Thursday, December 31, 2009

Sakramen Tobat






Disini dibicarakan tentang Sakramen Tobat. Apa bedanya Sakramen ini dengan psikoanalisa.


Silakan klik disini

Wednesday, December 30, 2009

Sakramen Ekaristi






Apa itu Sakramen Ekaristi dan apa manfaatnya bagi kehidupan kita.

Silakan klik disini

Tuesday, December 29, 2009

Sakramen Penguatan




Disini dibicarakan tentang Sakramen Penguatan. Peranannya didalam hidup kita serta tanggung jawab kita setelah menerima Sakramen itu.


Silakan klik disini

Pesan Bunda Maria di Medjugorje 25 Desember 2009

Pesan Bunda Maria kepada Marija :

“Anak-anak yang terkasih. Pada hari yang bahagia ini, aku membawa kamu semua kehadapan Puteraku, Raja Damai, agar Dia berkenan memberimu berkat dan damaiNya. Anak-anak kecil, dengan rasa kasih, bagikanlah berkat dan damaiNya itu dengan sesamamu. Terima kasih atas tanggapanmu terhadap panggilanku"

Pesan Bunda Maria kepada Jacov Colo :


“Anak-anak yang terkasih. Saat ini, dengan cara yang khusus, Tuhan mengijinkan aku untuk berada bersamamu. Aku ingin menuntun kamu semua di jalan yang menuju kepada Yesus dan kepada keselamatanmu. Anak-anak kecilku, kamu hanya bisa menemukan keselamatan didalam Tuhan, karena itu, terutama di saat penuh rahmat ini, bersama Yesus kecil di tanganku, aku memintamu untuk membiarkan Yesus lahir didalam hatimu. Hanya dengan Yesus didalam hatimu kamu bisa menemukan jalan keselamatan dan kehidupan kekal. Terima kasih atas tanggapanmu terhadap panggilanku”.

Monday, December 28, 2009

Sakramen Baptis





Disini membicarakan apa itu Sakramen Baptis. Bagaimana Sakramen Baptis ini membawa masuk seseorang kepada keanggotaan dariTubuh Mistik Kristus, yaitu Gereja.

Lengkapnya silakan klik disini

Sunday, December 27, 2009

Tentang Sakramen





Artikel ini membahas mengenai Sakramen secara umum. Apa itu Sakramen dan apa peranannya didalam kehidupan kita/

Silakan baca lebih jauh disini.

Saturday, December 26, 2009

Tangga Misterius






Tangga Misterius ini berada di Santa Fe, New Mexico, USA.
Ada beberapa keanehan atau keajaiban disitu.
Silakan klik disini.

Friday, December 25, 2009

Akhir Zaman

Artikel ini berkisah tentang Akhir Zaman.
Ditampilkan dalam multi media yang amat menarik.
Kita bisa belajar dari sini serta mempersiapkan diri kita dengan sebaik-baiknya guna menghadapinya nanti.
Silakan klik disini.

Thursday, December 24, 2009

Bersandar Kepada Tuhan (Bab 16)





Bab 16


Betapa kuasa Allah meliputi segalanya


Jika kita datang kepada Tuhan dalam keadaan polos, apa adanya, tanpa hambatan apapun, secara langsung, bebas dan damai, maka seperti telah dijelaskan diatas, dimana kita bersatu denganNya, apakah pikiran kita dalam keadaan bahagia ataupun sedih, apakah didalam kehidupan atau kematian, maka tugas kita adalah menyerahkan segalanya tanpa ragu dan pasti, secara umum dan secara khusus, kepada kuasaNya yang tak bisa dipertanyakan dan tak bisa salah. Hal ini tidaklah mengherankan karena hanya Dia sendiri yang membuat segala sesuatu menjadi ada, memberi kemampuan dan sifat serta gerak kepada semuanya, yaitu yang berupa kekuatan, kinerja, sifat, cara, tatanan, berat dan ukuran. Terutama karena seperti sebuah karya seni akan menggambarkan sebuah kejadian alam, maka dengan cara yang sama pula kejadian alam akan mencerminkan karya Tuhan, yang menciptakan, mempertahankan, memerintah dan menyelenggarakan, karena hanya Dia saja yang memiliki kuasa, kebijaksanaan, kebaikan, kerahiman, keadilan, kebenaran, kasih yang tak terbatas, tak berubah dan maha ada. Maka tidak satupun yang bisa ada atau bertindak dengan kemampuannya sendiri kecuali ia bertindak atas kuasa Allah, yang merupakan Penggerak Utama dan Prinsip Utama yang menjadi penyebab dari setiap gerakan, dan sebagai aktor dari setiap kejadian. Karena sepanjang tatanan alamiah ini terjadi, Tuhan mencukupi segalanya tanpa pengantara siapapun hingga kepada detil yang terakhir. Maka tidak satupun dari yang terbesar hingga yang terkecil bisa lepas dari kuasa yang kekal dari Allah, atau keluar dari kuasa itu, apakah hal itu dalam hal keinginan, peristiwa, sebab akibat, atau bahkan kecelakaan diluar kontrol manusia. Namun Tuhan tak bisa berbuat apa-apa yang berada diluar tatanan atau aturan kuasaNya, sama seperti Dia tak bisa berbuat apa-apa yang bukan menjadi sasaran dari tindakanNya. Karena itu kuasa Ilahi merangkul segala hal, secara umum dan secara khusus, bahkan termasuk pikiran manusia. Kitab Suci telah berkata ‘Serahkanlah segala kekuatiranmu kepadaNya, sebab Ia yang memelihara kamu’ (1 Pet 5:7). Dan nabi Daud juga berkata ‘Serahkanlah kuatirmu kepada Tuhan, maka Ia akan memelihara engkau’ (Mzm 55:22). Dan ‘lihatlah kepada bangsa-bangsa, anakku, dan perhatikanlah bahwa tak seorangpun yang percaya kepada Tuhan dan dikecewakan. Siapakah yang taat pada perintah-perintahNya akan ditinggalkan ? (Sir 2:22). Dan Tuhan sendiri juga berkata ‘Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum’ (Mat. 6:25). Karena itu apapun dan bagaimanapun besarnya kita bisa berharap kepada Tuhan, maka tidak ragu lagi kita akan menerima, seperti kata Deuteronomy ‘setiap tempat dimana kakimu berpijak akan menjadi milikmu’ (Deut 11:24). Karena seseorang akan menerima apapun yang diinginkannya sejauh dia bisa menjejakkan kaki imannya, begitulah banyaknya yang akan dimilikinya. Itulah sebabnya Bernard berkata ‘Tuhan, Pencipta segala hal, amat berlimpah kasih karuniaNya sehingga betapapun besarnya piala rahmat yang bisa kita pegang dan kita arahkan kepadaNya, kita akan menerimanya secara penuh. Begitu juga Markus berkata dalam Injilnya ‘Apa saja yang kamu minta dan doakan percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu’ (Mark. 11:24). Maka semakin kuat dan semakin besar iman kita kepada Tuhan, semakin hormat dan teguh doa itu dipersembahkan kepadaNya, dan semakin pasti, semakin berlimpah, dan semakin cepat apa yang kita harapkan akan terlaksana dan diperoleh. Tentu saja jika didalam melakukan hal ini iman kita kepada Tuhan masih lemah dan lambat untuk menghadap kepadaNya karena banyak dan besarnya dosa-dosa kita, maka kita harus ingat, bahwa segala hal adalah mungkin bagi Tuhan dan bahwa apa yang Dia inginkan pastilah terjadi, sementara itu apa tidak diinginkanNya tidak mungkin terjadi dan amatlah mudah bagiNya untuk mengampuni dan menghapuskan dosa-dosa yang tak terbilang banyaknya seperti terhadap sebuah dosa saja. Sementara itu seorang pendosa, jika dengan kekuatannya sendiri, tak bisa dia bangkit dari dosa-dosanya yang banyak, bebas dan keluar sendiri dari dosa-dosa itu, meskipun atas satu dosa saja. Karena itu kita tak bisa, bukan saja untuk berbuat apapun, bahkan untuk berpikir yang baik sekalipun dengan kemampuan kita sendiri, kecuali hal itu dari Tuhan. Namun adalah lebih berbahaya jika kita terjerat didalam berbagai dosa dari pada dengan satu dosa saja, karena tak ada dosa yang tidak dihukum dan setiap dosa berat layak menerima hukuman kekal dan hal ini dengan melalui pengadilan yang keras dari Tuhan, karena dosa semacam itu adalah dosa melawan Tuhan yang layak menerima penghormatan dan kemuliaan yang besar. Terlebih lagi menurut Rasul Paulus, ‘Tuhan mengenal siapa kepunyaanNya’ (2 Tim 2:19) dan tidaklah mungkin bagi mereka untuk musnah oleh pusaran angin atau banjir kesesatan, skandal, perpecahan, penganiayaan, bidaah, cobaan, penentangan, ataupun godaan, karena Dia telah bisa melihat sebelumnya dari keabadian, jumlah dari orang pilihanNya dan besarnya jasa-jasa mereka sedemikian rupa hingga segala sesuatu yang baik atau buruk, apa yang menjadi milik atau bukan milik mereka, kesejahteraan, penentangan, semua itu bekerja bersama-sama bagi mereka demi kebaikan, hingga mereka nampak lebih mulia dan terpuji ditengah segala penentangan. Karena itu marilah kita melakukan segala sesuatu dengan penuh keyakinan, secara umum dan secara khusus, percaya dan tanpa ragu, kepada kuasa Ilahi, dengan apa Tuhan mengijinkan betapapun besar dan macamnya kejahatan untuk terjadi atas diri kita. Karena semua itu adalah baik dan menuju kepada kebaikan, karena Dia mengijinkan hal itu untuk menjadi ada dan ia tak akan ada kecuali Dia mengijinkan ada. Iapun tak bisa ada melebihi ijin dariNya, karena Dia tahu bagaimana, memiliki kuasa, dan keinginan untuk merubah dan menggantinya menjadi sesuatu yang lebih baik. Karena dengan kuasaNya segala hal yang baik menjadi ada maka dengan ijinNya pula segala hal yang buruk dirubah menjadi baik. Dengan demikian kuasa, kebijaksanaan, kerahiman Tuhan diperlihatkan melalui Kristus Penebus kita, yaitu yang berupa kerahiman dan keadilanNya, kuasa rahmat dan kelemahan alam, keindahan segala sesuatu dalam hubungannya dengan sesuatu disekitarnya, persetujuanNya atas hal-hal yang baik, kedengkian dan hukuman atas orang-orang yang jahat. Hal yang sama, penyesalan hati dari para pendosa yang bertobat, pengakuan dosanya, penitensinya, kebaikan Tuhan, keutamaan, kemurahan hati, puji-pujian dan kebaikannya (semuanya memperlihatkan kuasa dan kebijaksanaan Tuhan). Namun hal itu tidak selalu menuju kepada kebaikan pada mereka yang berniat jahat, namun seperti yang biasa terjadi, hal itu justru menuju kepada bahaya dan kejahatan yang besar, dalam wujud kehilangan rahmat dan kemuliaan, dengan datangnya kutukan dan hukuman, kadang-kadang berupa hukuman kekal, dari apa Yesus telah berusaha membela kita. Amin.


Untuk lengkapnya silakan klik disini

Wednesday, December 23, 2009

Bersandar Kepada Tuhan (Bab 15)





Bab 15


Bahwa penghinaan terhadap diri sendiri bisa ada didalam diri manusia dan betapa hal itu bisa bermanfaat.


Selanjutnya semakin besar manusia mau menyadari ketiadaan arti dirinya, semakin besar dan semakin jelas dia sadar akan kemuliaan Ilahi dan semakin besar manusia menjadi merasa rendah di matanya sendiri demi Tuhan, kebenaran dan keadilan serta semakin berharga dirinya di mata Tuhan. Karena itu marilah kita terus berusaha dengan segenap kekuatan keinginan kita untuk memandang diri kita sebagai yang paling rendah, paling hina, diantara semuanya dan menganggap diri kita tidak layak menerima karunia apapun juga. Kita harus berusaha untuk tidak menyenangkan diri kita sendiri dan hanya menyenangkan Tuhan saja sementara itu kita harus menganggap diri kita rendah dan tidak layak di mata orang lain. Selain itu jangan sampai kamu terpengaruh oleh adanya kesulitan, kesedihan, ataupun penghinaan, dan janganlah kamu kecewa oleh orang yang memberikan semua kesulitan itu kepadamu atau kamu mempunyai pikiran jelek terhadap mereka atau menjadi marah, tetapi percayalah sepenuhnya dan dengan ketenangan menghadapi semua penghinaan itu, pukulan itu, dan diabaikan, dan sadarilah bahwa hal itu sudah layak bagimu. Karena sesungguhnya dia yang benar-benar menyesal dan bersedih dihadapan Tuhan, akan tidak mau dihormati dan dikasihi oleh semua orang. Dia tak akan berusaha untuk merubah segala sesuatu agar dirinya nanti tidak dibenci, tidak diabaikan, tidak dihinakan, bahkan dia berharap untuk direndahkan agar bisa sepenuhnya bergantung kepada Tuhan saja dengan hati yang murni. Karena dengan mengasihi Tuhan saja dan membenci dirinya lebih dari segala sesuatu, dan ingin dihinakan oleh orang lain, kita tak perlu berusaha untuk meraihnya dengan kekuatan fisik yang besar, tetapi hanya dengan kesendirian jasmani, dengan usaha dari dalam hati, kedamaian pikiran. Maka dengan usaha dari dalam hati dan sikap dari pikiran, orang bisa mengangkat dirinya melepaskan diri dari hal-hal yang fisik dan rendah, dan melayang tinggi, naik menuju hal-hal yang surgawi dan ilahiah. Karena dengan melakukan hal itu kita dirubah kepada Tuhan dan hal ini terutama terjadi tanpa tuduhan, kutukan atau penghinaan dari para tetangga kita, tetapi kita lebih memilih untuk dianggap sebagai tak berarti dan terkutuk oleh setiap orang dan dihinakan sebagai kotoran busuk oleh setiap orang, dari pada kamu mengalami segala macam kenikmatan atau dihormati dan ditinggikan oleh manusia atau menikmati segala macam kesejahteraan dan kepuasan jasmani. Hendaknya kita tidak mengharapkan kenikmatan apapun disaat kehidupan yang bersifat sementara ini, tetapi sebaiknya kita berduka, meratap, atas segala penentangan, kesalahan, dosa-dosa, yang kita lakukan tanpa henti dan menghinakan diri kita sendiri dari hari ke hari, kita menganggap diri kita sebagai hamba dari orang-orang lain. Sementara itu didalam ketiadaan arti diri kita, hendaknya kita merasa semakin tidak layak terutama di mata kita sendiri, sehingga kita hanya berusaha menyenangkan Tuhan saja, mengasihi Dia saja dan bergantung kepadaNya saja. Kita tak boleh menaruh perhatian kepada sesuatu yang lain kecuali Tuhan Yesus Kristus yang harus menjadi perhatian utama kita dan kita tak boleh memperhatikan atau merasa cemas tentang segala sesuatu kecuali Dia, dimana kuasaNya atas segala hal secara umum dan secara khusus, tetap ada. Sejak saat ini dan seterusnya janganlah kamu mencari kebahagiaan tetapi berdukacitalah dengan segenap hatimu. Karena itulah jika kamu tidak merasa berduka, berdukalah atas perasaan itu. Sementara itu jika kamu berduka, berdukalah terutama karena kamu telah membawa penyebab dari sakitmu pada dirimu sendiri dengan melalui penentanganmu yang besar dan dosa-dosamu yang tak terkira besarnya. Karena seperti orang yang bersalah menerima hukumannya tidaklah mempedulikan tempat duduk para penonton, maka dia yang meratap dan berduka tidaklah tertarik kepada kenikmatan, kebencian, ketenaran, atau kesalahan, atau hal-hal semacamnya. Dan seperti warga kota dan kriminal memiliki fasilitas yang berbeda, maka keadaan dan hak mereka yang berduka dan melakukan penentangan yang layak menerima hukuman hendaknya benar-benar berbeda dari mereka yang tidak bersalah dan tidak ada kewajiban apapun. Jika tidak, maka tak ada perbedaan antara yang jahat dengan yang tak berdosa dalam masalah hukuman ataupun ganjaran. Akibatnya adalah berupa kelalaian yang besar, dan tingkah laku yang buruk akan lebih bebas dilakukan dari pada tingkah laku yang baik. Maka segalanya harus ditolak, segalanya harus dijauhi, segalanya dihindari, sehingga kita bisa menaruh fondasi yang kuat bagi sikap kesedihan dan penyesalan hati. Kemudian Yesus Kristus yang penuh kasih akan merindukan kita dan memegangi hati kita, Dia mengalami rasa sakit karena dosa-dosa dan kesalahannya, yaitu orang yang berusaha mengetahui Kerajaan yang akan datang. Sementara itu dengan iman yang benar kita menyadari akan realitas siksaan dan penghakiman yang kekal, menjalankan perenungan yang tekun, dan takut akan kematian kita sendiri, kita tidak boleh memperhatikan apa yang terjadi disekitar kita, tidak memperhatikan atau khawatir tentang segala sesuatu. Karena itulah dia yang berjalan menuju keadaan ‘tak berperasaan yang terberkati’ dan menuju kepada Tuhan, hendaknya merasa dirinya mengalami suatu kehilangan yang besar setiap hari jika dirinya tidak dihinakan dan direndahkan. Keadaan tak berperasaan yang dimaksud disini adalah kebebasan dari nafsu dan kejahatan, memiliki kemurnian hati dan berhiaskan segala keutamaan. Maka anggaplah dirimu seolah sudah mati, karena tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya kamu telah mati. Dan sebagai renungan terakhir, biarlah hal ini menjadi ujian bagimu, apakah suatu pikiran, perkataan, atau tindakanmu demi Tuhan, apakah kamu direndahkan karena hal itu, membuatmu semakin memandang kedalam dan merenung, dan kamu semakin penuh didalam Tuhan. Jika kamu mendapati dirimu tidak seperti itu, kamu harus curiga tentang hal itu, apakah hal itu tidak sesuai dengan Kehendak Tuhan, tidak bisa diterima bagimu dan tidak bermanfaat bagimu.

Tuesday, December 22, 2009

Bersandar Kepada Tuhan (Bab 14)





Bab 14


Agar kita mencari suara hati kita dalam setiap keputusan.


Sementara kita harus mencapai kesempurnaan spirituil, kemurnian didalam pikiran kita serta kedamaian didalam Tuhan, ternyata manfaat dari tindakan ini besar sekali jika kita secara perlahan masuk kedalam tempat yang rahasia didalam hati kita, ditengah segala sesuatu yang dikatakan, dipikirkan, atau dilakukan terhadap kita. Dengan cara menjauhi segala sesuatu dan benar-benar merenung didalam diri kita, kita bisa menempatkan diri kita didalam pengetahuan akan kebenaran dihadapan kita, dan tidak ragu lagi kita akan menemukan dan mengerti bahwa tidaklah baik, bahkan bertentangan, jika kita dipuji atau dihormati oleh orang lain sementara kita menyadari dengan melalui pengetahuan akan kebenaran tentang diri kita, bahwa kita ini jahat dan amat memalukan. Seperti tak ada manfaatnya jika diluar sana orang-orang memuji seseorang tetapi suara hatinya yang didalam menyalahkan dirinya. Dengan cara yang sama, sebaliknya, tidaklah sampai melukai seseorang untuk dihinakan, dianiaya, diperlakukan tidak baik, jika didalam hatinya dia tetap tak bersalah, dan tanpa kekeliruan. Sebaliknya, dia memiliki alasan yang baik untuk berbahagia didalam Tuhan dengan sabar, damai dan keheningan. Lebih dari itu tak ada penentangan yang bisa melukai seseorang jika setan tidak ikut campur disitu, dan karena tak ada kejahatan yang bisa berlangsung tanpa ada hukuman, demikian juga tak ada kebaikan yang tidak menerima ganjaran. Demikian juga kita tak bisa mengharapkan ganjaran dengan sikap munafik atau mengharapkan dan memperoleh keuntungan dari manusia, bukan dari Tuhan saja, bukan saat ini, tetapi pada masa mendatang, dan bukan hanya untuk sementara saja, melainkan untuk selamanya. Karena itu jelaslah bahwa tak ada yang lebih besar, tak ada yang lebih baik, dari pada masuk kedalam tempat yang tersembunyi didalam pikiran dan di setiap cobaan dan kejadian dan disitu kita memanggil Tuhan Yesus Kristus sendiri, penolong kita ditengah godaan dan cobaan, dan dengan merendahkan diri kita disitu, mengakui dosa-dosa kita, memuji Tuhan dan Allah Bapa, Pemberi penghiburan dan kebenaran. Lebih dari itu, hendaknya seseorang menganggap segala sesuatu, secara umum dan secara khusus, yang terjadi dalam dirinya dan orang lain, baik sejalan ataupun tidak dengan dirinya, dengan semangat yang besar dan penuh percaya, sebagai sesuatu yang berasal dari tangan Penguasa yang tak bisa salah ataupun dari tatanan yang dibuatNya. Sikap ini akan menuntun kepada pengampunan atas dosa-dosa kita, pembebasan dari segala kepahitan hidup, kepada kebahagiaan dan rasa aman, kepada curahan rahmat dan kerahiman Tuhan, membawa kita kepada kedekatan yang lebih erat dengan Tuhan, kenikmatan yang berlimpah dihadapan kehadiranNya dan bergantung erat dan bersatu dengan Tuhan. Namun marilah kita tidak meniru mereka yang bersikap munafik dan seperti orang-orang Parisi yang ingin nampak baik dari luar, berbeda dari diri mereka yang sebenarnya, dan berusaha memberi kesan yang lebih baik dihadapan orang lain, seolah dirinya istimewa, bahwa mereka banyak memiliki pengetahuan. Adalah merupakan kegilaan untuk mencari, menginginkan, mengharapkan penghargaan dari manusia, jika didalam dirinya dia penuh dengan berbagai kesalahan dan kekurangan. Dan semua kebaikan yang kita bicarakan diatas akan membuat takut orang-orang yang menyenangi kesia-siaan karena mereka akan mendatangkan kutukan atas dirinya sendiri. Karena itu tetaplah melihat kesalahan dan kelemahanmu dan kenalilah dirimu, agar kamu bisa direndahkan dan janganlah kamu menghindar jika dianggap sebagai orang yang paling rendah, paling hina, dan menjadi buih yang paling mudah pecah jika kamu menyadari dosa berat dan kesalahan besar dalam dirimu. Dengan alasan apapun, anggaplah dirimu jika dibandingkan dengan orang lain, sebagai besi terhadap emas, ilalang terhadap gandum, sekam terhadap pasir, serigala terhadap kambing, setan dengan anak-anak Allah. Dan janganlah kamu berusaha untuk dihormati oleh orang lain dan minta didahulukan dihadapan orang lain, tetapi bebaskanlah dari dalam hati dan jiwamu semua racun dan bisa dari penyakit dan pujian ini, segala usaha untuk sombong dan melakukan tindakan kesia-siaan, supaya kamu tidak seperti yang dikatakan nabi Daud ‘karena orang fasik memuji-muji keinginan hatinya’ (Mzm 10:4) dan Yesaya ‘mereka yang berbicara tentang kebaikanmu telah menipumu dan menghancurkan jalanmu’ (Yes 3:12) dan Tuhan didalam Lukas ‘Celakalah kamu jika orang lain berbicara tentang kebaikanmu’ (Luk. 6:26).

Monday, December 21, 2009

Bersandar Kepada Tuhan (Bab 13)





Bab 13

Sifat dan nilai dari doa, betapa hati harus merenung dalam dirinya.

Disamping itu karena kita tak mampu melakukan hal ini sendiri dan juga tak mampu melakukan perbuatan baik lainnya, dan karena kita sendiri tak bisa memberi apa-apa kepada Tuhan (dari siapa segala hal yang baik berasal) yang bukan milikNya sendiri, maka dengan pengetahuan ini, karena Dia telah berkenan memperlihatkan kepada kita dengan melalui mulutNya yang penuh berkat dan melalui contoh perbuatanNya, agar kita selalu berpaling kepadaNya dalam segala keadaan dan kesempatan meskipun kita jahat, malang, miskin, pengemis, lemah, tanpa daya, sebagai hamba dan anak. Dan agar kita terus mencariNya dan bersikap percaya menyerahkan kepadaNya segala bahaya yang datang kepada kita dari segala penjuru, benar-benar menyedihkan, dengan pikiran yang rendah hati, rasa takut yang suci, kasih, dengan penuh perenungan, ketenangan, kematangan, benar dan polos, rasa malu karena bersalah, dengan kerinduan yang besar dan niatan yang teguh, dengan hati yang meradang dan pikiran yang tulus. Maka kita musti pasrah dan bertekad untuk menyerah kepadaNya, dengan rasa aman, polos, penuh dan menyerahkan segala milik kita, tanpa menyisakan sedikitpun juga bagi diri kita sendiri, dengan cara yang lengkap, agar kejadian yang sama terjadi pada diri kita seperti pada diri bapa kita, Iskak, yang juga berdoa yang sama ‘Kita akan menjadi satu dengan Tuhan dan Tuhan Allah akan ada didalam diri kita ketika kasihNya yang sempurna, dimana Dia lebih dahulu mengasihi kita, akan menjadi keinginan dari hati kita juga’. Hal ini akan terjadi jika seluruh kasih kita, keinginan kita, perhatian kita, usaha kita, segala hal yang kita pikirkan, yang kita saksikan, kita bicarakan dan kita harapkan, adalah tentang Tuhan dan bahwa persatuan itu yang kini telah terjadi pada Bapa dengan Putera, Putera dengan Bapa, akan dicurahkan kedalam hati dan pikiran kita, sehingga seperti Dia mengasihi kita dengan tulus dan seutuhnya, maka kitapun akan dipersatukan denganNya dengan perhatian yang bersifat kekal dan tak terpisahkan. Dengan kata lain, kita akan dipersatukan dengan Tuhan sedemikian rupa hingga apapun yang kita harapkan, apapun yang kita katakan atau doakan, adalah selalu menuju kepada Tuhan. Hal ini hendaknya menjadi tujuan, perhatian, sasaran dari manusia yang bersifat religius, menjadi layak memiliki gambaran kebahagiaan masa mendatang, didalam tubuh yang bisa membusuk ini, didalam kehidupan kekal dan kemuliaan sejak di dunia ini. Inilah tujuan dari segala kesempurnaan sehingga pikiran yang murni setiap hari akan diarahkan keatas, dari benda-benda fisik menjadi benda-benda spirituil, hingga seluruh kegiatan mentalnya dan seluruh keinginan hatinya menjadi sebuah doa yang tak ada putusnya. Maka pikiran harus membuang hambatan dunia ini dan terus mengarah kepada Tuhan saja, yang harus menjadi keinginan utama dari manusia spirituil, bagi siapa pemisahan atau penyimpangan sedikit saja dari Tujuan Utama itu sudah dianggap sebagai kehilangan yang mematikan dan nampak sebagai mayat hidup. Maka ketika damai yang diinginkan itu telah ada didalam pikirannya, ketika pikirannya telah bebas dari segala perlekatan kepada nafsu-nafsu jasmani, dan bergantung erat didalam intensinya kepada kebaikan utama itu, maka perkataan rasul Yesus telah digenapi ‘Tetaplah berdoa’ (1 Tes 5:17) dan ‘Oleh karena itu aku ingin, supaya dimana-mana orang laki-laki berdoa dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa marah dan tanpa perselisihan’ (1 Tim 2:8). Ketika kekuatan pikiran sudah terserap kedalam kemurnian ini, dirubah dari sifat duniawi kepada keserupaan dengan malaikat atau sifat spirituil, maka apapun yang diterimanya, apapun yang dilakukannya, atau dipikirkannya, hal itu adalah murni dan merupakan doa yang tulus. Dengan demikian jika kamu terus berada di jalan yang telah kita jelaskan diatas maka akan menjadi mudah dan jelas bagimu untuk tetap tinggal berkontemplasi didalam batinmu dan dalam keadaan perenungan terus menerus seolah hal itu adalah keadaan alamiah dari dirimu.

Sunday, December 20, 2009

Bersandar Kepada Tuhan (Bab 12)





Bab 12


Betapa kuatnya kasih kepada Tuhan


Apa saja yang dikatakan tentang jalan untuk mencapai keselamatan tak ada yang lebih baik, lebih cepat dan lebih pasti dari pada dengan kasih, melalui apa segala sesuatu yang kurang atau tidak ada yang diperlukan bagi keselamatan bisa menjadi lengkap. Didalam kasih kita bisa memiliki kepenuhan atas segala kebaikan dan realisasi dari kerinduan kita yang terbesar tidak akan menjauh dari kita. Hanya dengan kasih saja, dengan apa kita bisa kembali kepada Tuhan, bisa dirubah menuju Tuhan, bergantung kepada Tuhan, dan dipersatukan dengan Tuhan sedemikian rupa hingga kita menjadi satu roh denganNya. Dan melalui Dia dan dengan Dia kita diberkati di dunia ini dengan rahmatNya, dan sesudahnya nanti didalam kemuliaan. Kini kasih tak bisa berhenti bekerja kecuali didalam orang yang dikasihi, dan kasih akan berhenti jika berhasil memenangkan dan memiliki orang yang dikasihi secara penuh dan damai. Karena kasih, yang juga merupakan kemurahan hati, adalah jalan Tuhan menuju kepada manusia dan jalan manusia menuju kepada Tuhan. Tuhan tak bisa tinggal di tempat mana tak ada kasih. Maka jika kita memiliki kasih, kita memiliki Tuhan, karena Tuhan adalah kasih. Juga tak ada yang lebih tajam dari pada kasih, tak ada yang lebih lembut, lebih merasuk selain kasih. Kasih tak akan berhenti bekerja hingga ia menembus seluruh kekuatan, kedalaman dan totalitas orang yang dikasihi. Kasih ingin menyatukan dirinya dengan orang yang dikasihi dan dirinya berusaha, jika mungkin, menjadi orang yang dikasihinya. Kasih tak mampu melihat jika ada sesuatu yang berdiri diantara dirinya dengan orang yang dikasihinya, yaitu Tuhan, tetapi terus mendekatkan dirinya kepadaNya. Akibatnya, kasih tak pernah mau berhenti hingga ia meninggalkan segala sesuatu di belakangnya dan datang kepada Dia saja. Karena sifat kasih adalah sebuah kekuatan untuk menyatu dan merubah pengasih menjadi dia yang dikasihi dan sebaliknya, membuat si pengasih menyatu dengan lawannya dan sebaliknya, sejauh hal itu mungkin. Hal ini menjadi nyata lebih dahulu khususnya didalam kekuatan mentalnya, yang bergantung kepada bagaimana besar orang yang dikasihi itu berada didalam hati si pengasih. Dengan kata lain, bergantung kepada betapa manis dan menyenangkan kekasih itu diingat didalam pikiran si pengasih dan sebanding dengan berapa besar si pengasih berusaha merengkuh segala hal yang berhubungan dengan sang kekasih, bukan hanya di permukaan saja, tetapi juga sampai jauh dan masuk kedalam rahasia-rahasianya yang paling dalam. Hal itu juga kelihatan didalam daya-daya emosisonil dan afektiv ketika kekasih dikatakan tinggal didalam si pengasih, dengan kata lain ketika keinginan untuk membahagiakan kekasih didapatkan didalam keinginan dan menetap didalam, hingga menjadi sebuah kebahagiaan yang bisa dirasakan. Sebaliknya juga, si pengasih ada didalam hati sang kekasih ketika dia dipersatukan dengannya melalui seluruh keinginan dan perasaannya dimana mereka selalu bersepakat dengan apa yang diinginkan atau tidak diinginkan oleh kekasihnya dan dia menemukan kebahagiaan dan sakitnya didalam diri kekasihnya. Kasih menarik si pengasih untuk keluar dari dirinya (karena kasih sama kuatnya dengan kematian) dan menempatkannya pada diri kekasihnya, membuatnya bergantung erat kepadanya. Bagi jiwa adalah lebih senang tinggal didalam diri kekasihnya dari pada ia tinggal di tempatnya sendiri, karena apa yang dikasihinya itu adalah lebih sesuai dengan sifat alamiahnya, sesuai dengan keinginan dan pemahamannya, sementara tempat dimana ia tinggal hanyalah berupa bentukan luar saja, dimana hal ini juga terjadi pada binatang. Tak ada yang bisa menarik kita menjauhi indera luar untuk masuk kedalam diri kita sendiri, dan dari situ menuju kepada Yesus Kristus dan hal-hal yang ilahiah, lebih dari pada kasih kepada Kristus dan keinginan akan manisnya Kristus, untuk merengkuh pengalaman, pengetahuan dan kebahagiaan akan kehadiran keilahian Kristus. Karena hanya kekuatan kasih saja yang bisa menuntun jiwa menjauhi hal-hal duniawi ini menuju puncak Surga yang mulia. Juga tak ada orang yang bisa memperoleh kebahagiaan tertinggi jika tidak merebutnya dengan kasih dan kerinduan. Maka kasih adalah kehidupan dari jiwa, pakaian pengantin dan kesempurnaan dari jiwa yang berisi semua hukum dan ajaran para nabi dan ajaran Tuhan. Itulah sebabnya Paulus berkata kepada umat di Roma ‘Kasih adalah penggenapan dari hukum’ (Rm 13:8) dan pada surat pertama kepada Timotius ‘Akhir dari perintah adalah kasih’ (1 Tim 1:5).

Saturday, December 19, 2009

Bersandar Kepada Tuhan (Bab 11)





Bab 11


Hendaknya seseorang menahan godaan dan menanggung cobaan.


Tidak ada seorangpun yang mendekati Tuhan dengan hati yang tulus yang tidak dicobai dengan berbagai cobaan. Maka dalam semua cobaan ini, lihatlah dan rasakanlah, bahwa kamu tidak memperhitungkan hal itu, dan kamu menanggung hal itu dengan sabar, tenang, dengan kerendahan hati dan penderitaan yang panjang. Meskipun hal itu berisi umpatan dan hujatan, berpeganglah erat kepada ingatan bahwa kamu tak bisa melakukan sesuatu dengan lebih baik atau lebih efektiv untuk menahannya dari pada kamu menganggap semua fantasi itu sebagai hal yang bukan apa-apa. Meskipun jika cobaan itu amat keras, mengerikan, janganlah kamu memperhatikannya, jangan dianggap apa-apa, abaikan hal itu. Jangan melihat hal itu sebagai milikmu, dan jangan membiarkan hal itu menjadi suara hatimu. Musuh pasti akan berlari menjauh jika kamu menghinakan mereka dengan sikapmu seperti ini. Musuh itu amat congkak dan dia tak bisa menanggung penghinaan dan ejekan. Karena itu obat yang terbaik adalah dengan mengabaikan cobaan itu seperti serangga kecil yang terbang didepan matamu untuk mengganggu keinginanmu. Hamba dari Yesus Kristus haruslah menempatkan hal itu sedemikian rupa agar dia tidak mudah berpaling dari wajah Allah dan tergoda, menggerutu dan mengeluh hanya karena godaan seekor lalat, yaitu cobaan yang ringan, kesedihan, tuduhan, penyimpangan perhatian, ataupun penentangan, ketika mereka bisa menolak semua itu hanya dengan satu tangan mengarah kepada Tuhan untuk meminta tolong. Selain itu dengan melalui niat yang baik, seseorang akan memiliki Tuhan sebagai pembelanya dan para malaikat sebagai pengawal dan pelindungnya. Dan yang lebih baik lagi, segala godaan bisa diatasi dengan niat baik juga, seperti seekor lalat yang diusir dari kepala oleh gerakan satu tangan saja. Maka damai akan dimiliki oleh orang yang berkehendak baik. Kita tak bisa memberi Tuhan sesuatu yang lebih berharga dari pada niatan baik kita. Karena kehendak baik didalam jiwa adalah sumber dari segala hal yang baik, merupakan induk dari segala keutamaan. Jika seseorang mulai memiliki kehendak yang baik, maka dia pasti memiliki apa yang diperlukan untuk menjalani kehidupan yang baik. Karena jika kamu menginginkan apa yang baik, namun kamu tak bisa melaksanakannya, maka Tuhan akan membuat perbuatanmu menjadi baik. Karena hal itu selaras dengan hukumNya yang kekal yang telah dibuatNya, dengan keteguhan yang tak tergoyahkan sehingga pelaksanaan dari hal itu hanya masalah keinginanmu saja, apakah didalam kebahagiaan atau siksaan, mendapat hadiah atau hukuman. Kasih itu saja sudah merupakan keinginan yang besar untuk melayani Tuhan, sebuah keinginan yang manis untuk menyenangkan Tuhan dan sebuah keinginan yang kuat untuk mengalami dan merasakan Tuhan. Selain itu, dicobai tidaklah berdosa, namun merupakan kesempatan untuk melaksanakan keutamaan sehingga godaan itu bermanfaat bagi manusia, karena sudah dipercaya bahwa seluruh kehidupan manusia di dunia adalah sebuah cobaan (Ay 7:1).

Friday, December 18, 2009

Bersandar Kepada Tuhan (Bab 10)





Bab 10


Seseorang hendaknya tidak usah berusaha untuk merasakan devosi yang yang begitu besar, lebih baik dia berusaha untuk bersandar kepada Tuhan dengan keinginannya sendiri.


Selanjutnya kamu jangan terlalu memperhatikan devosi yang terlalu besar, pengalaman manis atau air mata, tetapi sebaiknya kamu secara mental dipersatukan dengan Tuhan dalam dirimu dengan melalui niat baik dari kecerdasanmu. Karena apa yang paling menyenangkan bagi Tuhan adalah pikiran yang bebas dari segala khayalan, yang merupakan kumpulan dari berbagai bayangan, ide, dan yang mewakili benda ciptaan. Seorang rahib hendaknya bersikap biasa-biasa saja terhadap segala benda ciptaan sehingga dia bisa dengan mudah dan polos berpaling kepada Tuhan saja dalam dirinya, menjadi kosong demi Dia, dan bersandar kepadaNya. Karena itu tolaklah dirimu agar kamu bisa mengikuti Kristus, Tuhan Allahmu, dengan ketulusan, karena Dia sendiri juga miskin, patuh, murni, rendah hati, dan menderita, dimana hidup dan kematianNya telah mempermalukan banyak orang, dimana hal ini dikisahkan dengan jelas didalam Kitab Injil. Selain itu suatu jiwa yang terpisah dari tubuhnya, jiwa itu tidak lagi memperhatikan apa yang dilakukan orang-orang terhadap tubuhnya itu, apakah tubuhnya akan dibakar, digantung ataupun dihinakan. Jiwa itu tidak merasa sedih oleh siksaan yang dikenakan pada tubuhnya karena jiwa itu hanya berpikir tentang keabadian yang baru dialaminya dan tentang Satu Hal yang oleh Tuhan dikatakan sangat penting didalam Kitab Injil. Karena itu kamupun harus memperlakukan tubuhmu seolah kamu tidak tinggal didalam tubuhmu itu. Tetapi hendaknya kamu hanya berpikir tentang keabadian jiwamu didalam Tuhan, mengarahkan seluruh pikiranmu secara hati-hati kepada Satu Hal yang disebut oleh Kristus sebagai ‘Hanya ada satu saja yang penting’ (Luk 10:42). Kamu akan mengalaminya karena ia merupakan rahmat yang besar dan menolongmu menuju kepada kepolosan pikiran, kerendahan hati. Satu Hal ini selalu hadir bersamamu jika kamu telah bersih dari segala imajinasi serta keterlibatan lainnya. Kamu akan segera mengalami hal ini jika kamu benar-benar bisa kosong dan bersandar kepada Tuhan saja, dengan pikiran yang bersih dan niatan yang sungguh. Dengan demikian kamu akan tak terkalahkan dalam keadaan apapun yang mengenai dirimu. Seperti para martir yang kudus, para bapa, orang-orang pilihan, dan semua para kudus yang telah melepaskan segala hal dan hanya memikirkan keamanan dan keabadian jiwanya didalam Tuhan. Dengan bersenjatakan hal ini didalam jiwa dan bersatu dengan Tuhan melalui niat baik, mereka membuang segala hal yang berasal dari dunia ini, seolah jiwa mereka telah terpisah dari tubuh mereka. Dari sini ketahuilah bahwa betapa besar apa yang bisa dilakukan oleh jiwa jika ia memiliki niat baik untuk bisa bersatu dengan Tuhan, ketika melalui kedekatannya dengan Tuhan jiwa itu secara efektiv dipisahkan dari tubuh secara spirituil, dan ia memandang tubuhnya dari luar seolah melihat dari kejauhan dan jiwa itu merasa bahwa tubuh itu bukan menjadi miliknya lagi. Dengan demikian jiwa itu bisa mengabaikan segalanya, yaitu segala hal yang dikenakan pada dirinya atau pada tubuhnya, seolah semua itu terjadi pada orang lain atau bukan pada dirinya. Karena dia yang telah bersatu dengan Tuhan adalah satu Roh (1Kor 6:17), yaitu bersama Tuhan. Karena itu kamu tak akan berpikir atau membayangkan sesuatu dihadapan Tuhan Allahmu, dan kamu tidak akan menghiraukan apa yang didengar atau dilihat oleh manusia atas dirimu, karena rasa hormatmu kepada Tuhan jauh lebih besar dari pada kepada manusia. Kini sudah saatnya bahwa seluruh pikiran dan angan-anganmu hanya tertuju kepada Tuhan saja dan sasaran utama dari pikiranmu hanyalah Dia saja, seolah tak ada apa-apa selain Dia dan berpegangan kepadaNya merupakan awal dari kehidupan mendatang.

Thursday, December 17, 2009

Bersandar Kepada Tuhan (Bab 9)





Bab 9


Sampai seberapa jauhkah kontemplasi bisa dilakukan melebihi tindakan atau perbuatan baik.


Kini setelah menyadari bahwa segala hal diluar Tuhan adalah merupakan hasil karya dari Pencipta, maka keberadaan dan manfaat dari semua benda ciptaan itu juga terbatas, dan karena semua itu diciptakan dari tidak ada menjadi ada, maka semua itu dibatasi oleh pengaruh-pengaruh dari keadaannya semula yang tidak ada itu. Sementara itu kecenderungan dari benda ciptaan untuk menuju kepada kekosongannya semula menunjukkan bahwa kita menerima keberadaan kita, mempertahankan keberadaan kita, mempertahankan segala perbuatan kita dari saat ke saat, hal ini semua adalah berasal dari Pencipta itu sendiri, bersama dengan sifat apapun yang dimiliki oleh benda ciptaan, sama seperti kita menerima kekurangan dari tingkah laku benda ciptaan, didalam relasinya dengan Dia yang menjalankannya, maka semua itu tetaplah bukan apa-apa sebelum semua itu menjadi ada dan sesuatu itu bersifat terbatas dan sementara. Karena itu marilah segala kontemplasi, kehidupan dan kegiatan kita, hanya terjadi didalam Tuhan saja, berhubungan dengan Tuhan dan mengarah kepada Tuhan yang bisa dan mampu menghasilkan sesuatu hanya dengan sebuah keinginan saja dariNya, yang jauh lebih sempurna dari pada segala yang ada saat ini. Tak ada kontemplasi ataupun buah dari kasih, apakah itu produk dari intelektual atau affektiv, yang lebih bermanfaat, lebih sempurna dan lebih memuaskan dari pada yang diciptakan oleh Tuhan sendiri, Sang Pencipta kebaikan kita yang utama dan dan sejati, melalui siapa dan kepada siapa segalanya menuju. Dia sangat memuaskan, secara tak terbatas, bagi DiriNya dan bagi yang lain-lainnya. Dalam DiriNya Dia mengandung kesederhanaan yang absolut, dan dari keabadian Dia membawa kesempurnaan atas segala hal, dimana tidak satupun yang bukan dari DiriNya, dihadapanNya dan melalui Dia tetaplah menjadi sumber dari segala hal yang bersifat sementara, dan pada siapa tinggallah asal mula yang tak berubah dari segala hal yang berubah. Sementara itu alasan dari keberadaan dari hal-hal yang bersifat sementara ini, yang rasional dan irrasional, ada dalam DiriNya pula. Dia membuat segalanya menjadi lengkap, Dia memenuhi segalanya, secara umum dan secara khusus, secara lengkap dan secara esensiil, dengan DiriNya. Dia lebih erat dan lebih banyak hadir dalam segala sesuatu melalui keberadaanNya dari pada segala hal atas diri mereka sendiri. Karena didalam Dia segalanya dipersatukan dan hidup didalam Dia selamanya. Jika seseorang, karena kelemahannya, atau karena tdak adanya hasil perbuatan intelektualnya, terpikat lama didalam kontemplasi atas benda ciptaan, maka kontemplasi yang dalam dan benar dan bermanfaat ini masih dimungkinkan bagi manusia, sehingga disitu terjadi sebuah lompatan keatas didalam kontemplasi dan meditasinya, apakah hal itu tentang benda ciptaan atau tentang si Pencipta, dan tumbuhlah rasa penghargaan terhadap Allah Pencipta, yang Satu dan Tiga, mengumpul didalam, sehingga orang itu akan berkobar oleh kasih Ilahi dan kehidupan sejati dalam dirinya dan orang lain, hingga dia layak menerima kebahagiaan kehidupan kekal. Tetapi pada orang seperti ini dia musti ingat perbedaan antara kontemplasi yang dilakukan oleh umat Katolik yang taat dengan para filosof berhala. Karena kontemplasi yang dilakukan oleh para filosof itu adalah demi kesempurnaan bagi filosof itu sendiri, dan akibatnya ia terbatas di bidang intelektualnya saja dan tujuannya hanyalah berupa memperoleh pengetahuan intelektual semata. Namun kontemplasi dari para kudus dan umat Katolik yang taat adalah demi kasih kepada Tuhan. Jadi Tuhanlah yang menjadi sumber kontemplasi mereka. Akibatnya, kontemplasi mereka tidak terbatas pada analisa akhir hasil olahan intelek dan pengetahuan mereka, tetapi hasil kontemplasi mereka sampai melintasi batas keinginan melalui kasih mereka kepada Tuhan. Itulah sebabnya para kudus didalam kontemplasi mereka memiliki tujuan utama yaitu kasih kepada Tuhan, karena ternyata lebih memuaskan jika mereka bisa mengenal dan memiliki Tuhan Yesus Kristus secara spirituil melalui rahmat dari pada secara fisik tetapi tanpa rahmat. Selanjutnya, sementara jiwa ditarik dari perlekatan kepada segala sesuatu dan diarahkan kedalam, mata kontemplasinya dibuka lebar dan menghadap sebuah anak tangga, melalui apa ia bisa naik kepada kontemplasi tentang Tuhan. Dengan melalui kontemplasi ini jiwa itu dikobarkan untuk meraih hal-hal yang bersifat kekal dengan melalui hal-hal yang baik dan ilahiah yang dia alami dan dia bisa memandang segala sesuatu dari kejauhan dan seolah semua itu bukanlah apa-apa, tidak berarti. Jika kita mendekati Tuhan melalui jalan penyangkalan diri hanya demi Dia saja, pertama kali kita musti melakukan penyangkalan diri terhadap segala sesuatu yang dialami oleh tubuh, indera, dan imajinasi. Kedua, kita harus menolak hal-hal yang bisa dialami oleh intelek dan yang seolah menjadi milik dirinya sendiri karena hal ini didapatkan didalam benda ciptaan. Ini adalah cara terbaik untuk bersatau dengan Tuhan, menurut Dionysius. Dan inilah awan dimana Allah tinggal, yang dimasuki oleh Musa dan melalui hal ini sampai kepada terang yang tak terjangkaukan. Tentu saja bukanlah hal yang spirituil yang pertama kali datang, tetapi hal-hal yang alami (1 Kor 15:46), sehingga seseorang harus terus melewati tatanan yang alami dari benda ciptaan, dari upaya yang aktiv menuju kontemplasi dan dari keutamaan moral menuju realitas spirituil dan kontemplativ. Akhirnya, jiwaku, mengapa kamu terpaku secara sia-sia kepada banyak hal dan selalu sibuk dengan semua itu ? carilah dan kasihilah satu kebaikan yang utama, yang layak untuk didapatkan dan hal itu sudah cukup bagimu. Amatlah menyedihkan orang yang tahu dan memiliki segala hal kecuali keutamaan ini dan tidak mengetahui adanya keutamaan ini. Sementara itu jika dia tahu segala hal termasuk kebaikan ini, bukanlah karena dia tahu kebaikan ini dia menjadi bahagia, tetapi karena kebaikan dan keutamaan inilah dia bahagia. Itulah sebabnya Yohanes berkata :”Inilah kehidupan kekal yaitu dengan mengenal Dia”, (Yoh.17:3) dan nabi itu juga berkata :”Aku akan merasa puas jika kemuliaanmu menjadi nyata” (Mzm. 17:15).

Wednesday, December 16, 2009

Bersandar Kepada Tuhan (Bab 8)






Bab 8


Orang yang taat didalam kehidupan religius hendaknya menyerahkan segenap hidupnya kepada Tuhan dalam segala keadaan.


Aku yakin bahwa kamu tahu dari berbagai pemikiran ini bahwa semakin besar kamu menjauh dari produk imajinasi dan segala benda ciptaan dan duniawi ini dan menyatu dengan Tuhan dalam segala kecerdasanmu, melalui sebuah niat yang baik, maka semakin dekat kamu kepada keadaan tak berdosa dan kesempurnaan. Adakah yang lebih baik dari hal ini ? Adakah yang lebih membahagiakan ? Lebih dari itu adalah penting bagimu untuk mengosongkan pikiranmu, tanpa imajinasi dan khayalan, bebas dari segala keterlibatan, sehingga kamu tidak lagi memperhatikan dunia, sahabat, kesejahteraan, penentangan, dan apapun juga pada waktu yang lalu, sekarang dan yang akan datang, apakah itu didalam dirimu atau orang lain, bahkan termasuk dosa-dosamu sendiri. Tetapi kamu hanya akan memandang dirimu sendiri dengan kesederhanaan tertentu, untuk berada sendirian bersama Tuhan saja, diluar dunia ini. Dan seolah pikiranmu telah berada didalam keabadian dan terpisah dari tubuh, sehingga ia tidak terganggu oleh hal-hal duniawi ini dan memperhatikan keadaan dunia ini, tentang damai atau perang, tentang cuaca baik atau hujan, atau tentang sesuatu yang lain di dunia ini. Tetapi dengan kepatuhan penuh kamu memandang kepada Tuhan saja, mengosongkan diri bagi Tuhan, dan bersandar kepadaNya. Maka dengan cara ini abaikanlah dirimu dan benda ciptaan, saat ini maupun masa mendatang dan arahkanlah pikiranmu kepada titik yang tertinggi, semampumu, yaitu terang yang tak diciptakan itu. Biarlah rohmu dibersihkan dengan cara ini dari segala imajinasi, penghalang, dan segala hal yang menghalangi pandanganmu. Seperti malaikat yang tak terikat oleh tubuh jasmani, yang tak terhalang oleh tindakan daging, atau terbelenggu oleh pikiran yang berkelana secara sia-sia. Biarlah rohmu mempersenjatai dirinya untuk melawan segala godaan, gangguan dan perlukaan, sehingga ia bisa bertahan didalam Tuhan ketika dirinya diserang oleh keadaan sekitarnya. Sehingga ketika gangguan, kebosanan, kebingungan, datang kepadamu, kamu tak akan terpengaruh atau menjadi goyah karenanya, kamu tak akan berlari kepada doa-doa vokal atau penghiburan lainnya, tetapi kamu akan mengangkat dirimu, kecerdasanmu, dengan sebuah niat baik untuk menghadap Tuhan dengan segenap pikiranmu, apakah keadaan tubuhmu menginginkannya ataupun tidak. Jiwa yang berpikiran religius hendaknya menyatu dengan Tuhan dan membuat keinginannya selaras dengan kehendak Ilahi sehingga dia tidak dipenuhi dengan benda ciptaan atau bersandar kepada benda ciptaan lebih besar dari pada sebelum dia diciptakan dulu dan seolah tidak ada apa-apa kecuali Tuhan dan jiwa itu sendiri. Dengan demikian dia harus mau menerima apa saja dengan penuh percaya dan secara sama, secara umum maupun secara khusus, dari tangan kuasa Ilahi, sepakat dalam segala hal dengan Tuhan didalam kesabaran, damai dan keheningan. Yang paling penting bagi sebuah kehidupan spirituil adalah membersihkan pikiran dari semua khayalan sehingga seseorang bisa dipersatukan dengan Tuhan dengan niat baiknya, dan selalu selaras dengan Kehendak Tuhan. Maka tak akan ada lagi yang bisa berada diantara kamu dengan Tuhan. Hal ini cukup jelas karena tak ada dari luar yang bisa ada diantara kamu ketika dengan melalui kaul kemiskinan yang kau ucapkan secara sukarela, kamu telah melepaskan kepemilikan atas segala sesuatu dan dengan melalui kaul kemurnian kamu akan mengabaikan tubuhmu dan dengan kaul kepatuhan kamu akan melepaskan keinginanmu dan jiwamu juga. Dengan cara ini tak ada yang tersisa yang bisa berada diantara kamu dengan Tuhan. Bahwa dirimu adalah orang yang taat beribadah, hal ini terlihat dari profesimu, sebagai seorang religius, dari tingkah lakumu, dari seragam pakaianmu dan sebagainya. Namun apakah kamu adalah seorang religius yang hanya diluar saja atau tidak, kamu akan segera menyadarinya sendiri. Ingatlah betapa jauhnya kamu telah terjatuh dan berdosa melawan Tuhan Allahmu serta semua hukumNya jika kamu berpegangan erat pada keinginanmu sendiri dan mengasihi apa yang diciptakan, bukannya Sang Pencipta itu sendiri, dimana kamu mendahulukan ciptaan dari pada Pencipta.

Bersandar Kepada Tuhan (Bab 7)





Bab 7


Bahwa hati harus dipusatkan kedalam dirinya


Apa yang lebih penting lagi, seperti yang dikatakan didalam buku ‘On the Spirit and the Soul’ (St.Agustinus), bahwa naik menuju kepada Tuhan berarti masuk kedalam dirinya sendiri. Dia yang mau masuk kedalam dirinya dan merasuk kedalam sifatnya yang paling dalam, dia akan bisa lepas keluar dari dirinya dan dia akan benar-benar naik menuju kepada Tuhan. Karena itu marilah kita menjauhkan hati kita dari segala penyimpangan dunia ini dan mengajaknya merengkuh kebahagiaan yang ada didalam, sehingga kita bisa mendudukkannya pada derajat tertentu didalam terang dari kontemplasi ilahiah. Karena inilah kehidupan dan kedamaian dari jiwa kita, dengan niatan yang penuh untuk mengasihi Tuhan dan duduk dengan manisnya didalam penghiburanNya. Namun alasan mengapa kita dengan berbagai cara menghindari tindakan yang membahagiakan ini dan kita tak bisa masuk kedalamnya, adalah karena pikiran kita sangat mudah menyimpang oleh banyaknya kekhawatiran, sehingga ia tak bisa membawa ingatannya kedalam dirinya, tertutup oleh banyak imajinasi, hingga ia tak bisa kembali kedalam dirinya dengan pengertiannya, dan ia terseret menjauh oleh keinginan-keinginannya sendiri sehingga tak bisa kembali kedalam dirinya melalui keinginan untuk merasakan manis dan kebahagiaan. Begitulah ia tunduk kepada benda materi yang datang kepadanya hingga ia tak bisa masuk kedalam dirinya sebagai gambaran dari Tuhan. Karena itu adalah benar dan perlu bagi pikiran untuk mengangkat dirinya diatas segala yang diciptakan melalui pengabaian atas segalanya dengan rasa hormat dan percaya, berkata dalam dirinya, ‘Dia yang kucari-cari, kukasihi, kuhauskan, kurindukan, diatas segala hal, bukanlah sesuatu yang inderawi, atau hanya khayalan saja, tetapi Dia adalah diatas segalanya yang bisa dialami oleh indera dan kecerdasan. Dia tak bisa dirasakan oleh indera, tetapi sepenuhnya dirindukan oleh keinginanku’. Dia bukannya tak bisa dikenal, tetapi Dia benar-benar dirindukan oleh perhatian batin. Dia tak bisa dimengerti tetapi bisa dikasihi secara penuh dengan hati yang murni, karena Dia memang layak dikasihi dan dirindukan dan Dia merupakan kebaikan dan kesempurnaan yang tak terhingga. Dan ketika sebuah kegelapan menggelayuti pikiran maka ia semakin ditinggikan diatas dirinya dan merasuk semakin dalam. Dan semakin jauh ia merindukannya, semakin kuat sarana-sarana untuk naik menuju kontemplasi misteri dari Tritunggal Kudus didalam Kesatuan dan Kesatuan didalam Tritunggal didalam Yesus Kristus. Dan semakin besar kerinduan batin itu, semakin produktiv ia menjadi. Tentu saja dalam hal-hal yang bersifat spirituil, semakin masuk kedalam dirinya, semakin besar pula pengalaman spirituil itu. Karena itu janganlah pernah menyerah, jangan berhenti, hingga kamu merasakan suatu kepastian, demikian menurut saya, memiliki rasa pendahuluan dari pengalaman penuh dari masa mendatang dan hingga kamu memperoleh kepuasan atas, betapapun kecilnya, buah-buah kebahagiaan ilahi. Janganlah berhenti mengejarnya dan mengikuti aromanya, hingga kamu bisa melihat Allah dari segala allah di Sion. Janganlah kamu berhenti atau berbalik arah didalam perjalanan spirituil dan persekutuanmu dan kelekatanmu dengan Tuhan dalam dirimu hingga kamu memperoleh apa yang kau cari-cari itu. Ambillah contoh dari orang yang mendaki gunung. Jika pikirannya terikat kepada keinginan akan sesuatu yang terjadi di bawah, maka segera saja ia akan gagal oleh karena berbagai penyimpangan yang banyak, dan dia akan terbelah dalam dirinya, menjadi lemah dan tercerai berai diantara segala sesuatu yang dicari dan diinginkannya. Akibatnya adalah berupa tindakan yang tak ada manfaatnya, berjalan tanpa bisa mencapai tujuan, bekerja tanpa istirahat. Di pihak lain, jika hati dan pikiran kita bisa menjauh dari keinginan akan penyimpangan di bawah, maka ia bisa belajar bersama dirinya, mengabaikan hal-hal yang rendah ini, dan memusatkan perhatiannya kedalam dirinya menjadi satu kebaikan yang tidak berubah dan amat memuaskan dan bisa berpegangan padanya, tak terpisahkan dengan keinginannya dan ia menjadi semakin menyatu dan dikuatkan, dan ia diangkat oleh pengetahuan dan keinginannya. Dengan demikian ia menjadi semakin akrab dengan Kebaikan sejati yang paling utama dalam dirinya hingga ia dibuat tak mampu bergerak dan bisa sampai dengan aman kepada kebahagiaan sejati, yaitu Tuhan Allah sendiri. Ia kini bisa beristirahat didalam Tuhan dengan damai dan tak bisa berubah lagi. Secara sempurna mengumpul dalam dirinya, di tempat tinggal yang rahasia, didalam Yesus Kristus, yang merupakan jalan bagi mereka yang mau datang kepada Tuhan, kebenaran dan kehidupan.

Tuesday, December 15, 2009

Bersandar Kepada Tuhan (Bab 6)





Bab 6


Agar orang yang taat, bersandar kepada Tuhan dengan pengertian dan keinginan yang tulus.


Semakin besar kamu membersihkan dirimu dari hasil khayalan dan keterlibatanmu kepada dunia luar, yaitu hal-hal disekitarmu dan segala sesuatu yang masuk kedalam indera, semakin besar jiwamu akan memulihkan kekuatannya dan indera batinmu, sehingga ia bisa menghargai segala sesuatu yang diatas. Karena itu belajarlah untuk membuang dari khayalan dan gambaranmu, segala benda materi ini, karena yang paling menyenangkan bagi Tuhan adalah pikiran yang bersih dari semua benda dan keterikatan kepada benda. Karena sudah menjadi kesenanganNya untuk tinggal bersama dengan anak manusia, yaitu mereka yang bebas dari segala kegiatan duniawi, penyimpangan dan nafsu-nafsu, dan hanya mencari Dia dengan pikiran yang sederhana dan murni, mau mengosongkan dirinya bagi Tuhan, dan hanya bergantung kepada Tuhan saja. Jika tidak, ingatanmu, khayalanmu, pikiranmu, akan sering terlibat dengan hal-hal duniawi ini, dan kamu akan dipenuhi dengan pikiran akan hal-hal yang baru atau ingatan-ingatan yang lama, atau kamu akan berjalan bersama dengan benda materi yang bersifat sementara ini. Akibatnya, Roh Kudus akan menjauh dari pikiran-pikiran yang tidak mendatangkan pengertian. Karena itu pengasih sejati dari Yesus Kristus hendaknya bersatu melalui keinginan yang baik didalam pengertiannya dengan kehendak Ilahi dan kebaikan Ilahi dan bersih dari segala imajinasi dan nafsu, dimana dia tidak lagi merasa apakah dirinya sedanag dihinakan atau dikasihi, atau ada sesuatu yang sedang dilakukan terhadap dirinya. Karena sebuah perbuatan baik akan merubah segala sesuatu menjadi baik dan berada diatas segalanya. Karena itu jika keinginan itu baik, patuh dan menyatu dengan Tuhan, dengan pemahaman yang benar, dia tak akan terluka meskipun daging, indera dan jasmani menderita akibat suatu tindak kejahatan dan dia lambat untuk menjadi baik, atau mungkin hatinya masih lamban untuk melakukan suatu devosi tertentu. Tetapi hendaknya kita selalu bersandar kepada Tuhan dengan iman dan niat yang baik, dengan pengertian yang benar dan tulus. Dia akan melakukan hal ini jika dia sadar atas segala ketidak-sempurnaan dan kehampaannya, mengenali kebaikannya untuk tinggal didalam Penciptanya saja, mengabaikan dirinya sendiri dengan segala sifat dan kekuatannya, mengabaikan semua makhluk, dan melarutkan dirinya secara menyeluruh dan lengkap kepada Pencipta, sehingga dia akan mengarahkan seluruh tindakannya kepada Tuhan Allah saja. Dia tidak mencari apapun diluar Tuhan, pada siapa dia bisa menemukan segala kebaikan dan kebahagiaan kesempurnaan. Dia akan dirubah sedemikian rupa menuju kepada Tuhan yang tak bisa dia bayangkan sebelumnya, yang dia kasihi, dia mengerti atau dia ingat, kecuali Tuhan sendiri beserta segala hal yang dari Tuhan. Makhluk yang lainnya, termasuk dirinya sendiri, tidaklah diperhatikan, kecuali Tuhan, dan dia tidak mengasihi yang lain kecuali Tuhan, tidak mengingat yang lain kecuali Tuhan. Pengetahuan akan kebenaran yang mulia ini selalu membuat jiwa itu menjadi rendah hati, siap menyalahkan dirinya sendiri, bukan orang lain, sementara itu kebijaksanaan duniawi membuat jiwa menjadi congkak, rentan, sombong dan berkibar mengikuti angin. Karena itu semoga doktrin spirituil yang fundamental ini bisa menuntun kita kepada pengetahuan akan Allah, melayaniNya dan akrab denganNya, bahwa jika kamu benar-benar ingin memiliki Tuhan, kamu harus membuang dari dalam hatimu segala rasa cinta kepada hal-hal yang inderawi, bukan hanya kepada makhluk tertentu saja, sehingga kamu bisa selalu mengarah kepada Tuhan Allahmu dengan hati yang sederhana, penuh dan dengan segenap kemampuanmu, secara bebas dan tanpa bersikap mendua, merasa cemas, dengan perhatian yang goyah, tetapi kamu akan penuh percaya akan kuasaNya saja atas segala sesuatu.