Friday, November 27, 2009

Berdoalah Credo




B A B 2

“Dan akan Yesus Kristus, PuteraNya, Tuhan kita”.

Lalu Allah menciptakan manusia untuk mengisi singgasana kosong yang ditinggalkan oleh para malaikat durhaka itu. Dia menciptakan manusia menurut citraNya.

Karena Dia adalah kasih, Dia menciptakan perbedaan jenis kelamin. Allah menciptakan manusia sebagai laki-laki dan perempuan. Karena kasih itu merupakan sebuah relasi, maka untuk bisa mengasihi orang, membutuhkan orang lain.

Karena Tuhan adalah Satu didalam tiga Pribadi, maka Tuhan membuat jenis kelamin untuk : 1) penyatuan, untuk membuat laki-laki dan perempuan menjadi satu didalam perkawinan, seperti halnya Dia adalah Satu, dan 2) proses penciptaan, merupakan pintu menuju kehidupan, untuk membantu laki-laki dan perempuan menciptakan keluarga, sebagaimana Dia adalah sebuah keluarga yang terdiri atas tiga Pribadi.

Kini Allah, Bapa kita, adalah Allah yang berbahagia, karena itu Dia memberi manusia segala sesuatu yang diperlukan untuk berbahagia secara penuh : sebuah dunia yang merupakan Surga dan seorang perempuan yang menjadi pasangan yang cocok baginya, seorang perempuan dengan siapa laki-laki bisa menjadi satu, untuk menjadi subur dan berkembang biak serta memenuhi dunia ini.

Untuk mempertahankan kebahagiaan awal ini tetap menjadi miliknya dan anak-anaknya, Allah berkata kepada laki-laki untuk tidak makan buah dari suatu pohon tertentu. Apa yang dimaksudkan Allah adalah : ‘Janganlah menyatakan kebebasanmu dariKu. Janganlah berusaha untuk menjalani hal itu sendiri, menerapkan ukuran-ukuranmu sendiri. Aku menciptakan kamu, Aku tahu apa yang terbaik bagimu. KehendakKu, bukan kehendakmu, adalah jalan menuju kebahagiaan’.

Maka baiklah keadaannya dengan laki-laki dan perempuan, dan mereka menjalaninya dengan baik pula. Namun suatu makhluk asing masuk kedalam panggung, yaitu setan, pemimpin dari malaikat yang durhaka. Dia iri hati terhadap laki-laki dan perempuan. Iri hati adalah sebuah dosa yang busuk. Ia bersedih atas nasib baik orang lain, sehingga ia berusaha untuk melepaskan orang lain itu dari nasib baiknya itu. Itulah yang dilakukan oleh setan. Itulah sebabnya pengarang Kitab Kejadian menggambarkan ia sebagai ular yang melata. Dan cukup menyedihkan, laki-laki dan perempuan pertama itu terjatuh oleh kebohongan setan. Mereka menjadi tidak patuh kepada Allah. Ketidak-patuhan ini membuka sebuah ‘kotak Pandora’ dari setan yang sesungguhnya.

Mereka kehilangan keakraban dengan Allah : yaitu rahmat penyucian. Mereka kehilangan keadaannya yang tak berdosa dan mereka merasakan sengatan daging. Laki-laki dan perempuan terkoyak peranannya yang esensiil. Dia mencukupi kebutuhan keluarganya hanya dengan cucuran keringat di jidatnya. Dia melahirkan anak-anaknya dengan rasa sakit. Dan untuk mengakhiri semua itu, mereka harus kembali kepada debu, kematian.

Yang lebih buruk lagi adalah akibat-akibat dari dosa asal mereka, yang berupa kesombongan dan ketidak-patuhan, menghinggapi seluruh anak-anak mereka. Sebagai anak-anak dari seorang bapa yang telah mempermainkan nasib baiknya, akan menjadi msikin tanpa uang, maka kitapun sebagai anak-anak dari laki-laki dan perempuan yang pertama dulu, memasuki dunia ini tanpa memiliki kekayaan rahmat, dengan kecenderungan yang kuat untuk melakukan apa yang kita inginkan, bukan apa yang diinginkan Allah, dan dengan kemudahan untuk menjadi sakit, menderita dan mati.

Kerusakan ini begitu menyeluruh sehingga tak seorangpun bisa luput darinya. Kita adalah seperti sebuah telur yang baik, jika kita berasal dari tangan-tangan Allah, namun kita memiliki kegagalan yang besar, dan semua kuda milik raja dan para pengawal raja tak mampu mengatasinya. Maka Raja itu sendirilah yang harus datang. Allah Bapa harus mengutus PuteraNya, Raja dari segala raja.

Anda tahu bahwa beratnya penentangan juga diukur dari kemuliaan dari dia yang ditentang. Jika saya menembak sebuah sasaran, tak ada orang yang terluka disitu. Namun jika saya menembak ayam tetangga, mungkin saja saya masih tidak di apa-apakan. Tetapi jika saya menembak tetangga saya, maka ceritanya jadi lain. Anda tahu, dengan melihat tujuannya, maka sasaran tembak akan menentukan beratnya tembakan itu.

Dosa adalah sebuah penentangan terhadap Allah. Karena Allah itu bersifat Tak Terhingga, maka dosa itupun tak terbatas. Dosa dari orangtua pertama kita dulu telah menempatkan kita didalam kesulitan yang amat besar. Seperti didalam tindakan bunuh diri, orang bisa melakukan sesuatu yang tidak bisa dia batalkan, yaitu kematian. Benar tidaknya alasan dari perbuatan ini bukan diukur dari sudut pandang pelakunya, tetapi oleh kemuliaan dari dia yang paling menentukan nilai dari tindakan itu. Seorang istri ditentang oleh suaminya tak akan bisa menerima alasan dari pihak anak-anak.

Begitulah masalahnya yang ada didalam penebusan kita. Manusia telah berhutang dalam jumlah yang tak terhingga besarnya, namun hanya sebagai manusia, dia tak akan bisa membayarnya.

Untuk menutup celah diantara Allah dan manusia yang disebabkan oleh dosa ini, maka Allah terpaksa datang ke dunia karena Dialah satu-satunya yang bisa melunasi hutang yang begitu besarnya itu, dan Allah ini haruslah menjadi seorang manusia, karena manusialah yang memiliki hutang itu. Pada saat yang sama, Allah-manusia ini haruslah berwujud didalam satu pribadi, sebab jika tidak, maka tak ada satu pihak yang bisa bertindak bagi pihak lain.

Persatuan Allah dengan manusia ini yang ada didalam Pribadi Kedua dari Tritunggal, itulah yang kita maksudkan sebagai Inkarnasi. Manusia ciptaan Allah ini adalah Yesus Kristus. Karena Dia adalah Putera Tunggal Allah, Tuhan kita, maka hanya Dia saja yang bisa menjadi jembatan antara Surga dan bumi. Oleh KeilahianNya, Yesus bisa menyentuh tepi-tepi Surga, oleh KemanusiaanNya, Dia bisa menyentuh tepi-tepi dunia, dan didalam kesatuan kepribadianNya, Dia bisa menyatukan Surga dan bumi --- didalam Dia ‘keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman’ (Mzm.85:11). Maka kita menyebut Yesus sebagai Imam Agung, Puas Yang Utama (didalam bahasa Latin, Pontiff berarti ‘pembangun jembatan’).

Didalam buku ini kami mengatakan : ’Aku percaya akan Yesus Kristus, PuteraNya yang tunggal, Tuhan kita’. Karena Yesus Kristus adalah Putera Tunggal Allah, maka Dia adalah Tuhan kita. Dan Dia adalah sungguh Tuhan kita hanya jika kita setia kepadaNya, mematuhi, mengasihi, mengikuti, berjuang bagi Dia seperti prajurit yang berjuang bagi komandan mereka. Yesus tidak berkata : berundinglah tentang Aku, tetapi : ikutlah Aku. Pada saat Pembaptisan, Dia tidak bertanya : ‘Apakah kamu tertarik kepadaKu ?’, tetapi : ‘Apakah kamu lebih memilih Aku dari pada setan ? Apakah kamu menolak setan ?’.

Kita memiliki dua musuh, sama seperti orangtua kita pertama dulu : musuh dari dalam (kecenderungan yang kuat dari dalam diri kita untuk melaksanakan keinginan kita, bukannya keinginan Allah) dan musuh dari luar (yaitu setan). Di Medjugorje, Bunda Maria selalu memperingatkan kita tentang setan. Kebencian setan terhadap kita tidak pernah berkurang sejak dahulu. “Lawanmu, si iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya” (1 Ptr.5:8). Itulah sebabnya St.Paulus mendesak kita untuk ‘kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat iblis’ (Ef. 6:11).

Bunda Maria berkali-kali mengatakan kepada kita apa senjata Allah ini. Yang pertama adalah puasa pada hari Rabu dan Jumat. Puasa akan bisa mengatasi kecenderungan egoisme dari dalam diri kita. Lalu untuk mengatasi serangan setan, Bunda Maria mengatakan agar kita menggunakan Sakramen-sakramen dan benda-benda sakramental : Misa Kudus harian, jika mungkin pengakuan dosa setiap bulan, memakai benda-benda terberkati (skapulir coklat dsb) dan doa rosario setiap hari. Tanpa senjata-senjata ini, kita akan berada dalam keadaan tanpa daya menghadapi musuh-musuh kita, tetapi dengan senjata-senjata itu maka musuh kita tak akan berdaya.