Saturday, November 21, 2009

St. Dominikus




Berikut ini suatu kisah tentang St.Dominikus dan orang yang kerasukan setan, dari buku Rahasia Rosario karya St. Louis Maria de Montfort halaman 86-89.

Ketika Santo Dominikus sedang berkhotbah tentang Rosario di dekat Carcassone, seorang penganut bidaah Albigensia yang kerasukan setan dibawa kepadanya. Dominikus membebaskan dia dari roh jahat itu di depan banyak umat. Kira-kira ada dua belas ribu orang datang untuk mendengarkan dia berkhotbah. Iblis-iblis yang merasuki orang tersebut dipaksa menjawab pertanyaan-pertanyaan Santo Dominikus.

Mereka mengatakan bahwa: Mereka berjumlah lima belas ribu di dalam tubuh orang malang itu, karena ia telah menyerang lima belas misteri rosario Selanjutnya mereka bersaksi bahwa dengan mewartakan rosario suci, Santo Dominikus menyebarkan ketakutan dan kengerian di dalam neraka, dan bahwa Santo Dominikus adalah orang yang paling mereka benci di seluruh dunia, karena jiwa-jiwa yang direnggutnya kembali dari tangan mereka melalui devosi kepada rosario suci. Mereka mengatakan juga hal-hal lainnya. Santo Dominikus melilitkan rosarionya di leher orang Albigensia itu serta meminta kepada setan-setan itu untuk menceritakan kepadanya siapakah dari antara semua orang kudus di surga yang paling mereka takuti, dan siapakah yang paling disayangi dan dihormati manusia.

Mendengar itu iblis-iblis menjerit ketakutan sehingga sebagian besar umat yang ada di situ merebahkan diri ke tanah dan pucat ketakutan. Kemudian dengan segala kelicikannya, agar tidak menjawab pertanyaan Santo Dominikus, setan-setan itu menangis dan merintih yang memilukan sehingga membuat banyak orang yang hadir di situ turut menangis karena sungguh merasa kasihan. Setan-setan itu berbicara melalui mulut bibir orang Albigensia itu, memohon dengan sangat: Dominikus, Dominikus, kasihanilah kami, kami berjanji kepada Anda bahwa kami tidak akan lagi menyakiti Anda. Engkau selalu berbelas kasihan kepada orang-orang berdosa dan orang-orang yang bersusah. Sayangilah kami, karena kami berada dalam kesulitan yang tak terkatakan. Kami sungguh sangat menderita, lalu mengapa engkau bergembira dengan memperberat penderitaan kami ? Apakah engkau belum puas dengan penderitaan kami tanpa menambahkannya lagi ? Sayangilah, sayangilah kami!



(Bersambung)