhlah cincin pada jarinya dan marilah kita bersukacita” (Luk 5:22).


Oh saudaraku, sungguh Kebaikan dan Kasih Kerahiman dari Hati Ilahi sedikit sekali diketahui oleh manusia. Memang benar bahwa untuk menikmati harta kekayaan ini kita harus merendahkan diri kita, harus mengakui kehampaan kita, dan dalam hal inilah banyak jiwa bergerak mundur. (Bersambung)