Saturday, November 28, 2009

Berdoalah Credo




B A B 3

“Yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria”.

Allah Bapa menghendaki agar PuteraNya datang ke dunia ini seperti anak-anak kecil lainnya, yaitu didalam sebuah keluarga. Dan Putera juga ingin menjadi seperti kita dalam segala hal, kecuali dalam hal dosa.

Karena itu sejak awal mula, Bapa telah memilih seorang wanita untuk menjadi ibu dari PuteraNya. Di Taman Firdaus Dia berkata kepada setan :”Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dengan keturunannya” (Kej.3:15). Lalu melalui Yesaya, Dia bernubuat :”Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel” (Yes. 7:14). Perempuan itu akan menjadi seorang ibu yang perawan !

Namanya adalah Maria. Untuk menjadikan dia sebagai ibu yang layak bagi PuteraNya, Allah memenuhi dia dengan rahmat. St.Louis de Montfort berkata :”Allah Bapa menciptakan semua himpunan dari air dan Dia menamakannya laut (mare dalam bahasa Latin berarti laut). Dia mengumpulkan segala rahmatNya dan menyebutnya : Maria (maria adalah bentuk jamak dari laut --- dalam bahasa Latin).

Bagi suaminya, yaitu bapa-asuh dari PuteraNya, Allah memilih seorang pria bernama Yusuf. Dia melakukan peranan Yusuf di Mesir (Kej.37:50). Seperti Yusuf, maka dia mencukupi dan menjadi pelindung dari keluarga kudus --- tidak lebih ! Jadi ‘Pada waktu Maria, ibuNya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka menjadi suami istri’ (Mat. 1:18).

Adam yang pertama, datang dari Allah tanpa campur tangan seorang wanita, dan Adam yang kedua berasal dari Allah, tanpa campur tangan laki-laki. Putera Allah yang memiliki Bapa di Surga, tak memiliki bapa di dunia ini. Dia yang tak memiliki ibu di Surga, tak memiliki juga di dunia. Karena itu Putera Allah ‘dikandung oleh Roh Kudus’.

Betapa besarnya Roh Kudus mengasihi Maria ! Dari sejak semula, Allah Bapa dan Allah Putera telah menciptakan suatu Pribadi yang Ilahi. Roh Kudus sendiri adalah steril. Dia berbuah melalui Maria yang dinikahiNya. Bersama Maria, didalam Maria dan dari Maria maka Dia menghasilkan Maha KaryaNya, yaitu manusia ciptaan langsung dari Allah.

Betapa Dia merasa amat berhutang kepada Maria ! Karena kesediaannya untuk mengandung dari Roh Kudus dilakukan secara cuma-cuma dan dengan rasa kasih, hal ini dikatakan kepada Malaikat Agung Gabriel. Pada saat dia menyatakan kesediaannya, maka Roh Kudus menjadikan Sabda Allah sebagai daging didalam rahimnya.

Kita merayakan peristiwa masuknya Allah kedalam wilayah sejarah manusia ini pada 25 Maret, Hari Pesta ‘Bunda Maria mendapat kabar gembira’. Begitu bersejarah peristiwa ini, sehingga ia membagi sejarah menjadi dua kurun waktu : sebelum kedatanganNya (BC) dan setelah kedatanganNya (yaitu tahun yang kita gunakan saat ini). Dan kita mengingat peristiwa mulia ini hingga tiga kali sehari yang ditandai oleh bunyi lonceng Gereja dan doa Angelus.

Karena relasi yang begitu dekatnya kepada Maria, maka Roh Kudus secara khusus memberi karunia semua orang yang dekat dengan Maria. Jadi itulah pentingnya devosi kepada Maria.

Karena Maria mengandung oleh Roh Kudus, maka Gereja didalam Confiteor berbicara tentang dia sebagai ‘Perawan Abadi’. Perawan abadi berarti bahwa Maria adalah tetap perawan, baik sebelum, selama dan setelah kelahiran Puteranya, Yesus. Sebelum kelahiranNya, dia tetap perawan, karena dia mengandung dari Roh Kudus. Selama kelahiranNya, karena Dia dilahirkan dari rahimnya di kandang Bethlehem tanpa merusak keperawanannya, seperti suatu cahaya yang melewati kaca tanpa memecahkannya. Setelah kelahiranNya, Maria tak memiliki anak lainnya lagi. Seperti didalam semak belukar yang menyala, yang dilihat oleh Musa, ia terbakar namun tidak menjadi musnah oleh api yang menyelimutinya itu, maka Putera dari Maria, yang merupakan nyala api Matahari Keadilan --- tidak menelan keperawanan IbuNya.

Para saudara laki-laki Allah yang dibicarakan didalam Injil adalah semua saudara. Baik orang Ibrani maupun Aramaic memiliki kata khusus bagi kemenakan. Semua saudara disebut sebagai ‘saudara laki-laki’. Jadi Yakobus, Simon, Yudas, juga disebut sebagai anak-anak Maria. Injil mengatakan sebagai Putera Tunggal, seperti yang diceritakan didalam kisah Yesus diketemukan di bait Allah, begitu juga kenyataan bahwa Yesus diatas salibNya mempercayakan IbuNya kepada Yohanes --- sesuatu yang aneh untuk dilakukan saat itu, jika saja Maria memiliki anak-anak lainnya.

Jika Yesus dikatakan sebagai ‘anak pertama’ Maria, maka salah sekali jika hal itu diartikan bahwa kemudian ada ‘anak kedua’. ‘Anak pertama’ adalah istilah tehnis bagi laki-laki yang membuka rahim dan secara khusus dipersembahkan kepada Allah (Kel. 13:2; Luk. 2:23). ‘Anak Pertama’ berarti bahwa sebelum dia, tak ada yang lainnya lagi, bukannya ‘dia mendahului lahir sebelum yang lainnya’.

Akhirnya, adalah salah jika membaca pernyataan Mateus 1:25 :’Yusuf tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus’, lalu mengartikan kata sampai diatas seolah Maria masih perawan hingga saat kelahiran Yesus, namun sesudah itu tidak perawan lagi. Kata sampai, berkaitan dengan apa yang terjadi sebelumnya, bukan dengan kejadian apa yang terjadi sesudahnya. Sesungguhnya apa yang dimaksudkan Mateus ialah bahwa Yusuf bukannya bapa alamiah dari Yesus, karena konsepsi dari kehamilan itu bersifat perawan. Itulah yang dimaksudkan oleh kalimat dalam bahasa Yunani itu.

Maria dikawinkan, seperti kita katakan, karena Allah menghendaki Yesus dilahirkan didalam sebuah keluarga, seperti halnya setiap manusia. Namun ada alasan lain : seorang ibu yang tidak menikah pada zaman itu akan menghadapi berbagai masalah, bukan saja bagi Maria, tetapi juga bagi Yesus.

Saat ini, sayangnya, dunia cenderung untuk merusak keperawanan sebagai sesuatu yang tidak produktif serta kemudian menggugurkan hasil produksi keibuan.

Maria sebagai seorang perawan dan seorang ibu, seolah mengajari kita bahwa keperawanan yang dipersembahkan bagi suatu kehidupan religius justru bisa memiliki nilai produktivitas yang tinggi.

Dia adalah ibu dan perawan, dan hal ini mengajari para suami dan istri bahwa ada suatu ‘orangtua berencana’ yang bisa dilakukan, namun tidak berdosa, suatu metoda ‘sympto-thermic’, yang bisa menggantikan cara kontrasepsi artifisial yang amat berdosa itu.

Hanya Tuhan saja sebagai Pencipta kehidupan, bukan kita. Dia yang menentukan bagaimana kehidupan di dunia ini, yang secara normal melalui suami dan istri. Suatu konsepsi yang perawan mungkin mengherankan kita, namun tak ada yang tidak mungkin bagi Allah. Karena itu kita sungguh percaya bahwa Putera Allah dikandung oleh Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria. Memang menakjubkan cara-cara Allah !




(Bersambung)