BAB 44
Kebijaksanaan Allah Dalam Kehidupan
Kristus :
AnakKu,biarlah Aku mengajari kamu beberapa dari kebijaksanaanKu. Karunia ini lebih penting dari pada seluruh emas dan kekayaan di dunia ini. KebijaksanaanKu jauh lebih besar dari pada segala harta milik manusia.
2. Alasan utama mengapa penilaian manusia begitu salah adalah mereka berpikir terlalu banyak tentang kehidupan duniawi dan tidak cukup banyak berpikir tentang keabadian yang sedang menunggu mereka. Mereka membela penilaian duniawi mereka dengan segala macam pemikiran rasionil, dan karena itu mereka sering jatuh kedalam kesalahan dan dosa.
3. Aku tidak ingin kamu tertipu oleh penalaran keliru manusia. Selama manusia masih bertentangan dengan penilaianKu, mereka tetap salah. Kamu mungkin bisa mengerti penalaran manusia lebih baik dari pada mengerti cara penilaianKu, tetapi hal ini membuktikan betapa jauhnya kebijaksanaanKu diatas segala kecerdikan makhluk ciptaan. Aku memberikan kepada manusia kecerdasan yang terbatas dalam mana mereka melakukan penilaian. Kamu menghina kecerdikanKu yang tak terbatas jika kamu lebih suka penalaran manusia dari pada sabdaKu. Aku melihat apa yang mereka lihat dan jauh lebih jelas dari pada yang bisa mereka lihat itu.
4. Manusia duniawi itu bodoh, bukan karena mereka tidak menghargai hal-hal baik di dunia ini, tetapi karena mereka menghargainya terlalu besar. Mereka selalu siap menentang Aku hanya untuk memperoleh barang-barang atau keuntungan duniawi. Mereka tidak bisa mengerti kebenaran yang penuh dari diri mereka sendiri, dan karena itu mereka memperoleh kesimpulan yang salah tentang kebesaran diri mereka. Mereka tak bisa melihat bahwa kebesaran sejati adalah pemberianKu.
5. Mereka mencari puji-pujian dan penghargaan untuk mendapatkan bakat atau keuntungan duniawi yang bersifat sementara, manakala mereka seharusnya mencari puji-pujian dan penghargaan yang amat memuaskan yang akan Kuberikan pada mereka yang memperoleh Surga.
6. Kebesaranmu yang sejati terletak pada usahamu dalam mencerminkan kebaikan dan kebijaksanaanKu dalam hidupmu sehari-hari. Kamu melakukan hal ini dengan cara mengikuti kebijaksanaanKu dalam segala hal. Apa yang dipuji orang atas dirimu hanya berarti jika tindakanmu menyenangkan Aku. Tidak semua yang nampaknya baik adalah benar-benar baik. Apa yang dikatakan orang sebagai hal yang benar, tidak selalu benar. Kamu tak akan bingung oleh kebijaksanaan duniawi sepanjang kamu tetap mengarahkan pandanganmu kepada karyaKu. Lihatlah kepada GerejaKu, maka kamu akan memiliki kebenaranKu.
Renungan :
Jaman modern ini dipenuhi oleh kepercayaan dan filosofi yang saling bertentangan. Hal itu benar-benar membingungkan. Namun, aku bisa menghindari segala kebingungan itu jika membiarkan Allah membimbingku melalui GerejaNya. Aku akan memiliki damai Allah jika aku menolak membiarkan orang membingungkan aku, dengan ide-ide serta teori-teori mereka. Allah menciptakan segala yang baik di dunia ini, namun Dia memperingatkan aku untuk tidak mencintai semua itu terlalu besar. Semua itu hanya baik bagiku jika bisa membantuku menyenangkan Allah dan mengikuti KehendakNya. Jika tidak, aku harus melihatnya sebagai sesuatu yang berbahaya bagiku.
Doa :
Pancuran kebijaksanaan abadi, Allahku, aku kini menyadari betapa beratnya untuk berpikir lurus ditengah-tengah manusia duniawi ini. Penalaran palsu mereka nampaknya begitu logis dalam suatu saat tertentu. Namun, bagaimana mungkin mereka bisa benar jika Engkau tidak sependapat dengan mereka ? Aku ingin menjalani kehidupan yang bahagia, namun bukan kebahagiaan yang palsu dan sementara dari dunia ini. Jika aku harus memilih antara dunia atau Surga, maka aku akan memilih yang terbaik dulu. Aku akan memanfaatkan dengan baik hal-hal yang kumiliki di dunia ini. Aku tak akan mencintainya dengan begitu besarnya sehingga sampai aku berani menentangMu. Aku akan berusaha merenungkan tentang jalanMu dalam hidupku ini. Aku akan belajar tentang ajaranMu lebih baik lagi. SabdaMu hendaknya menjadi tuntunanku yang pasti menuju Surga. Aku bergantung kepada rahmat kudusMu untuk memperoleh kekuatan Surgawi yang kubutuhkan. Amin.