Wednesday, March 18, 2009

Surat kepada Suster Frances Teresa (III)



III



12 Juli 1896.

Léonie kecilku yang terkasih. Sebenarnya aku akan membalas suratmu pada hari Minggu yang lalu, jika saja surat itu sudah diberikan kepadaku, namun kamu tahu itu, sebagai anak terkecil, aku memiliki resiko untuk tidak bisa melihat surat-surat selama beberapa saat setelah dibaca oleh para saudaraku, dan biasanya tidak semua surat itu sampai ke tanganku. Aku hanya membaca surat-suratmu pada hari Jumat maka maafkanlah keterlambatan ini.


Kamu memang benar, Yesus merasa puas dengan pandangan yang lemah lembut, atau sebuah helaan napas kasih. Bagiku, aku merasa mudah untuk melaksanakan kesempurnaan, karena kini aku menyadari bahwa hal itu hanya berupa usaha untuk menawan hati Yesus melalui HatiNya sendiri. Lihatlah seorang anak kecil, yang mengganggu ibunya, dengan cara ngambek ataupun tidak patuh. Jika dia bersembunyi di sebuah sudut ruangan dan bersikap murung, atau jika dia menangis karena takut dihukum, maka ibunya tidak akan memaafkan kesalahannya. Tetapi jika anak itu berlari kepada ibunya dengan tangannya yang kecil terentang, dan berkata: “Ciumlah aku, ibu, aku tak akan melakukan perbuatan itu lagi”, maka bukankah ibu itu akan segera memeluk anaknya di dadanya dengan penuh kasih dan melupakan segala kesalahan anaknya itu ? Ibu itu tahu bahwa anaknya akan mengulangi lagi kesalahannya, tetapi tidak peduli, buah hatinya itu akan luput dari segala hukuman karena anak itu mendekati hatinya.


Terutama jika hukum kerasnya keadilan dipaksakan untuk berlaku, sebelum kedatangan Tuhan kita, nabi Yesaya berkata, dalam nama Raja Surga, “Bisakah seorang ibu melupakan bayinya ? Dan jika dia sampai melupakan, namun Aku tak akan melupakanmu” (Yes. 49:15). Sebuah janji yang amat menyentuh hati ! Kita yang hidup dibawah hukum Kasih, bukankah kita akan memperoleh manfaat dari kasih yang diberikan oleh Mempelai kita ? Bagaimana bisa ada orang yang takut kepadaNya yang membiarkan DiriNya menjadi tawanan ‘dengan seuntai kalung dari perhiasan leher kita’ ? (Cant. 4:9).


Marilah kita belajar untuk membuat Dia tetap menjadi tawanan, yaitu Tuhan ini, Pengemis Kasih Ilahi. Dengan mengatakan kepada kita bahwa seuntai kalung bisa melakukan keajaiban, maka Dia menunjukkan kepada kita bahwa tindakan yang terkecil sekalipun yang dilakukan demi kasih kepadaNya adalah amat menyenangkan HatiNya. Jika kita perlu melakukan hal-hal yang besar, maka kita harus bersikap layak untuk mendapatkan belas kasihan, namun kita bahagia sekali karena Yesus sendiri membiarkan DiriNya menjadi tawanan oleh tindakan yang paling kecil sekalipun. Tentang diriku, Léonie yang terkasih, kurban-kurban kecil tak pernah berhenti dilakukan. Bukankah hidupmu saat ini tersusun atas kurban-kurban semacam ini ? Aku bahagia sekali melihatmu diselimuti oleh kekayaan semacam itu, terutama ketika aku ingat bahwa kamu tahu bagaimana memanfaatkan hal itu, bukan saja bagi dirimu sendiri tetapi juga bagi para pendosa lainnya yang malang. Sungguh manis sekali bisa menolong Yesus menyelamatkan jiwa-jiwa yang telah Dia tebus dengan harga DarahNya sendiri dan yang menantikan bantuan kita untuk mempertahan mereka dari kejatuhan kedalam lembah.


Terasa bagiku bahwa jika kurbanmu telah membuat Yesus terperangkap, maka kebahagiaan kita membuatNya menjadi Tawanan pula. Apa yang perlu untuk mendapatkan hal ini adalah, bukannya menyerahkan diri kita kepada kebahagiaan yang egois, tetapi kita harus mempersembahkan kepada Mempelai kita kebahagiaan-kebahagiaan kecil yang ditaburkanNya di jalan yang kita lalui, untuk menyenangkan hati kita dan menarik semua itu kearahNya.


Kamu menanyakan kabar mengenai kesehatanku. Baiklah, batukku telah hilang. Apakah hal ini menyenangkan kamu ? aku tak akan menghalangi Tuhan membawaku kepada DiriNya kapanpun Dia menghendakinya. Dan aku tidak perlu mempersiapkan diriku secara khusus bagi perjalanan itu, karena seluruh usahaku adalah membuat diriku tetap menjadi kecil. Yesus sendiri yang akan membayar semua ongkosnya termasuk harga dari masuknya diriku ke Surga.


Selamat tinggal, kekasihku. Berdoalah kepadaNya tanpa henti bagi adik-adikmu yang terakhir dan yang paling kecil. (Bersambung