Monday, November 30, 2009

Berdoalah Credo




B A B 5

“Yang turun ke tempat penantian, pada hari ke tiga bangkit dari antara orang mati”.

Kalimat didalam doa Credo ini dibuat dengan berbagai kesulitan. Hal itu kemudian dilengkapi pada tahun 570.

Mula-mula, kata ‘turun’ memberikan tiga pengertian : langit diatas yang diciptakan, bumi yang berada ditengahnya, dan tempat tinggal orang mati, yang di bawah. Struktur alam semesta seperti ini sulit sekali diterima oleh orang modern sekarang.

Kemudian terdapat kata ‘neraka’. Saat ini, ‘neraka’ berarti tempat hukuman bagi orang yang dikutuk. Namun ia tidak berarti seperti itu didalam doa Credo. Perjanjian Baru berbicara tentang neraka dari orang-orang terkutuk sebagai ‘Gehenna’ (Mat.5:29-30; 10:28), atau ‘Tartarus’ (2 Ptr.2:4). Dan bagi kata Surga, digunakan istilah ‘dada Abraham’ (Luk.17:22) atau Firdaus (Luk. 23:43).

‘Neraka’ yang ada didalam doa Credo berarti ‘dunia orang mati’ (Kis. 2:27,31) atau Sheol. Untuk istilah bahasa Yunani dan Yahudi, Hades atau Sheol berarti ‘dunia orang mati’, dan digambarkan sebagai suatu tanah yang kelabu, suram, tanpa ada terang, tak berwarna, tak ada kebahagiaan, dimana penghuninya bergerak seperti hantu, dan lebih menyerupai makhluk ‘bukan-manusia’ dari pada manusia.

Didalam menyatakan bahwa Yesus turun ke tempat penantian, (didalam bahasa Inggris dari Credo digunakan kata ‘hell’,yang berarti neraka, tetapi didalam bahasa Indonesia, hal itu diterjemahkan sebagai ‘tempat penantian’), doa Credo ini menyatakan dua hal.

Pertama, ia menegatakan bahwa Yesus sesungguhnya telah mati, bahwa Dia telah merasakan kematian hingga tetes darahNya yang penghabisan. Paus Yohanes Paulus II mengatakan :”Selama tiga hari (tidak penuh) diantara saat Dia menghembuskan napas terakhir (Mrk. 15:37) hingga KebangkitanNya, Yesus mengalami ‘rasa dari kematian’, yaitu pemisahan tubuh dari jiwa, seperti yang dialami oleh semua orang. (Didalam Credo bagi Misa anak-anak, kalimat ini berbunyi :’Dia turun ke tempat orang mati’, berarti bahwa Dia benar-benar mati).

Kedua, kalimat ‘Dia turun ke tempat penantian’ mengatakan bahwa penebusan oleh Yesus ini berlaku bagi semua orang, bagi mereka yang pernah hidup dan telah mati sebelum Kristus ada di dunia ini. Bapa Suci, Yohanes Paulus II, memberi komentar tentang kalimat yang ada didalam tulisan Petrus :’Dan didalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang didalam penjara’ (1 Ptr. 3:19), Paus Yohanes Paulus II berkata :”Hal ini menunjukkan secara kiasan, luasnya cakupan karya penyelamatan Kristus kepada orang-orang yang adil, laki-laki dan perempuan, yang telah mati sebelum Dia”.

Pernyataan itu berarti bahwa hal itu memberi kita pengharapan. Neraka, seperti anda tahu, adalah keadaan yang ditinggalkan oleh Allah, tidak ada Allah disitu. Pada suatu acara retret yang diberikan oleh Eileen George, dia memberikan gambaran tentang rasa sakitnya neraka.

“Berkali-kali didalam tugas perutusan saya, saya mendengar keluhan, baik fisik maupun rohani. Namun keluhan yang paling sering adalah : ‘Tuhan telah meninggalkan aku. Dia mengabaikan aku. Aku tidak mau lagi berdoa. Aku tidak merasa ingin berdoa. Dia tak mau mendengar aku. Dia tak mau menjawab doa-doaku. Jika Dia ada disini, mengapa Dia melakukan hal ini kepadaku ?’ ”.

“Setiap kali saya mendengar keluhan semacam ini, ‘Tuhan telah mengabaikan aku’, saya ingat akan pelajaran tentang neraka. Maka disini saya membagikan kepada anda tentang penglihatan atau impian saya tentang neraka. Hal ini bukanlah untuk menakut-nakuti anda, tetapi untuk memberikan satu pelajaran kepada anda, seperti halnya saya belajar suatu pelajaran.

Suatu hari saya pernah bermimpi.... saya melihat Allah Bapa. Dia berkata kepada saya :”Peganglah tanganKu, nak. Aku ingin membawamu ke suatu tempat. Maka saya lalu memegang tangan Bapa, dan Dia membawa saya ke pintu-pintu gerbang yang amat besar. Pintu-pintu itu tidak terbuat dari besi ataupun kayu, atau dari bahan lainnya seperti yang pernah yang saya lihat. Bapa kemudian melepaskan DiriNya dari pegangan tangan saya dan berkata :’Kamu harus masuk. Aku tak bisa memasuki tempat itu’. Saya menjadi bingung, tetapi saya mematuhiNya. Bapa melepaskan tanganNya dan saya berjalan melewati pintu-pintu itu. Saya mendengar bunyi dentangan yang keras dibelakang saya dan ternyata pintu-pintu itu tertutup sendiri.

Tempat itu adalah sebuah kegelapan, namun disitu ada cahaya yang bukan seperti yang sudah kita kenal selama ini. Tempat itu amat lembab dengan bau-bauan yang amat mengerikan. Tak ada kehidupan disitu, tak ada tanda-tanda kehidupan : tak ada rumput, burung-burung, tak ada siulan dari pepohonan, karena tak ada pohon disitu, tak ada tanda-tanda kehidupan apapun juga disitu. Saya mulai merasakan sedikit ketakutan. Saya mencium aroma yang mengerikan, tetapi ia bukan berasal dari tingkatan dimana saya berada saat itu (di neraka, tempat saya berdiri ini adalah tingkatan yang pertama, dan ada banyak tingkatan yang semakin menurun kearah bawah, sesuai dengan derajat pengadilan Bapa). Saya tahu aroma itu, bau daging yang terbakar yang membuat rasa mual, yang berasal dari tingkatan lain di neraka itu.

Itu adalah sebuah tempat yang amat mengerikan. Saya ingin segera lari dan keluar dari sana, karena sebuah rasa sakit yang hebat mulai menyerang perut saya. Nampaknya seperti mau mati rasanya. Saya harus segera keluar dari tempat ini (saya memiliki penyakit kanker dan saya kesakitan, kadang-kadang ketika saya merasa kesakitan, saya merasa akan kehilangan daya ingat saya), karena tempat ini mengerikan sekali dan rasa sakitnya hebat sekali, belum pernah saya alami sebelumnya. Ketika saya berusaha bergerak, kaki saya terasa seperti dibalut semen.

Akhirnya saya melihat ada dua makhluk. Mereka nampak seperti tonggak dari arang batubara yang membara, namun tak ada daun-daunnya disitu, tak ada tanda-tanda kehidupan padanya. Mereka telanjang, namun saya tak bisa mengatakan dia itu laki-laki atau perempuan. Rambutnya panjang dan gelap. Akhirnya, ketika kaki saya bisa digerakkan, saya melihat orang-orang itu melihat kearah saya, wajahnya nampak kabur tak berbentuk. Belum pernah saya melihat wajah seperti itu sebelumnya. Matanya membuat cekukan seperti telur, dimana nampak api yang menyala-nyala didalam mata itu tetapi tidak sampai menyembur keluar.

Namun pemandangan itu tidak begitu menyakitkan seperti rasa sakit didalam tubuh saya ini. Sejauh ini, rasa sakit itu yang paling besar yang pernah saya alami.

Akhirnya, saya mencapai pintu dan saya terjatuh diluar pintu itu di kaki Daddy-Allah. Rasa sakit itu langsung hilang. Saya menyadari ketika saya memandang mata Bapa bahwa rasa sakit ini merupakan bentuk tidak hadirnya Daddy-Allah di tempat itu.

Karena itu rasa sakit yang terbesar di neraka adalah karena tidak adanya Tuhan disitu. Itu adalah rasa sakit yang amat mengerikan, namun segera setelah aku berada diluar pintu-pintunya, dihadapan Bapa, sakit itupun menghilang.

Karena itu jika ada rasa sakit yang amat besar, janganlah datang kepadaku dan berkata :’Tuhan telah meninggalkan aku’. Di dunia ini, Tuhan tak pernah meninggalkan kita. Dia tak pernah menjauh dari kita. Kitalah yang menjauh dari Dia. Tetapi Dia tak pernah meninggalkan kita disini.

Jadi kematian adalah suatu bentuk kepergian, ditinggalkan oleh semua orang. Terjadilah kesendirian yang mutlak. Karena seseorang mati sendirian. Dia dibawa ke kubur sendirian. Itulah sebabnya Perjanjian Lama hanya memiliki satu kata bagi neraka dan kematian ‘Sheol’. Perjanjian Lama mengatakan bahwa neraka dan kematian adalah identik dengan ‘ditinggalkan’. Namun Yesus turun diantara orang mati untuk menghapuskan keadaan ‘ditinggalkan’ ini. Orang mati kini tidak lagi sendirian. Yesus ada disitu. Elizabeth Kubler Ross, didalam prakata buku ‘Life After Life’ dari Dr. Moody, menulis :’Pasien yang sekarat masih memiliki kesadaran kepada lingkungannya, setelah dia dinyatakan mati secara klinis’.

‘Semua pasien-pasien ini mengalami keadaan melayang diluar tubuh fisik mereka dan mengalami rasa damai yang besar serta keutuhan. Sebagian besar mereka tahu akan adanya orang-orang lain yang menolong dirinya, didalam proses transisi menuju keberadaan di dunia yang lain’.

Kristus selalu menunggu orang yang sekarat ini. Dia adalah Kasih. Dia adalah Kehidupan. Dia adalah seorang Pribadi. Jika ada seorang anak kecil tersesat di tengah hutan pada malam hari, maka rasa takut akan menguasai hatinya yang kecil itu. Dan tanpa alasan lagi, tak ada yang bisa menghilangkan rasa takut ini kecuali ada kehadiran orang lain, seorang ibu atau bapa, untuk menemukan anak itu dan mengangkat serta memeluknya. Hanya itu saja yang bisa menghilangkan rasa takutnya. Didalam kesedihanNya di taman, Yesus hanya menginginkan satu hal : ada orang yang menemaniNya. Lalu sebagai jawaban atas doaNya, Bapa mengutus orang lain : seorang malaikat datang untuk menguatkan Dia (Luk.22:43).

Karena itu adanya rasa takut yang amat besar karena adanya perasaan ditinggalkan pada saat kematian, menjadi hilang karena Yesus telah turun kepada orang itu. Turunnya Yesus ini telah menjadikan orang mati itu berada dalam kemenangan. Maka St.Paulus berkata :”Hai maut, dimanakah sengatmu ? (1 Kor.15:55). ‘Sengat kematian adalah dosa’, karena hanya dosa saja yang menutupi Kristus, dan jika seseorang mati tanpa Kristus berarti dia ditinggalkan selamanya, itulah neraka atau kematian kedua’ (Why.20:14).

Karena itu, Dia turun ke tempat penantian (diantara orang mati) adalah sebuah pernyataan yang mengandung pengharapan. Ia bukan saja berkata bahwa kematian telah dilepaskan dari ketakutannya, tetapi juga bahwa kita bisa menghadapi saat-saat kehidupan ini dimana kita akan berkata :’Allah telah meninggalkan aku’.

Sabtu Suci, setelah hari Jumat Agung. Untuk satu saat yang singkat, Allah telah ‘mati’, dimakamkan dalam sebuah kubur, menghilang dari dunia ini yang Dia ciptakan. Dia tidak lagi berjalan di dunia ini. Dia tidak lagi berkata-kata. Hanya ada keheningan, kesunyian kuburan. Dia telah turun diantara orang mati, Dia telah meninggalkan dunia. Betapa bekunya Sabtu Suci itu. Duka Maria yang ke tujuh adalah saat pemakaman Puteranya. Maria Magdalena menangis di kuburNya. Pada Paskah pertama itu, kedua murid yang berjalan ke Emmaus telah kehilangan pengharapan sama sekali (Luk.24:21).

Begitu seringnya, seolah-olah Tuhan telah mati didalam kehidupan kita, kita tak merasakan Allah dengan cara kita sendiri. Bahkan kita berkata :’Tuhan telah meninggalkan aku’. Betapa bodohnya hal ini !! Tuhan tak pernah meninggalkan kita. Dia mungkin bersikap diam. Dia nampaknya ‘mati’, namun Dia itu hidup, karena ‘pada hari ke tiga Dia bangkit dari mati’. Dia bangkit untuk membangunkan saat-saat kesunyian dan rasa ditinggalkan yang kita alami. Kitapun harus turun diantara orang mati, karena seperti emas, harus dimurnikan dengan api. Dan jika kita tetap setia didalam saat-saat cobaan kita, maka sebuah kebangkitan kepada kehidupan yang baru dan lebih baik pasti akan terjadi. Seperti halnya Minggu Paskah yang terjadi setelah Sabtu Suci itu.

Dia turun diantara orang mati untuk memisahkan kematian dari rasa takut dan membawa kita melewati masa-masa neraka kehidupan ini, untuk memberi pengharapan kepada kita.



(Bersambung)

Sunday, November 29, 2009

Berdoalah Credo



B A B 4

”Yang menderita sengsara dalam pemerintahan Ponsius Pilatus, disalibkan, wafat dan dimakamkan”.

Semua orang dilahirkan untuk hidup, hanya satu Orang saja yang dilahirkan untuk mati, yaitu Yesus Kristus. Itulah sebabnya setelah berkata :’dilahirkan oleh Perawan Maria’, doa Credo meloncati seluruh sisa kehidupan Yesus hingga menuju kepada akhirnya :’menderita sengsara dalam pemerintahan Ponsius Pilatus, disalibkan, wafat dan dimakamkan’.

St.Thomas mengatakan bahwa setetes darah Yesus sudah cukup untuk menyelamatkan seluruh dunia. “.... bersihkanlah aku didalam DarahMuy / dimana satu tetes saja bagi para pendosa / bisa memurnikan seluruh dunia dari kejahatannya”. Jika satu tetes sudah mencukupi, mengapa harus dilakukan penderitaan yang begitu hebatnya di masa Ponsius Pilatus serta harus disalibkan pula ?

Kedua palang yang membentuk salib menjelaskan hal itu kepada kita.

Palang horizontal, seperti lengan yang terentang, mengatakan kepada kita bahwa Yesus mati karena Dia mengasihi kita begitu besarnya ! “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yoh. 15:13).

Ada orang yang berkata :’Aku bertanya kepada Yesus, berapa besarnya Dia mengasihi aku’, dan Yesus menjawab :’Sebesar ini’, sambil Yesus merentangkan tanganNya disalib dan kemudian mati.

Pepohonan dan bunga-bunga berkisah tentang kasih Allah

Dan langit mengungkapkan tentang hal yang sama dari atas

Namun tak ada bunga-bunga, awan gemawan ataupun matahari

Yang bisa mengajarkan bagaimana kasihNya kepadaku

Seperti halnya salib ini !

Palang vertikal, seperti sebilah pedang, menyatakan betapa besarnya dosa hingga bisa membunuh Putera Allah. Salib menyatakan :’Dosa ini adalah penyaliban’.

Dia menderita selama pemerintahan Ponsius Pilatus karena penyaliban adalah cara hukuman masyarakat Romawi saat itu.

Ponsius Pilatus adalah penguasa wilayah Yudea dari tahun 26 – 35. Dia berusia setara dengan Yesus, namun dia adalah seorang pria yang congkak, aristokrat, dan bersifat autokratis. Istrinya adalah Claudia Procula, cucu dari Kaisar Agustus. Dia berpendidikan, cerdas, dan membela Yesus pada saat pengadilan atas DiriNya (Mat. 27:19).

Tetapi perhatian utama Ponsius Pilatus adalah pada dirinya sendiri. Pertanyaan utamanya adalah bukan ‘Apakah kewajibanku ?’, tetapi ‘Bagaimana hal ini bisa mempengaruhi aku ?’. Apa yang diinginkan orang-orang Yahudi dari Pilatus adalah hukuman mati bagi Yesus. Namun Yesus menderita lebih besar lagi karena kelemahan sikap dari Ponsius Pilatus saat itu.

Lalu Yesus dikirimkan kepada Herodes dan Dia dihinakan oleh karena kelamahan dan sekaligus kesalahan Pilatus ini.

Yesus ditempatkan di tempat yang sederajad dengan penjahat besar Barabas, tetapi Barabas, karena sikap Pilatus yang tidak tegas itu, justru dia bersimpati kepada Yesus.

Yesus disiksa oleh cambukan-cambukan yang mengerikan, dan diperolok-olokkan sebagai raja dengan jalan diberi mahkota duri dan semuanya ini sekali lagi, disebabkan oleh kelemahan Pilatus.

Pilatus berusaha untuk mencuci tangannya atas semua perlakuan itu, tetapi dengan berkata tidak, bukan berarti tidak bertindak. Suatu tindakan, berbicara lebih keras dari pada perkataan. Maka Credo berkata :’Menderita dibawah pemerintahan Ponsius Pilatus’.

(Pilatus diturunkan dari kekuasaannya pada tahun 36 dan diasingkan ke Vienne, Rhone, Perancis Selatan. Tradisi mengatakan bahwa dia, seperti Yudas, melakukan bunuh diri di Swiss dengan menceburkan dirinya ke danau di puncak gunung Pilatus yang menghadap ke danau Lucerna).

Penderitaan Yesus yang kejam dan brutal ini berpuncak pada kematian yang lebih menyakitkan lagi, dengan melalui penyaliban. Disini para penulis Injil mempertahankan sikap diam yang bijaksana. Penjelasan mereka begitu obyektif dan tidak bersifat emosional sehingga mereka seperti memberikan sebuah laporan medis atau ilmiah. ‘Mereka menyalibkan Dia’. Itu saja yang mereka katakan. Tetapi begitu mengerikan dan menyakitkan sekali kematian di salib itu, dimana hukuman seperti itu hanya diperuntukkan bagi orang asing dan para budak saja.

Di salib Yesus mati, dimana Dia masih mendoakan para musuhNya, sebab Dia hanya berpikir tentang orang lain saja. Begitu agungnya sifatNya seperti Allah, hingga Dia mau disalib, sehingga Dismas, si pencuri itu, dan Longinus, keduanya mengakui Dia sebagai Putera Allah. Lalu ketika Dia mati, bahkan seluruh Alam terguncang. Matahari menjadi gelap, gunung-gunung bergetar, dan tirai Bait Allah terkoyak dari atas ke bawah, dan kubur-kubur menampakkan isinya. Seperti Shakespeare menulis :’Ketika pengemis mati, tak ada komet terlihat..../ langit sendiri bernyala-nyala karena kematian para pengeran’.

Orang yang ragu-ragu dan menentang kebangkitan Yesus, sering menyangkal bahwa Dia benar-benar mati. Karena itu Credo menambahkan :’Yang menderita didalam pemerintahan Ponsius Pilatus, disalibkan, wafat dan DIMAKAMKAN’. Jadi hanya orang mati saja yang dimakamkan.

Longinus meyakinkan bahwa Yesus mati dengan cara menikamnya dengan sebuah tombak pada sisi lambungNya. Pilatus juga menegaskan hal ini sebelum dia mengijinkan Yosef dari Arimatea untuk menguburkan Yesus. Jadi, baik sahabat maupun musuh Yesus sama-sama yakin akan kebenaran kematian Yesus.

Dan Dia dikubrukan dalam sebuah taman, seolah menyindir kita bahwa hutang yang dilakukan di Taman Firdaus dulu telah dilunasi.

KuburNya, laksana rahim Maria, adalah baru, belum pernah dipakai oleh seorangpun juga, sehingga tak ada orang yang bisa berkata, bahwa selain Yesus ada orang lain yang juga bangkit dari kubur itu.

Kubur itu merupakan sebuah batu karang utuh. Jadi kubur itu hanya memiliki satu pintu masuk saja, dan dikawal. Untuk mencuriNya adalah tidak mungkin.

Untuk memahami arti dari penderitaan dan kematian Yesus lebih dalam, Gereja telah menganjurkan sebuah devosi yang indah dengan pahala indulgensi yang besar. Devosi ini disebut Jalan Salib.

Jalan Salib sendiri sebenarnya berasal dari Bunda Maria. Didalam pewahyuan yang dialami oleh St.Brigita, Bunda Maria berkata :”Sepanjang kehidupanku setelah Kenaikan Puteraku, aku selalu mengunjungi tempat-tempat dimana Dia menderita dan memperlihatkan keajaiban-keajaibanNya. PenderitaanNya begitu tertanam didalam hatiku, sehingga jika aku makan atau bekerja, peristiwa itu tetap segar didalam ingatanku”.

Bunda Maria juga berkata kepada St.Brigita :”Beberapa tahun setelah Kenaikan Puteraku, suatu hari diriku sangat dihinggapi oleh kerinduan yang mendalam untuk bersatu kembali dengan Puteraku. Lalu aku melihat satu malaikat yang bercahaya, seperti yang pernah kulihat sebelumnya, yang berkata kepadaku :’Puteramu, yang adalah Tuhan kita dan Allah, mengutus aku untuk mewartakan kepadamu bahwa waktunya sudah di tangan, dimana kamu akan datang bersama tubuhmu kepadaNya, untuk menerima mahkota yang telah dipersiapkan bagimu”.

Lalu Bunda Maria berkata lagi kepada St.Brigita bahwa malaikat itu kemudian menghilang dan dia mempersiapkan dirinya untuk pergi ke tempat-tempat seperti yang disukainya, “Tempat-tempat dimana Puteraku telah menderita dan suatu hari pikiranku terpaku kepada sebuah perenungan tentang Kemurahan Hati Ilahi ini, dan aku merasa jiwaku dipenuhi dengan sukacita yang begitu besarnya, dan didalam perenungan itu, jiwaku terasa lepas dari tubuhku’.

Ada dua pemikiran yang indah bisa diketemukan disini. Pertama, Maria mati karena kasih. Seperti tali senar harpa yang melagukan musik indah, begitu juga Maria mati didalam kasih. Dan kedua, dia mati ketika sedang melakukan Jalan Salib. Dan saya percaya bahwa ketika sedang merenungkan kasih yang besar dari Yesus, yang ditunjukkan di salib diatas Kalvari, maka hatinya bergetar karena kasih. Dengan kata lain, bahwa dia juga mati di Kalvari sama seperti Puteranya.

Apa yang terjadi ialah bahwa umat Kristiani awali mulai mengikuti contoh dari Maria. Mula-mula, beberapa wanita Kristiani pergi bersama-sama Maria melewati jalan salib Tuhan kita. Setelah kematianNya, Jalan Salib menjadi tempat pertama bagi peziarahan umat Kristiani untuk dikunjungi dan berdoa disitu.

Hal ini kemudian menimbulkan kegiatan prosesi, dengan sebuah salib berada pada bagian depan. Bahkan saat ini, seorang pembawa salib yang menuntun prosesi kita sekarang.

Hendaknya kitapun sering berdoa Jalan Salib, paling tidak setiap hari Jumat. Karena merenungkan penderitaan dan kematian Yesus bisa merubah hidup seseorang.

Dibawah ini adalah sebuah kisah nyata, betapa dengan merenungkan Yesus yang disalib, sebenarnya bisa merubah kehidupan seorang pemahat Inggris terkenal.

Suatu hari ketika sedang berjalan-jalan disebuah taman milik sahabatnya, seniman ini melihat sebatang pohon cherry yang bercabang tiga : yang dua seperti tangan-tangan yang mengarah ke Surga dan yang ketiga menekuk ke depan, seperti kepala yang tertunduk kearah bumi. Seniman wanita itu berpikir :”Pohon ini mungkin bisa dijadikan bentukan Kristus yang disalib”.

Sahabatnya memberikan pohon itu kepadanya. Dan saudara laki-laki seniman ini dijadikan sebagai model orang yang disalib, yang dilakukan selama beberapa menit setiap hari. Lalu dia memahat pohon itu hingga berbulan-bulan lamanya. Pelan-pelan, sedikit demi sedikit, tubuh yang menderita dari seorang pria disalib mulai terbentuk disitu. Dengan beristirahat didepan perapian pada musim dingin yang panjang, dia memandang dengan kagum kearah Yesus yang menderita itu.

Sebelumnya, Yesus yang disalib tak banyak artinya bagi dia, hal itu hanya sekedar simbol keagamaan biasa saja. Namun kini, dengan memandang kepada wajahNya yang berbelas kasih itu, dia menjadi bertanya dalam dirinya, apakah semua ini benar ? Apakah Dia mati disalib ? Apakah Dia mengasihi kita begitu besarnya ? Apakah dosa itu begitu mengerikan ?

Ketika patung salib itu benar-benar selesai, semua orang menjadi kagum melihatnya, tetapi tidak sebesar si pemahat itu sendiri. Hari-hari dan bulan-bulan yang panjang yang dia habiskan untuk merenungkan pahatannya itu, telah merubah hatinya. Segera sesudahnya, dia menjadi seorang Katolik. Namanya adalah Ny.Clare Consuelo Sheridan, pemahat terkenal, kemenakan dari Sir Winston Churchill, dan dia bersaksi atas kuasa untuk merubah yang ada didalam kegiatan kontemplasi terhadap salib.

Saat inipun hal itu masih memiliki kuasa yang besar. Itulah sebabnya Gereja sangat memberikan pahala kepada mereka yang melakukan Jalan Salib.

(Bersambung)

Saturday, November 28, 2009

Berdoalah Credo




B A B 3

“Yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria”.

Allah Bapa menghendaki agar PuteraNya datang ke dunia ini seperti anak-anak kecil lainnya, yaitu didalam sebuah keluarga. Dan Putera juga ingin menjadi seperti kita dalam segala hal, kecuali dalam hal dosa.

Karena itu sejak awal mula, Bapa telah memilih seorang wanita untuk menjadi ibu dari PuteraNya. Di Taman Firdaus Dia berkata kepada setan :”Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dengan keturunannya” (Kej.3:15). Lalu melalui Yesaya, Dia bernubuat :”Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel” (Yes. 7:14). Perempuan itu akan menjadi seorang ibu yang perawan !

Namanya adalah Maria. Untuk menjadikan dia sebagai ibu yang layak bagi PuteraNya, Allah memenuhi dia dengan rahmat. St.Louis de Montfort berkata :”Allah Bapa menciptakan semua himpunan dari air dan Dia menamakannya laut (mare dalam bahasa Latin berarti laut). Dia mengumpulkan segala rahmatNya dan menyebutnya : Maria (maria adalah bentuk jamak dari laut --- dalam bahasa Latin).

Bagi suaminya, yaitu bapa-asuh dari PuteraNya, Allah memilih seorang pria bernama Yusuf. Dia melakukan peranan Yusuf di Mesir (Kej.37:50). Seperti Yusuf, maka dia mencukupi dan menjadi pelindung dari keluarga kudus --- tidak lebih ! Jadi ‘Pada waktu Maria, ibuNya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka menjadi suami istri’ (Mat. 1:18).

Adam yang pertama, datang dari Allah tanpa campur tangan seorang wanita, dan Adam yang kedua berasal dari Allah, tanpa campur tangan laki-laki. Putera Allah yang memiliki Bapa di Surga, tak memiliki bapa di dunia ini. Dia yang tak memiliki ibu di Surga, tak memiliki juga di dunia. Karena itu Putera Allah ‘dikandung oleh Roh Kudus’.

Betapa besarnya Roh Kudus mengasihi Maria ! Dari sejak semula, Allah Bapa dan Allah Putera telah menciptakan suatu Pribadi yang Ilahi. Roh Kudus sendiri adalah steril. Dia berbuah melalui Maria yang dinikahiNya. Bersama Maria, didalam Maria dan dari Maria maka Dia menghasilkan Maha KaryaNya, yaitu manusia ciptaan langsung dari Allah.

Betapa Dia merasa amat berhutang kepada Maria ! Karena kesediaannya untuk mengandung dari Roh Kudus dilakukan secara cuma-cuma dan dengan rasa kasih, hal ini dikatakan kepada Malaikat Agung Gabriel. Pada saat dia menyatakan kesediaannya, maka Roh Kudus menjadikan Sabda Allah sebagai daging didalam rahimnya.

Kita merayakan peristiwa masuknya Allah kedalam wilayah sejarah manusia ini pada 25 Maret, Hari Pesta ‘Bunda Maria mendapat kabar gembira’. Begitu bersejarah peristiwa ini, sehingga ia membagi sejarah menjadi dua kurun waktu : sebelum kedatanganNya (BC) dan setelah kedatanganNya (yaitu tahun yang kita gunakan saat ini). Dan kita mengingat peristiwa mulia ini hingga tiga kali sehari yang ditandai oleh bunyi lonceng Gereja dan doa Angelus.

Karena relasi yang begitu dekatnya kepada Maria, maka Roh Kudus secara khusus memberi karunia semua orang yang dekat dengan Maria. Jadi itulah pentingnya devosi kepada Maria.

Karena Maria mengandung oleh Roh Kudus, maka Gereja didalam Confiteor berbicara tentang dia sebagai ‘Perawan Abadi’. Perawan abadi berarti bahwa Maria adalah tetap perawan, baik sebelum, selama dan setelah kelahiran Puteranya, Yesus. Sebelum kelahiranNya, dia tetap perawan, karena dia mengandung dari Roh Kudus. Selama kelahiranNya, karena Dia dilahirkan dari rahimnya di kandang Bethlehem tanpa merusak keperawanannya, seperti suatu cahaya yang melewati kaca tanpa memecahkannya. Setelah kelahiranNya, Maria tak memiliki anak lainnya lagi. Seperti didalam semak belukar yang menyala, yang dilihat oleh Musa, ia terbakar namun tidak menjadi musnah oleh api yang menyelimutinya itu, maka Putera dari Maria, yang merupakan nyala api Matahari Keadilan --- tidak menelan keperawanan IbuNya.

Para saudara laki-laki Allah yang dibicarakan didalam Injil adalah semua saudara. Baik orang Ibrani maupun Aramaic memiliki kata khusus bagi kemenakan. Semua saudara disebut sebagai ‘saudara laki-laki’. Jadi Yakobus, Simon, Yudas, juga disebut sebagai anak-anak Maria. Injil mengatakan sebagai Putera Tunggal, seperti yang diceritakan didalam kisah Yesus diketemukan di bait Allah, begitu juga kenyataan bahwa Yesus diatas salibNya mempercayakan IbuNya kepada Yohanes --- sesuatu yang aneh untuk dilakukan saat itu, jika saja Maria memiliki anak-anak lainnya.

Jika Yesus dikatakan sebagai ‘anak pertama’ Maria, maka salah sekali jika hal itu diartikan bahwa kemudian ada ‘anak kedua’. ‘Anak pertama’ adalah istilah tehnis bagi laki-laki yang membuka rahim dan secara khusus dipersembahkan kepada Allah (Kel. 13:2; Luk. 2:23). ‘Anak Pertama’ berarti bahwa sebelum dia, tak ada yang lainnya lagi, bukannya ‘dia mendahului lahir sebelum yang lainnya’.

Akhirnya, adalah salah jika membaca pernyataan Mateus 1:25 :’Yusuf tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus’, lalu mengartikan kata sampai diatas seolah Maria masih perawan hingga saat kelahiran Yesus, namun sesudah itu tidak perawan lagi. Kata sampai, berkaitan dengan apa yang terjadi sebelumnya, bukan dengan kejadian apa yang terjadi sesudahnya. Sesungguhnya apa yang dimaksudkan Mateus ialah bahwa Yusuf bukannya bapa alamiah dari Yesus, karena konsepsi dari kehamilan itu bersifat perawan. Itulah yang dimaksudkan oleh kalimat dalam bahasa Yunani itu.

Maria dikawinkan, seperti kita katakan, karena Allah menghendaki Yesus dilahirkan didalam sebuah keluarga, seperti halnya setiap manusia. Namun ada alasan lain : seorang ibu yang tidak menikah pada zaman itu akan menghadapi berbagai masalah, bukan saja bagi Maria, tetapi juga bagi Yesus.

Saat ini, sayangnya, dunia cenderung untuk merusak keperawanan sebagai sesuatu yang tidak produktif serta kemudian menggugurkan hasil produksi keibuan.

Maria sebagai seorang perawan dan seorang ibu, seolah mengajari kita bahwa keperawanan yang dipersembahkan bagi suatu kehidupan religius justru bisa memiliki nilai produktivitas yang tinggi.

Dia adalah ibu dan perawan, dan hal ini mengajari para suami dan istri bahwa ada suatu ‘orangtua berencana’ yang bisa dilakukan, namun tidak berdosa, suatu metoda ‘sympto-thermic’, yang bisa menggantikan cara kontrasepsi artifisial yang amat berdosa itu.

Hanya Tuhan saja sebagai Pencipta kehidupan, bukan kita. Dia yang menentukan bagaimana kehidupan di dunia ini, yang secara normal melalui suami dan istri. Suatu konsepsi yang perawan mungkin mengherankan kita, namun tak ada yang tidak mungkin bagi Allah. Karena itu kita sungguh percaya bahwa Putera Allah dikandung oleh Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria. Memang menakjubkan cara-cara Allah !




(Bersambung)

Friday, November 27, 2009

Berdoalah Credo




B A B 2

“Dan akan Yesus Kristus, PuteraNya, Tuhan kita”.

Lalu Allah menciptakan manusia untuk mengisi singgasana kosong yang ditinggalkan oleh para malaikat durhaka itu. Dia menciptakan manusia menurut citraNya.

Karena Dia adalah kasih, Dia menciptakan perbedaan jenis kelamin. Allah menciptakan manusia sebagai laki-laki dan perempuan. Karena kasih itu merupakan sebuah relasi, maka untuk bisa mengasihi orang, membutuhkan orang lain.

Karena Tuhan adalah Satu didalam tiga Pribadi, maka Tuhan membuat jenis kelamin untuk : 1) penyatuan, untuk membuat laki-laki dan perempuan menjadi satu didalam perkawinan, seperti halnya Dia adalah Satu, dan 2) proses penciptaan, merupakan pintu menuju kehidupan, untuk membantu laki-laki dan perempuan menciptakan keluarga, sebagaimana Dia adalah sebuah keluarga yang terdiri atas tiga Pribadi.

Kini Allah, Bapa kita, adalah Allah yang berbahagia, karena itu Dia memberi manusia segala sesuatu yang diperlukan untuk berbahagia secara penuh : sebuah dunia yang merupakan Surga dan seorang perempuan yang menjadi pasangan yang cocok baginya, seorang perempuan dengan siapa laki-laki bisa menjadi satu, untuk menjadi subur dan berkembang biak serta memenuhi dunia ini.

Untuk mempertahankan kebahagiaan awal ini tetap menjadi miliknya dan anak-anaknya, Allah berkata kepada laki-laki untuk tidak makan buah dari suatu pohon tertentu. Apa yang dimaksudkan Allah adalah : ‘Janganlah menyatakan kebebasanmu dariKu. Janganlah berusaha untuk menjalani hal itu sendiri, menerapkan ukuran-ukuranmu sendiri. Aku menciptakan kamu, Aku tahu apa yang terbaik bagimu. KehendakKu, bukan kehendakmu, adalah jalan menuju kebahagiaan’.

Maka baiklah keadaannya dengan laki-laki dan perempuan, dan mereka menjalaninya dengan baik pula. Namun suatu makhluk asing masuk kedalam panggung, yaitu setan, pemimpin dari malaikat yang durhaka. Dia iri hati terhadap laki-laki dan perempuan. Iri hati adalah sebuah dosa yang busuk. Ia bersedih atas nasib baik orang lain, sehingga ia berusaha untuk melepaskan orang lain itu dari nasib baiknya itu. Itulah yang dilakukan oleh setan. Itulah sebabnya pengarang Kitab Kejadian menggambarkan ia sebagai ular yang melata. Dan cukup menyedihkan, laki-laki dan perempuan pertama itu terjatuh oleh kebohongan setan. Mereka menjadi tidak patuh kepada Allah. Ketidak-patuhan ini membuka sebuah ‘kotak Pandora’ dari setan yang sesungguhnya.

Mereka kehilangan keakraban dengan Allah : yaitu rahmat penyucian. Mereka kehilangan keadaannya yang tak berdosa dan mereka merasakan sengatan daging. Laki-laki dan perempuan terkoyak peranannya yang esensiil. Dia mencukupi kebutuhan keluarganya hanya dengan cucuran keringat di jidatnya. Dia melahirkan anak-anaknya dengan rasa sakit. Dan untuk mengakhiri semua itu, mereka harus kembali kepada debu, kematian.

Yang lebih buruk lagi adalah akibat-akibat dari dosa asal mereka, yang berupa kesombongan dan ketidak-patuhan, menghinggapi seluruh anak-anak mereka. Sebagai anak-anak dari seorang bapa yang telah mempermainkan nasib baiknya, akan menjadi msikin tanpa uang, maka kitapun sebagai anak-anak dari laki-laki dan perempuan yang pertama dulu, memasuki dunia ini tanpa memiliki kekayaan rahmat, dengan kecenderungan yang kuat untuk melakukan apa yang kita inginkan, bukan apa yang diinginkan Allah, dan dengan kemudahan untuk menjadi sakit, menderita dan mati.

Kerusakan ini begitu menyeluruh sehingga tak seorangpun bisa luput darinya. Kita adalah seperti sebuah telur yang baik, jika kita berasal dari tangan-tangan Allah, namun kita memiliki kegagalan yang besar, dan semua kuda milik raja dan para pengawal raja tak mampu mengatasinya. Maka Raja itu sendirilah yang harus datang. Allah Bapa harus mengutus PuteraNya, Raja dari segala raja.

Anda tahu bahwa beratnya penentangan juga diukur dari kemuliaan dari dia yang ditentang. Jika saya menembak sebuah sasaran, tak ada orang yang terluka disitu. Namun jika saya menembak ayam tetangga, mungkin saja saya masih tidak di apa-apakan. Tetapi jika saya menembak tetangga saya, maka ceritanya jadi lain. Anda tahu, dengan melihat tujuannya, maka sasaran tembak akan menentukan beratnya tembakan itu.

Dosa adalah sebuah penentangan terhadap Allah. Karena Allah itu bersifat Tak Terhingga, maka dosa itupun tak terbatas. Dosa dari orangtua pertama kita dulu telah menempatkan kita didalam kesulitan yang amat besar. Seperti didalam tindakan bunuh diri, orang bisa melakukan sesuatu yang tidak bisa dia batalkan, yaitu kematian. Benar tidaknya alasan dari perbuatan ini bukan diukur dari sudut pandang pelakunya, tetapi oleh kemuliaan dari dia yang paling menentukan nilai dari tindakan itu. Seorang istri ditentang oleh suaminya tak akan bisa menerima alasan dari pihak anak-anak.

Begitulah masalahnya yang ada didalam penebusan kita. Manusia telah berhutang dalam jumlah yang tak terhingga besarnya, namun hanya sebagai manusia, dia tak akan bisa membayarnya.

Untuk menutup celah diantara Allah dan manusia yang disebabkan oleh dosa ini, maka Allah terpaksa datang ke dunia karena Dialah satu-satunya yang bisa melunasi hutang yang begitu besarnya itu, dan Allah ini haruslah menjadi seorang manusia, karena manusialah yang memiliki hutang itu. Pada saat yang sama, Allah-manusia ini haruslah berwujud didalam satu pribadi, sebab jika tidak, maka tak ada satu pihak yang bisa bertindak bagi pihak lain.

Persatuan Allah dengan manusia ini yang ada didalam Pribadi Kedua dari Tritunggal, itulah yang kita maksudkan sebagai Inkarnasi. Manusia ciptaan Allah ini adalah Yesus Kristus. Karena Dia adalah Putera Tunggal Allah, Tuhan kita, maka hanya Dia saja yang bisa menjadi jembatan antara Surga dan bumi. Oleh KeilahianNya, Yesus bisa menyentuh tepi-tepi Surga, oleh KemanusiaanNya, Dia bisa menyentuh tepi-tepi dunia, dan didalam kesatuan kepribadianNya, Dia bisa menyatukan Surga dan bumi --- didalam Dia ‘keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman’ (Mzm.85:11). Maka kita menyebut Yesus sebagai Imam Agung, Puas Yang Utama (didalam bahasa Latin, Pontiff berarti ‘pembangun jembatan’).

Didalam buku ini kami mengatakan : ’Aku percaya akan Yesus Kristus, PuteraNya yang tunggal, Tuhan kita’. Karena Yesus Kristus adalah Putera Tunggal Allah, maka Dia adalah Tuhan kita. Dan Dia adalah sungguh Tuhan kita hanya jika kita setia kepadaNya, mematuhi, mengasihi, mengikuti, berjuang bagi Dia seperti prajurit yang berjuang bagi komandan mereka. Yesus tidak berkata : berundinglah tentang Aku, tetapi : ikutlah Aku. Pada saat Pembaptisan, Dia tidak bertanya : ‘Apakah kamu tertarik kepadaKu ?’, tetapi : ‘Apakah kamu lebih memilih Aku dari pada setan ? Apakah kamu menolak setan ?’.

Kita memiliki dua musuh, sama seperti orangtua kita pertama dulu : musuh dari dalam (kecenderungan yang kuat dari dalam diri kita untuk melaksanakan keinginan kita, bukannya keinginan Allah) dan musuh dari luar (yaitu setan). Di Medjugorje, Bunda Maria selalu memperingatkan kita tentang setan. Kebencian setan terhadap kita tidak pernah berkurang sejak dahulu. “Lawanmu, si iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya” (1 Ptr.5:8). Itulah sebabnya St.Paulus mendesak kita untuk ‘kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat iblis’ (Ef. 6:11).

Bunda Maria berkali-kali mengatakan kepada kita apa senjata Allah ini. Yang pertama adalah puasa pada hari Rabu dan Jumat. Puasa akan bisa mengatasi kecenderungan egoisme dari dalam diri kita. Lalu untuk mengatasi serangan setan, Bunda Maria mengatakan agar kita menggunakan Sakramen-sakramen dan benda-benda sakramental : Misa Kudus harian, jika mungkin pengakuan dosa setiap bulan, memakai benda-benda terberkati (skapulir coklat dsb) dan doa rosario setiap hari. Tanpa senjata-senjata ini, kita akan berada dalam keadaan tanpa daya menghadapi musuh-musuh kita, tetapi dengan senjata-senjata itu maka musuh kita tak akan berdaya.

Thursday, November 26, 2009

Berdoalah Credo




B A B 1

‘Aku percaya akan Allah Bapa Yang Maha Kuasa, Pencipta langit dan bumi’.

Bunda Maria berkata :”Doa yang paling indah adalah doa Credo”, karena ‘hal yang paling penting adalah sikap percaya’. Percaya berarti iman. Tanpa iman, tidak mungkin kita bisa menyenangkan Allah. Doa Credo dimulai dengan pernyataan iman :’Aku percaya’.

Namun Iman adalah lebih dari sekedar percaya akan sesuatu. Jika anda berkata :”Aku percaya kepadanya”, yang anda maksudkan adalah :”Aku percaya bahwa dia berkata benar, dia tidak berbohong”. Tetapi Iman adalah lebih besar dari pada percaya akan berbagai kebenaran.

Doa Credo dimulai dengan kalimat :”Aku percaya akan Allah”. Kata ‘akan’, berarti sama dengan ‘kepada’, disini amat penting sekali artinya. Karena untuk percaya ‘kepada’ seseorang adalah lebih besar dari pada sekedar ‘mempercayai’ seseorang. Mempercayai seseorang berarti ‘saya tahu bahwa dia tidak berbohong’. Tetapi percaya kepada seseorang berarti : Saya mengenal orang itu. Saya tahu bahwa saya bisa mempercayainya. Percaya kepadanya secara mutlak, bukan hanya untuk berkata tentang kebenaran, tetapi juga untuk melakukan segala sesuatu, dan yang dia katakan atau dia janjikan pasti akan dilakukannya. Aku percaya kepada dia, berarti ‘saya betul-betul beriman kepadanya, sehingga saya tidak ragu-ragu untuk mempercayakan kepadanya seluruh uang saya atau bahkan nyawa saya’.

Iman yang sejati adalah seperti ini. Sangat percaya kepada Allah sehingga saya tidak ragu-ragu untuk menyerahkan hidup saya kepadaNya. Ketika Yesus memerintahkan kepada Petrus untuk berjalan diatas air ditengah badai, Petrus mengambil resiko besar untuk melakukannya --- dan itulah iman.

Allah itu juga bersifat Pribadi. Percaya kepada Allah, berarti juga beriman kepada Bapa, Putera dan Roh Kudus.

Aku percaya akan Allah, Bapa Yang Maha Kuasa, Pencipta langit dan bumi.

Pernyataan iman yang pertama didalam doa Credo adalah percaya akan Allah sebagai Bapa. Allah adalah sungguh seorang Bapa, bukan saja karena Dia mempunyai seorang Putera sejak awal mula, tetapi juga karena pada saatnya Dia menciptakan segala sesuatu yang ada ini. Dia adalah Bapa karena Dia adalah Pencipta. Dia Maha Kuasa karena Dia menciptakan, berarti membuat sesuatu menjadi ada dari yang tidak ada sebelumnya. Membuat sesuatu dari tidak ada menjadi ada memerlukan kuasa yang bukan main besarnya --- itulah pengertian maha kuasa.

Dan apakah yang diciptakan oleh Bapa ? Langit dan bumi. ‘Aku percaya akan Allah, Bapa Yang Maha Kuasa, Pencipta langit dan bumi’. Ada dua macam langit, langit yang tak diciptakan, dimana Bapa, Putera dan Roh Kudus tinggal, dan langit yang diciptakan, dimana Allah menempatkan para malaikat disini.

Sebelum para malaikat bisa sampai pada langit yang tak diciptakan itu, mereka harus membuktikan lebih dahulu kasih mereka kepada Allah, sama seperti kita juga. Beberapa dari mereka ternyata telah gagal. Mereka menjadi iblis, malaikat yang durhaka. Bagi merekalah neraka diciptakan. Neraka, anda tahu, bukanlah merupakan ciptaan Allah sejak semula, tetapi tempat itu ada sebagai akibat dari pemberontakan beberapa malaikat yang diciptakan Allah. Yesus berbicara tentang neraka :”.... api yang kekal yang telah sedia untuk iblis dan malaikat-malaikatnya” (Mat.25:41).

Untuk menggantikan malaikat-malaikat yang durhaka ini, Allah menciptakan manusia. Hal itu membuat para malaikat durhaka menjadi amat marah. Mereka lalu menyerang kita dengan kekejaman seperti singa dan berusaha merebut kembali kebahagiaan mereka yang telah hilang, yang kemudian diberikan kepada kita. Allah mengijinkan hal ini terjadi untuk memberi kita kesempatan untuk membuktikan kasih kita kepadaNya sekaligus untuk memenangkan langit yang tak diciptakan itu, yaitu Surga.

Namun karena para malaikat itu jauh lebih kuat dari pada kita, Allah lalu memberikan seorang malaikat pelindung kepada kita masing-masing untuk mengimbangi mereka. Para malaikat pelindung ini melindungi kita dan mengawal kita didalam perjalanan kehidupan kita. Mereka mengasihi dan menolong kita lebih besar dari pada yang kita sadari. Kita masing-masing hendaknya melakukan devosi yang besar kepada malaikat pelindung kita ini.

Namun sebelum Allah menciptakan manusia, Dia harus membersihkan semua kekacauan yang diciptakan oleh pemberontakan para malaikat durhaka itu. Terjadilah kegelapan diseluruh bumi, terciptalah tanah kosong ! Lalu Allah menciptakan terang, memisahkan air yang di langit dan di bumi, lalu air yang di bumi menggenangi tanah-tanah kering yang kemudian Dia tutupi dengan rerumputan dan tetumbuhan.

Sekali Allah membuat bumi bisa didiami kembali, Dia lalu memberinya terang (matahari, bulan dan bintang-bintang) dengan burung-burung dan ikan-ikan, binatang-binatang dan akhirnya dengan sentuhan yang mulia Dia menciptakan manusia.

Allah secara khusus memelihara manusia. Dia menciptakan manusia dari tanah liat. Lalu Dia meniupkan napas kehidupan dari lubang hidungNya, untuk menunjukkan bahwa manusia memiliki unsur dari bumi dan unsur dari Allah.

Dari manusia pertama laki-laki ini Allah menciptakan perempuan, karena itu perempuan mengandung unsur bumi lebih sedikit dari pada laki-laki. Dia menciptakana perempuan itu dari rusuk laki-laki itu, bukan dari kepalanya, karena perempuan itu bukan untuk mendominasi laki-laki, ataupun dari kaki laki-laki itu, karena laki-laki itu bukan untuk mendominasi perempuan, tetapi dari rusuk (samping) laki-laki, karena perempuan itu harus dekat dengan hati laki-laki dan harus berdiri disamping laki-laki dan berjalan beriringan dengan laki-laki untuk menjalani kehidupan ini.

Betapa benarnya Bapa sebagai Allah ! Betapa baiknya Bapa ! Mistikus Eileen George berbicara tentang Allah Bapa sebagai ‘Daddy-Allah’. Betapa tepatnya istilah itu ! Relasi Allah dengan kita adalah lebih erat dari pada Pencipta dengan makhluk. Dia adalah Daddy, Papa, Abba, dan kita adalah anak-anakNya.

Betapa indahnya rumah yang telah dibuatNya bagi kita ! Bagi atapnya, terdiri dari langit, awan gemawan, matahari, bulan, bintang-baintang. Bagi lantainya, terdiri atas rumput-rumput hijau, bunga-bunga di padang, sungai-sungai yang mengalir, pohon-pohon yang ditiup angin. Betapa melimpahnya Dia mencukupi kita. Dia memberi kita bumi serta kelimpahan yang ada didalamnya.

Pada awal mula, Dia menciptakan dunia ini sebagai sebuah Surga. Karena Daddy-Allah menciptakan kita untuk berbahagia. Dia ingin kita bergembira. Namun kita bersifat bebas. Dan inilah yang sering menjadi tantangan. Seperti malaikat yang durhaka, kitapun bisa memberontak. Kita bisa merubah Surga menjadi lembah airmata, menciptakan neraka kita sendiri.

Namun Bapa kita, seperti bapa pada umumnya, memperhatikan kelakar anak-anaknya yang nakal dengan kesabaran yang tak terbatas. Sementara masih ada kehidupan, Dia masih berharap ! Dia begitu ingin agar anak-anakNya berbahagia. Dan Dia mengutus PuteraNya kepada kita untuk menunjukkan jalan menuju kebahagiaan. “Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu : Tuhan, Tuhan ! akan masuk kedalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di Surga” (Mat. 7:21). Melakukan kehendak Bapa --- begitu sederhananya !


(Bersambung)

Pesan Bunda Maria di Medjugorje 25 Nopember 2009




“Anak-anak yang terkasih. Di saat rahmat ini, aku memanggil kamu semua untuk membaharui kegiatan doa didalam keluargamu. Persiapkan dirimu dengan sukacita bagi kedatangan Yesus. Anak-anak kecil, semoga hatimu dalam keadaan murni dan menyenangkan, agar kasih dan kehangatan bisa mengalir melalui dirimu menuju setiap hati yang berada jauh dari kasihNya. Anak-anak kecil, jadilah kepanjangan tanganku, tangan kasih bagi semua yang tersesat, yang tak lagi memiliki iman dan pengharapan. Terima kasih karena kamu telah menanggapi panggilanku”.

Wednesday, November 25, 2009




Credo Para Rasul

“Aku percaya akan Allah, Bapa Yang Maha Kuasa, Pencipta langit dan bumi”.

Dan akan Yesus Kristus, PuteraNya yang tunggal, Tuhan kita. Yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria; yang menderita sengsara dalam pemerintahan Ponsius Pilatus, disalibkan wafat dan dimakamkan. Yang turun ke tempat penantian, pada hari ke tiga bangkit dari antara orang mati. Yang naik ke Surga, duduk disebelah kanan Allah Bapa Yang Maha Kuasa; dari situ Ia akan datang mengadili orang hidup dan mati.

Aku percaya akan Roh Kudus, Gereja Katolik yang kudus, persekutuan para kudus, pengampunan dosa, kebangkitan badan dan kehidupan kekal. Amin.



(Bersambung)

Tuesday, November 24, 2009

Berdoalah Credo



Oleh :

Rev. Albert Joseph Mary Shamon

Judul asli : Our Lady says : PRAY THE CREED

Penerbit : The Riehle Foundation

PO Box 7

Milford, Ohio, 45150

Prakata

Pada 27 Juni 1981, pada penampakan ke enam Bunda Maria di Medjugorje, anak-anak penglihat disitu mendaraskan 7 kali doa Bapa Kami, Salam Maria dan Kemuliaan, menurut cara kebiasaan Kroasia, untuk menghormati ke tujuh duka Bunda Maria. Pada kesempatan inilah Bunda Maria berkata :”Teruskanlah mendaraskan doa-doa ini, dan tambahkanlah juga doa Credo”.

Kemudian pada penampakan yang lain, Bunda Maria mengatakan bahwa doa Credo hendaknya menjadi bagian dari doa pagi mereka (27/1/84).

Pada 10 Februari 1982, didalam buku catatannya, Vicka, yang paling tua dari anak-anak penglihat disana, menulis bahwa doa yang dimaksud oleh Bunda Maria adalah Credo. ‘Ketika kami sedang mendaraskannya, Bunda Maria nampak terus tersenyum. Saya kira tak ada doa lainnya yang bisa membuatnya senang kecuali mendaraskan doa ini’.

Lalu didalam penampakan lainnya Bunda Maria berkata :”Doa yang paling indah adalah doa Credo”. Mengapa ? Karena hal yang paling penting adalah sikap percaya. Surga telah luput dari genggaman karena tidak adanya iman : orangtua pertama kita dulu percaya kepada setan, bukan kepada Tuhan. Karena itu, sebuah tindakan iman diperlukan untuk mendapatkan kembali Surga yang hilang itu. Dan ringkasan dari iman kita itu ada didalam doa Credo.

Kami sungguh berharap dan berdoa agar buku kecil ini akan memperdalam pengertian kita, kasih kita dan devosi kita kepada Iman kita yang mulia ini.

Pesta St.Martha

29 Juli 1989

Albert Joseph Mary Shamon

Pendahuluan

Kita memulai doa Rosario dengan doa Credo Para Rasul. Credo, seperti yang kita miliki saat ini, berakar didalam zamannya Charlemagne (tahun 800). Akar-akar dari doa Credo sendiri sebenarnya berasal dari para rasul. Nampaknya doa Credo sudah ada sejak sebelum akhir abad pertama dan berasal dari Roma. Karena fungsi yang utama dari kota Roma saat itu, maka seluruh negara Barat kemudian menerima hal itu.

Sekitar tahun 390, seorang imam Aquileia Rufinus, (meninggal pada 410), menulis sebuah ulasan tentang apa yang dia sebut sebagai ‘Kepercayaan Para Rasul’. Begitulah munculnya nama Credo Para Rasul.

Rufinus berkata bahwa para rasul menyusun doa Credo sebelum mereka saling berpisah untuk mewartakan Injil kepada dunia, agar terdapat kesatuan didalam ajaran mereka nanti. Perintah terakhir yang diberikan Yesus pada mereka adalah “.... pergilah dan jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.... “(Mat.28:19).

Akibatnya inti dari Credo mereka diwujudkan dalam tiga buah pertanyaan yang diajukan kepada orang yang mau dibaptis :

“Percayakah kamu kepada Allah Bapa yang maha kuasa ?”.

“Percayakah kamu akan Yesus Kristus, Putera Allah ?”.

“Percayakah kamu akan Roh Kudus ?”.

Pada abad ke tiga, rumusan ini berkembang menjadi doa Credo. Namun bagian kalimat yang paling berkembang adalah yang mengenai Kristus dan Roh Kudus, karena orang yang dibaptis harus mengikuti Kristus, dan Roh Kudus adalah merupakan napas kehidupan dari Gereja, dimana mereka dibaptis.

Pada abad ke 4, bentuk tanya-jawab ini melahirkan pernyataan-pernyataan yang bersifat iman. Kemudian hal ini berkembang menjadi Credo seperti yang kita kenal, dibawah undang-undang Charlemagne (tahun 800).

Suatu doa Credo diperlukan untuk menyatakan Iman. Seorang Kristiani harus bisa bersikap tegas dan berkata :”Inilah yang kupercayai”.

Hal yang sama pentingnya adalah bahwa seorang Kristiani harus menjalankan imannya, menyatakannya didalam tindakan mereka. “Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan ?” (Yak.2:14).

Para rasul mati demi Iman, demi kebenaran yang dinyatakan didalam doa Credo.

Semoga kita juga hidup didalam Iman yang sama, dan mati karena hal itu juga !

Perkataan terakhir St.Teresa dari Avila :”Aku mati sebagai puteri Gereja”.



(Bersambung)