Ambillah sebuah sebuah sepeda motor, kemudian timbanglah, maka beratnya tidaklah lebih dari 200 kg. Dari situ komponen terbesarnya adalah besi (termasuk kerangka, velg dan kabel tembaganya), hampir 95%. Katakanlah berat sepeda motor itu 150 kg, kemudian 95%nya adalah 142,5 kg. Jika besi ini dijual kiloan, dengan harga Rp.2500,- sekilonya, maka akan mendapatkan uang sebesar Rp.356.250,-. Lalu kedua ban dan sadel serta kabel dan lampu yang terbuat dari karet dan plastik dan kaca, katakanlah beratnya 20 kg dengan harga 5000 rupiah perkilonya, maka komponen karet dan plastik dari sepeda motor itu dihargai Rp.100.000,- Maka total harga dasar dari sepeda motor itu adalah Rp.456.250,-.
Tetapi jika bahan baku dan bahan dasar ini dibentuk dalam wujud sepeda motor jadi, yang siap untuk mejeng di jalanan, harganya melejit menjadi sekitar Rp.13 jutaan. Beda harga inilah yang disebut nilai tambah. Semakin rumit pembuatannya semakin besar pula nilai tambah yang diperoleh.
Hal yang sama bisa kita perlakukan untuk semua perbuatan kita sehari-hari. Jika kita kepanasan oleh sengatan matahari, maka berdoalah: ”Tuhan aku mempersembahkan rasa panas ini kepadaMu, demi pertobatan semua pendosa di dunia”. Jika kepala kita kebentur jendela, sakit, benjol, atau bahkan berdarah, kita daraskan doa singkat: “Tuhan, aku mempersembahkan rasa sakit dan berdarah ini kepadaMu, bagi semua jiwa-jiwa di Api Penyucian”. Jika kita lapar atau haus di jalan, kita arahkan doa kita keatas: “Tuhan, aku mau menerima rasa lapar dan haus ini dengan senang, dan aku mempersembahkannya kepadaMu demi ujub-ujub Bapa Suci”.
Dari sinilah kita bisa memberi nilai tambah kepada semua perbuatan atau kejadian kecil-kecil dalam kehidupan kita sehari-hari. Maka perbuatan atau kejadian itu bukan sekedar memiliki makna horizontal, tetapi juga vertikal. Kejadian atau perbuatan kita akan amat berharga di mata Tuhan dan hal itu juga bermanfaat bagi KemuliaanNya. Maukah anda melakukannya ? Gampang, bukan ?