Monday, January 20, 2014

Tiga penglihatan atas neraka ....






Tiga penglihatan atas neraka yang amat sangat mengerikan


Jika penglihatan para kudus ini mencerminkan kebenaran, maka neraka adalah sangat nyata dan mengerikan. Anda tidak akan ingin masuk kesana.




Ya, neraka itu nyata ada, bagi umat Katolik, dan keberadaan neraka adalah sebuah dogma. Konsili Florence, tahun 1439 mengajarkan :”Kami mendefinisikan ... (bahwa) jiwa-jiwa dari mereka yang meninggalkan kehidupan ini dalam keadaan dosa berat, atau yang memiliki dosa asal, akan langsung menuju neraka untuk dihukum, namun dengan rasa nyeri yang berbeda.”

Karena neraka itu adalah tempat bagi orang yang telah mati, maka ia tak bisa diakses oleh mereka yang masih hidup, paling tidak, dalam keadaan yang biasa. Sebab ada banyak orang kudus atau orang awam didalam sejarah Gereja yang mengaku telah memiliki pengalaman mistik tentang neraka dan mereka menuliskan pengalaman itu. Berikut ini adalah tiga buah tulisan singkat dari mereka.

Katekismus menjelaskan bahwa pewahyuan-pewahyuan pribadi tidaklah ‘memperbaiki ataupun menggenapi’ kekayaan iman kita, tetapi hal itu adalah bertujuan untuk ‘menolong kita menjalani kehidupan yang lebih baik dengan melalui pewahyuan itu dalam masa tertentu dari sejarah.’ Karena itu silakan membaca penglihatan-penglihatan ini dengan arif sambil mengambil manfaat yang bisa membantu anda memahami realitas kehidupan kekal yang dialami oleh jiwa-jiwa yang terkutuk itu secara lebih serius lagi.

‘Segalanya serba kegelapan saja’, kata St.Teresa dari Avila.
Seorang kudus yang besar dari abad 16, St.Teresa dari Avila, seorang biarawati dan teolog Karmelit. Dia adalah salah satu dari 35 orang Doktor Gereja dan bukunya yang berjudul ‘The Interior Castle’ dianggap sebagai salah satu buku terbaik tentang kehidupan spirituil. Dalam otobiografinya, dia menjelaskan sebuah penglihatan atas neraka, yang dipercayainya telah diberikan Tuhan kepadanya, yang bertujuan untuk menolongnya menjauhi dosa-dosanya.
“Jalan masuknya merupakan sebuah jalan yang panjang dan sempit, seperti sebuah tungku api, sangat rendah, gelap dan tertutup. Tanah serasa penuh dengan air, lumpur, berbau busuk, dengan aroma penyakit sampar yang kental, tertutup penuh oleh binatang yang menjijikkan. Pada ujungnya berupa sebuah rongga di dinding, seperti sebuah lemari, dan disitu aku melihat diriku terkurung didalamnya. Semua ini masih terasa nyaman jika dibandingkan dengan apa yang kurasakan disitu. Sungguh aku tidaklah membesar-besarkan ceritaku ini...”
“Aku merasakan ada api didalam jiwaku. Aku tak bisa mengerti bagaimana menjelaskannya. Penderitaan tubuhku serasa tak tertanggungkan lagi. Aku telah mengalami penderitaan yang paling menyakitkan dalam kehidupan ini... namun semua ini masih belum apa-apa jika dibandingkan dengan apa yang kurasakan kemudian, terutama ketika aku melihat bahwa tak ada jeda sedikitpun juga atas penderitaan ini, dan iapun tak ada akhirnya....”

“Tinggal di tempat yang penuh penyakit itu, dan tanpa kekuatan sama sekali untuk memperoleh pengharapan akan penghiburan, aku tak bisa duduk ataupun berbaring, karena tak ada tempat disitu. Aku ditempatkan di sebuah lubang pada dinding, dan dinding itu nampak mengerikan sekali wujudnya, menghimpitku dari segala sisi. Aku tak bisa bernapas. Tak ada cahaya, semuanya hanya berupa kegelapan saja...”

“Setelah itu aku mengalami sebuah penglihatan lainnya yang amat menakutkan, dimana aku melihat hukuman atas dosa tertentu. Hal itu amat mengerikan untuk dilihat. ... aku telah pernah membaca adanya berbagai siksaan dan betapa setan mengoyakkan daging dengan penjepit yang merah membara. Namun semuanya seakan belum apa-apa, itu adalah sebuah hal yang sungguh berbeda. Yang satu adalah sebuah realita, dan yang lain adalah sebuah gambar, dan semuanya terbakar disini didalam kehidupan ini yang tak ada bandingnya dengan apa yang terjadi disana. Aku merasa ketakutan sekali oleh penglihatan itu hingga saat aku menulis ini, meski hal itu terjadi hampir enam tahun yang lalu, kehangatan tubuhku serasa membeku jika sekarang aku mengingatnya kembali.”
 
“Adalah penglihatan itu yang memenuhi diriku dengan kesedihan yang sangat besar demi aku melihat jiwa-jiwa yang musnah disana, terutama kaum Lutheran, karena mereka dulu adalah anggota Gereja karena pembaptisan, dan hal itu menimbulkan keinginan yang paling besar dalam diriku untuk menyelamatkan mereka. Aku percaya, pastilah, untuk bisa menyelamatkan satu jiwapun akan menuntut penebusan siksaan yang besar dan aku bersedia untuk menanggung banyak kematian sekalipun.”

Gua-gua dan lubang-lubang siksaan”, St. Maria Faustyna Kowalska
St. Maria Faustyna Kowalska, lebih dikenal dengan St.Faustina, seorang biarawati Polandia yang mengaku menerima berbagai penglihatan antara lain, Yesus, Ekaristi, para malaikat, serta berbagai orang kudus. Dari penglihatan-penglihatan yang dialaminya yang dituliskan dalam Diary-nya maka Gereja kini menerima sebuah devosi Kaplet Kerahiman Ilahi. Dalam salah satu tulisannya bulan Oktober 1936, dia menceritakan penglihatan atas neraka yang dialaminya :
“Hari ini aku dituntun oleh seorang Malaikat menuju jurang neraka. Ia adalah sebuah tempat penyiksaan besar, betapa besar dan luasnya tempat itu. Aku melihat berbagai jenis siksaan  ada disitu : siksaan pertama adalah berupa kehilangan Allah. Siksaan kedua adalah penyesalan hati nurani selamanya. Ketiga, keadaan jiwa itu tidaklah berubah selama disana. Ke empat, api yang merasuki jiwa tanpa membakarnya habis, sebuah penderitaan yang mengerikan karena ia betul-betul berupa api spirituil yang murni yang disulut oleh murka Allah. Siksaan ke lima adalah kegelapan terus menerus dan bau busuk yang amat menyengat, dan disamping kegelapan tadi, setan dan jiwa-jiwa yang terkutuk disana bisa saling memandang satu sama lain dan semua kejahatan orang lain maupun kejahatan dirinya. Siksaan ke enam, adalah keberadaan setan yang terus menerus. Siksaan ke tujuh, adalah rasa putus asa yang mengerikan, kebencian akan Allah, kata-kata yang keji, kutukan dan hujatan.

“Ini semua adalah siksaan bersama-sama yang dialami oleh jiwa-jiwa terkutuk, namun itu bukanlah akhir dari penderitaan mereka. Masih ada siksaan khusus bagi jiwa-jiwa tertentu. Ini adalah berupa siksaan inderawi. Setiap jiwa mengalami penderitaan yang mengerikan dan tak terkira besarnya yang berhubungan dengan jenis dosa yang dilakukannya. Disana ada gua-gua dan lubang-lubang penyiksaan dimana satu jenis siksaan berbeda dengan lainnya. Tentulah aku akan mati jika sekilas saja melihat siksaan itu seandainya Allah Yang Maha Kuasa tidak mempertahankan aku. Semoga para pendosa tahu bahwa dia akan disiksa selamanya, didalam indera yang digunakannya untuk berbuat dosa. Aku menuliskan hal ini atas perintah dari Tuhan agar tak ada jiwa yang dengan berbagai alasan berani berkata bahwa neraka itu tidak ada, atau bahwa tak ada orang yang masuk kesana, sehingga tak seorangpun bisa menceritakan bagaimana keadaan disana.

“Aku, Suster Faustina, atas perintah Allah, telah megunjungi lembah neraka agar aku bisa menceritakan kepada jiwa-jiwa mengenai tempat itu dan bersaksi atas keberadaanya. Aku tak bisa berbicara mengenai hal itu sekarang. Tetapi aku telah menerima sebuah perintah dari Allah untuk menuliskannya. Setan-setan penuh dengan kebencian kepadaku, namun mereka harus mematuhi aku atas perintah Allah. Apa yang telah kutuliskan ini hanyalah gambaran sedikit saja dari apa yang kulihat disana. Namun aku tahu akan satu hal : sebagian besar mereka adalah jiwa-jiwa yang tidak percaya bahwa neraka itu ada. Ketika aku kesana, aku hampir tak bisa sadar dari rasa takutku. Betapa mengerikan melihat jiwa-jiwa yang menderita disana. Akibatnya, aku berdoa lebih tekun lagi demi pertobatan para pendosa. Tanpa henti aku terus memohon kepada Tuhan agar berbelas kasihan kepada mereka. Oh Yesusku, lebih baik aku menderita hingga akhir dunia ini ditengah segala penderitaan, dari pada harus menentang Engkau melalui dosa sekecil apapun.” (Diary of St. Faustina, 741)

Lautan api yang luas: Suster Lucia dari Fatima
Suster Lucia masih belum menjadi seorang Santa, namun dia adalah salah seorang visiuner dalam penampakan yang paling penting di abad 20 ini di Fatima, Portugal. Pada tahun 1917 dia menjadi salah satu dari tiga anak yang mengaku menerima penglihatan dari Perawan Maria Terberkati. Dia berkata bahwa Maria memperlihatkan kepadanya sebuah penglihatan atas neraka, yang kemudian dituliskannya didalam Memoir-nya :
“(Maria) membuka lengannya sekali lagi, seperti yang dilakukannya dalam dua bulan sebelumnya. Nampak berkas cahaya memancar dan menembus bumi dan kami melihat, sebuah lautan api yang luas. Tercebur didalam api itu, kami melihat, setan-setan dan jiwa-jiwa terkutuk. 

“Yang terakhir ini nampak seperti bara api yang transparan, serba hitam atau seperti tembaga yang terbakar, dalam wujud manusia. Mereka itu nampak melayang-layang ditengah kobaran api, kadang-kadang naik ke atas oleh kobaran api yang keluar dari dirinya bersama-sama dengan awan asap yang tebal. Kemudian mereka terjatuh ke bawah ke segala arah seperti percikan-percikan dari api yang besar, tanpa bobot maupun keseimbangan, ditengah jeritan rasa sakit dan putus asa, yang sangat menakutkan kami dan membuat kami gemetar ketakutan (mungkin penglihatan inilah yang membuat kami menjerit ketakutan seperti yang didengar oleh orang-orang).

“Setan-setan itu bisa dibedakan dari jiwa-jiwa terkutuk melalui penampilan mereka yang mengerikan dan menjijikkan seperti binatang yang menakutkan dan tak dikenal, gelap dan transparan seperti bara api. Penglihatan itu hanya berlangsung sekejap saja, terima kasih kepada Bunda Surgawi yang pada penampakan pertama telah berjanji untuk membawa kami ke Surga. Jika tanpa janji itu, maka kukira kami telah mati oleh rasa ngeri dan takut.”

Apakah anda tersentuh oleh cerita ini? Semoga kita menyerahkan diri kepada kerahiman Allah didalam Yesus Kristus, dan menghindari segala sesuatu yang mendekati kisah ini, dan kita bisa menjalani keabadian didalam persekutuan dengan Allah di Surga. Amin.