STEVEN MOSHER
COVID-19 BUKANLAH DARI ALAM, MELAINKAN DICIPTAKAN DI DALAM LAB
Tue Sep 15, 2020
- 3:57 pm EST
·
Chinese virologist Dr. Li-MengLoose
Women / Youtube
15
September 2020 (LifeSiteNews) - Virus
korona adalah buatan manusia dan tidak berasal dari sebuah pasar yang basah di
Wuhan, kata seorang pelapor Cina dan salah satu ilmuwan pertama yang
mempelajari COVID-19 di Cina.
Dr.
Li-Meng Yan, 36, seorang dokter medis dan ahli virologi yang melarikan diri ke
AS pada bulan April untuk memberi tahu dunia tentang asal-usul virus itu,
mengatakan bahwa berdasarkan penelitiannya sendiri, virus corona “tidak berasal
dari alam sama sekali. Virus itu dibuat di sebuah lab.”
Dr.
Yan dan koleganya baru saja menerbitkan
makalah ilmiah yang meringkas bagaimana "fitur yang tidak biasa dari genom
SARS-CoV-2 menunjukkan adanya ... modifikasi laboratorium yang canggih,
daripada evolusi alami." Di dalamnya, dia menjelaskan dengan tepat
bagaimana patogen mematikan itu bisa disintesis di lab P-4 di Wuhan.
Dan
sekarang berbagai ilmuwan dari seluruh dunia mengatakan bahwa dia mungkin saja benar.
Dalam
wawancara panjang dengan saya dua minggu lalu, Dr.Yan, yang bersembunyi dan sangat
mengkhawatirkan nyawanya, mengatakan bahwa pemerintah Cina tahu bahwa virus itu
buatan manusia dan tahu tentang bahaya penularan dari orang ke orang jauh
sebelum ia menyebabkan pandemi global.
Sebelum
Dr. Li-Meng Yan membelot, dia bekerja di lab virologi top Asia - Lab P3 di
Universitas Hong Kong. Laboratorium tersebut adalah pusat global untuk
penelitian virus korona di mana "pemburu SARS" yang terkenal membuka kode
genetik dari virus korona SARS pertama pada tahun 2003, yang kemudian menjadi wabah
di dunia.
Pada
akhir Desember, supervisornya Dr. Leo Poon memintanya untuk melihat kepada
sekelompok virus mirip SARS yang berasal dari Wuhan, sebuah kota berpenduduk 11
juta di Cina tengah. Dia mulai berkomunikasi dengan jaringan kontak medis di
seluruh Cina, dan pada 31 Desember, dia mengetahui bahwa ada penularan virus
baru itu dari manusia ke manusia - sebuah fakta yang berusaha ditutupi oleh
Partai Komunis Cina, dan kemudian oleh WHO, katanya.
Dr.Yan
menyampaikan kekhawatirannya kepada Dr.Poon, yang berulang kali
memperingatkannya untuk "tetap diam," katanya. Dia mengatakan
kepadanya untuk tidak mengkritik PKC atau membantah mereka di jalur resmi
mereka tentang asal-usul virus corona, yang menurut mereka menyebar karena memakan
hewan liar di pasar basah di Wuhan. "Jika Anda melakukannya, kita akan
mendapat masalah besar dan kita akan dimusnahkan," katanya.
Selama
tiga bulan, Dr.Yan menekankan nasihat ini dan melanjutkan penelitiannya. Dia
segera menemukan bahwa COVID-19 memiliki dua
"penyisipan" buatan manusia yang membuatnya sangat mematikan bagi
manusia. "Penyisipan" yang pertama memungkinkannya menyebar dengan
mudah dari orang ke orang, sedangkan "penyisipan" yang kedua
memungkinkan virus untuk menginfeksi berbagai jenis jaringan setelah virus itu
berada di dalam tubuh manusia.
“Ilmuwan mana pun yang memiliki pengetahuan ini
akan tahu bahwa ini bukanlah dari alam,” katanya kepada saya.
Di
seluruh dunia, ahli virus yang mempelajari virus ini mulai mendukung klaimnya
bahwa virus itu adalah buatan manusia.
"Sifat-sifat
yang sekarang kita lihat pada virus itu, belum pernah kita temukan di mana pun
di alam," kata ahli virologi Norwegia, Birger Sorensen, dalam wawancara 13
Juli dengan jurnal ilmiah Minerva.
“Kita
tahu bahwa sifat-sifat ini membuat virus sangat menular; jadi kalau berasal
dari alam, pasti banyak juga hewan yang tertular ini, tapi kita masih belum
bisa melacak virus ini di alam”
“Ketika kami membandingkan virus corona yang baru
ini dengan virus yang menyebabkan SARS, kami melihat bahwa ada enam sisipan
dalam virus ini yang menonjol dibandingkan dengan virus SARS yang telah diketahui,”
kata Sorensen yang bekerja untuk Immunor
AS, sebuah perusahaan Norwegia yang
meneliti dan mengembangkan vaksin.
Nikolai
Petrokvsy, direktur endokrinologi di Flinders University di Adelaide, Australia,
juga mengatakan bahwa virus itu bisa jadi buatan manusia.
“Penelitian
kami sendiri, yang saat ini sedang ditinjau dan didasarkan pada pemodelan
molekuler yang ketat, mengungkapkan beberapa temuan yang sangat tidak terduga
untuk virus yang didalilkan baru-baru ini berpindah dari hewan ke manusia,”
katanya kepada saya dalam sebuah wawancara. "Dari bahan yang diisolir paling
awal, ia secara unik diadaptasi untuk menginfeksi manusia di atas spesies lain
yang kami uji."
Seorang
ilmuwan internasional terkenal, Prof Joseph Tritto, yang merupakan presiden
dari Akademi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Biomedis Dunia (WABT) yang berbasis
di Paris, juga telah menerbitkan sebuah
buku yang menjelaskan bagaimana Virus Cina diciptakan di laboratorium.
Saya telah merangkum buku Prof. Tritto di
sini.
Para
peneliti di AS bersikap lebih berhati-hati, tetapi tidak menolak klaim Dr. Yan.
"Kami
tidak bisa mengesampingkan hal itu," kata Jonathan Latham, ahli virologi
dan salah satu pendiri Proyek Penelitian Biosains di Ithaca, NY, sebuah
organisasi nirlaba yang melakukan penelitian ilmiah. Dia mengatakan tim
peneliti percaya bahwa Institut Virologi Wuhan mempelajari sampel jaringan dari
para pekerja tambang yang terinfeksi virus pada tahun 2012, tetapi mereka tidak
tahu apakah sampel tersebut kemudian dimanipulasi di laboratorium. "Jika
mereka salah dalam bertindak, maka Anda terkena virus buatan manusia,"
katanya kepada saya. Dia juga percaya bahwa virus itu "hampir pasti
lolos" dari laboratorium.
Richard
Ebright, seorang profesor kimia dan direktur Waksman Institute of Microbiology
di Rutgers University di New Jersey, mengatakan bahwa meskipun dia tidak setuju
dengan teori "penyisipan" Dr.Yan, tetapi dia tidak akan
mengesampingkan kemungkinan bahwa virus itu bisa jadi dimanipulasi di dalam lab.
“Penting
untuk dicatat, ini tidak menutup kemungkinan bahwa virus itu dibuat di
laboratorium atau disempurnakan di laboratorium dengan menggunakan cara-cara yang
tidak meninggalkan tanda-tanda yang bisa dilacak,” ujarnya.
Dr.Yan,
dalam artikel barunya, secara meyakinkan dia membantah argumen Lathan dan
Ebright. Dia menunjukkan bahwa keduanya didasarkan pada klaim yang terlambat,
oleh direktur lab P4 yang sekarang menghilang dari Wuhan, Dr. Shi Zhengli,
bahwa dia "menemukan kerabat dekat dengan Virus Cina di alam" pada
tahun 2012. Dr. Shi hanya melaporkan "penemuan" ini pada bulan
Januari tahun ini setelah wabah pandemi, mendaftarkannya dengan nama virus
Corona RATG-13. Ini mirip dengan SARS-CoV-2 dan, seperti yang dijelaskan Dr.
Yan dalam artikelnya, studi atas genom virus itu menunjukkan bahwa itu adalah
fabrikasi atau buatan manusia.
Sementara
itu, Dr.Yan sangat ingin mengungkapkan kebenaran untuk menyelamatkan nyawa. Dia
tahu bahwa dia harus meninggalkan Cina untuk melakukannya, katanya. “Saya
mencoba membujuk suami saya yang bekerja di lab yang sama untuk ikut dengan
saya,” katanya. “Tapi saya gagal.” Dr.Yan diam-diam membeli tiket pesawat ke
Los Angeles dan mendarat di AS pada 28 April.
Dia
menghabiskan dua bulan pertamanya di negara itu dalam persembunyian, saat
ditanyai oleh pejabat intelijen AS. Tetapi dengan kasus penularan yang
meningkat secara dramatis di seluruh dunia, dia mulai angkat bicara. Dia
memberikan wawancara kepada Fox News
bulan lalu.
Ada
hampir 30 juta kasus infeksi virus ini dan hampir satu juta kematian di seluruh
dunia, menurut statistik
terbaru yang dikumpulkan oleh Universitas Johns Hopkins.
Mengapa
pemerintah Cina menciptakan patogen yang mematikan? Apakah ia mencoba membuat
senjata biologis atau suatu vaksin? Dr.Yan mengatakan dia tidak tahu
jawabannya, tetapi dia mencatat bahwa semua laboratorium di Cina berada di
bawah kendali pemerintah komunis Cina. Dan di Wuhan, penelitian tentang virus
korona berada di bawah pengawasan Chen Wei, seorang ahli epidemiologi yang
merupakan ahli senjata biologis dan mayor jenderal pada militer Cina, kata Dr.Yan.
Menambah
keprihatinan tentang program senjata biologis Cina adalah fakta bahwa Mayor
Jenderal Chen Wei baru saja, minggu lalu, diberi penghargaan,
yang disebut "Pahlawan Rakyat," oleh Presiden China Xi Jinping atas
karyanya pada Virus Cina.
Menurut
Dr.Yan, laboratorium Wuhan telah menggunakan virus korona milik Tentara
Pembebasan Rakyat sebagai "tulang punggung" untuk "penyisipan"
mereka. Patogen yang terdaftar secara internasional di bawah nama ZC45 adalah
satu-satunya yang dimiliki oleh laboratorium senjata biologis milik Tentara
Pembebasan Rakyat, katanya.
"Laboratorium
Wuhan mengumpulkan ratusan varian virus korona dari seluruh Cina,"
katanya. “Mereka mengklaim itu untuk memprediksi epidemi virus korona di masa
depan yang mungkin muncul dari alam dengan lebih baik. Tetapi jika mereka
khawatir tentang epidemi virus korona, mengapa mereka tidak melakukan upaya apa
pun dalam penelitian vaksin penangkalnya, seperti yang kami lakukan di lab kami
di Hong Kong? ”
Mengenai
bagaimana virus itu bisa lolos dari lab "keamanan tingkat tinggi"
Wuhan, Dr.Yan berkata, "Itu bukanlah kecelakaan. Tidak ada seorang pun di
lab itu yang sakit atau meninggal. Selalu ada dua orang di lab. Tidak ada virus
hidup yang bisa lolos."
Dr.Yan
mengatakan bahwa dia tidak tahu apakah lolosnya virus itu disebabkan oleh
karyawan yang tidak puas atau apakah ada rencana jahat yang melibatkan
pemerintah Cina.
Apa
yang kami tahu adalah bahwa sikap menutup-nutupi dari pemerintah Cina akan terus
berlanjut. Dr. Shi, yang menciptakan Virus Cina di labnya, telah menghilang dan
ditemukan mati. Laboratorium Wuhan sendiri tetap terlarang bagi orang asing.
Partai Komunis Cina melakukan segala cara untuk menyembunyikan asal-usul virus.
Sejak
dia mulai berbicara bulan lalu, Dr.Yan telah dipecat oleh Universitas Hong Kong
yang juga menolak temuannya bahwa virus itu buatan manusia. Suaminya menjauhkan
diri darinya, dan orang tuanya secara terbuka menyebut dia "pengkhianat,"
katanya.
“Saya
melakukan ini karena saya seorang ilmuwan dan saya tahu yang sebenarnya dan
saya ingin menceritakannya kepada dunia,” katanya kepada saya. "Tapi jika
mereka menemukan saya, mereka akan membunuh saya."
Steven W. Mosher is the President of the
Population Research Institute and the author of Bully of Asia: Why China’s
Dream is the New Threat to World Order.
*****
Bom
WikiLeaks: Kemitraan Soros / Clinton / Vatikan ...
Vatikan
Memperbarui 'Penjualan Total’ Gereja Bawah Tanah Di Cina
Penyintas
kamp kerja paksa Cina menjelaskan mengapa sosialisme adalah neraka
Cina
- Vatikan Akan Memperpanjang Kesepakatan Yang Kontroversial