Monday, April 26, 2010
Pesan Bunda Maria kepada Mirjana di Medjugorje, 25 April 2010
Wednesday, April 21, 2010
Apakah umat Katolik masih mempercayai Api Penyucian ?
Apakah gereja dan umat Katolik masih mempercayai Api Penyucian ? Ada seorang di USA berkata bahwa didalam buletin gereja parokinya mengatakan bahwa Api Penyucian itu tidak ada. Benarkah ?
Dari semua ajaran gereja Katolik maka Api Penyucian adalah ajaran yang paling sering dipertanyakan dan diserang oleh umat Katolik sendiri.
Untuk melihat masalah ini marilah kita membaca paragraf 1030-1032 dari katekesis Gereja Katolik. Disitu doktrin mengenai Api Penyucian dinyatakan:
Semua orang yang meninggal didalam rahmat dan persahabatan dengan Allah, namun yang masih belum dimurnikan secara sempurna, mereka diyakinkan memperoleh keselamatan kekal, namun setelah meninggal, mereka masih harus mengalami pemurnian, untuk mendapatkan kesucian yang diperlukan agar bisa memasuki kebahagiaan Surga.
Gereja menamai tempat pemurnian akhir bagi umat pilihan ini sebagai Api Penyucian, yang benar-benar berbeda dengan tempat hukuman bagi orang-orang terkutuk (neraka). Gereja merumuskan doktrin iman mengenai Api Penyucian berdasarkan Konsili Florence dan Konsili Trent. Karena Api Penyucian ada didalam katekesis gereja, maka gereja Katolik masih mengajarkannya, dan umat Katolik wajib mempercayainya.
Karena itu mengapa ada banyak umat yang mengatakan bahwa Api Penyucian bukanlah doktrin gereja ? Sebagian dari kebingungan ini muncul karena umat Katolik mengacaukan pengertian antara Api Penyucian dengan Limbo. Limbo adalah tempat penantian dimana jiwa-jiwa dari anak-anak kecil yang meninggal yang belum dibaptis, tinggal disana untuk sementara waktu.Karena dosa asal mereka masih ada, maka mereka belum bisa memasuki Surga.
Masalah yang besar adalah bahwa banyak umat Katolik yang masih belum mengerti perlunya Api Penyucian itu. Alasan mereka, antara lain, jika kamu akan berakhir di Surga, mengapa harus menghabiskan waktu di tempat yang bersifat sementara ini ?
Salah satu baris kalimat diatas adalah ‘untuk mendapatkan kesucian yang diperlukan agar bisa memasuki Surga’. Hal ini telah merujuk ke satu arah yang pasti, tetapi katekesis gereja Katolik masih memberi lebih dari itu. Didalam bab mengenai indulgensi, terdapat dua paragraf (1472-1473) yang berbicara mengenai ‘hukuman atas dosa’ :
Patut diketahui bahwa dosa memiliki dua macam akibat. Dosa berat menghapuskan persekutuan kita dengan Tuhan, hingga kita tak bisa memiliki kehidupan kekal, yaitu keadaan pengasingan yang disebut sebagai ‘hukuman kekal’ atas dosa. Setiap dosa, termasuk dosa ringan, meninggalkan bekas yang tidak sehat pada diri makhluk, dimana bekas ini harus dibersihkan baik di dunia ini ataupun setelah kematian nanti, didalam Api Penyucian. Pemurnian ini membersihkan seseorang dari ‘hukuman sementara’ atas dosa. Pengampunan dosa dan pemulihan persekutuan dengan Tuhan akan memberikan remisi atas hukuman kekal karena dosa, namun hukuman sementara karena dosa masih tetap ada (hukuman sementara ini bisa karena dosa berat maupun ringan).
Melalui berbagai tindakan penitensial, doa-doa, perbuatan baik, menanggung penderitaan dengan sabar, maka kita bisa mengurangi atau menghapuskan hukuman sementara atas dosa. Jika masih ada hukuman sementara yang belum kita lunasi di dunia ini, maka kita harus melunasinya melalui hukuman didalam Api Penyucian sebelum kita bisa memasuki Surga.
Dari buku Api Penyucian karya FX Schouppe SJ., kita bisa membaca betapa penderitaan didalam Api Penyucian itu bersifat spirituil, dan sesuatu yang spirituil ini adalah lebih besar kwalitasnya dari pada sesuatu yang bersifat jasmani. Maka ada beberapa orang kudus yang dikisahkan didalam buku ini yang lebih suka menderita hingga berdarah-darah di dunia ini dari pada menderita sakitnya kesepian didalam Api Penyucian karena tak bisa memandang wajah Allah.
Begitulah Api Penyucian bukanlah sebuah doktrin yang aneh, yang bersifat hanya menghukum saja. Tetapi Api Penyucian hendaknya kita pandang sebagai doktrin yang menghibur bagi kita. Jika kita tidak sempurna, kita tak bisa memasuki Surga, namun Tuhan memberi kita kesempatan untuk menebus dosa kita didalam kehidupan berikutnya nanti, untuk menebus dosa-dosa yang belum kita tebus di dunia dulu. Dengan menyadari kelemahan kita maka seharusnya kita berterima-kasih kepada Tuhan atas kerahimanNya ini.
Salam damai dan Tuhan memberkati !
Tuesday, April 20, 2010
ST. THÉRÈSE dari Kanak-kanak Yesus
Kamis, 1 Oktober 2009
Gereja mengadakan pesta bagi St. Thérèse of Lisieux
St. Thérèse dari Kanak-kanak Yesus atau St. Thérèse of Lisieux lahir pada 2 Januari 1873 di Alençon, Perancis, dari orang tua yang taat, dimana kedua orang tua ini telah menerima kehormatan ‘venerabilis’ dari Paus Yohanes Paulus II. Ibunya meninggal ketika dia berusia 4 tahun, dan kemudian dia diasuh oleh ayahnya dan kakak-kakaknya perempuan.
Pada hari Natal 1886, St. Thérèse menerima pencerahan batin, dimana dia mengalami sebuah persekutuan yang amat erat dengan Tuhan, yang dia katakan sebagai sebuah ‘pertobatan yang lengkap’. Hampir setahun kemudian, ketika dia pergi ke Roma tahun 1887, didalam audiensi dengan Paus, dia meminta dan mendapatkan ijin dari Paus Leo XIII untuk memasuki biara Karmel pada usia 15 tahun !
Dengan memasuki biara ini dia membaktikan hidupnya didalam kesucian, melakukan segala sesuatu dengan rasa kasih yang besar dan kepercayaan penuh seperti seorang anak kepada Tuhan. Dia menjalani kehidupan penuh perjuangan didalam biara itu sambil dia berusaha untuk berbuat baik kepada semua orang, terutama orang yang tidak disukainya. Dia selalu berusaha melakukan tindakan kemurahan hati yang kecil-kecil, kurban-kurban kecil sambil tidak mempedulikan semuanya itu. Semua perbuatan ini membantunya untuk memahami lebih jauh dari hidup baktinya itu.
Didalam otobiografinya dia menulis, bahwa dia selalu memimpikan menjadi seorang misionaris, seorang rasul, seorang martir, namun dia tetaplah seorang biarawati di sebuah biara sepi di Perancis. Bagaimana dia bisa memenuhi semua keinginannya ini ?
“Kemurahan hati merupakan kunci dari hidup baktiku. Aku sadar bahwa Gereja memiliki sebuah hati, dan hati itu berkobar oleh kasih. Aku sadar bahwa sebuah kasih bisa mendorong para anggota Gereja untuk bertindak, namun jika kasih ini hilang, maka para rasul tidak akan lagi mewartakan Injil, para martir tidak lagi bersedia mencucurkan darah mereka. Aku sadar bahwa kasih menyelimuti seluruh hidup bakti, kasih adalah segalanya, dan ia bekerja di sembarang tempat dan sembarang waktu.... dengan kata lain, kasih adalah kekal ! Maka didalam kebahagiaanku yang amat besar aku berseru :”Oh Yesus, Kasihku .... hidup baktiku, akhirnya aku menemukannya.... hidup baktiku adalah Kasih !”.
Thérèse menyerahkan dirinya sebagai kurban persembahan bagi Kasih Allah pada 9 Juni 1895, pesta dari Tritunggal Maha Kudus dan pada tahun berikutnya, pada malam antara Kamis Putih dan Jumat Agung, dia mulai merasakan gejala pertama dari sakit TBC, penyakit yang menuntunnya kepada kematian.
Selama sakitnya itu Thérèse merasakan berbagai kunjungan dari Mempelai Ilahi dan dia menerima penderitaan itu sebagai jawaban bagi persembahannya pada tahun sebelumnya. Dia juga mulai menerima godaan iman yang sangat besar yang berlangsung hingga saat kematiannya satu setengah tahun kemudian. “Kalimat terakhirnya:’Tuhanku, aku mengasihiMu !’, dimana hal ini merupakan meterai dari kehidupannya”, demikian kata Paus Yohanes Paulus II
Sejak kematiannya ada jutaan orang yang terinspirasi oleh ‘jalan kecil’nya itu didalam mengasihi Tuhan dan tetangga. Banyak sekali keajaiban yang dipercaya terjadi karena pengantaraannya. Selama kehidupannya dulu dia telah meramalkan melalui kalimat :”Surgaku akan kuhabiskan dengan berbuat baik di dunia ini”.
St. Thérèse dinyatakan sebagai Doktor Gereja oleh Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1997, 100 tahun setelah kematiannya pada usia 24 tahun. Dia adalah wanita ke tiga yang dinyatakan sebagai Doktor Gereja setelah St. Catherine dari Siena dan St. Teresa dari Avila.
Saturday, April 3, 2010
Pesan Bunda Maria kepada Mirjana di Medjugorje, 2 April 2010
“Anak-anak yang terkasih ! Hari ini aku memberkati kamu secara yang istimewa dan aku berdoa bagimu agar kamu kembali ke jalan yang benar, kepada Puteraku, Juru Selamatmu, Penebusmu, kembali kepada Dia yang memberimu kehidupan kekal. Renungkanlah tentang segala sesuatu yang bersifat manusiawi, tentang segala sesuatu yang tidak membiarkan kamu terpisah dari Puteraku, sesuatu yang bersifat sementara, tidak sempurna, terbatas, dan kemudian renungkanlah tentang Puteraku, tentang keadaanNya yang tak terhingga dan ilahiah. Dengan penyerahan dirimu dan doa-doamu akan bisa memuliakan tubuhmu dan menyempurnakan jiwamu. Bersiaplah anak-anakku. Terima kasih”.
(Bunda Maria lalu memberkati semua orang yang hadir serta benda-benda rohani yang dimintakan berkat darinya. Ketika Bunda Maria pergi meninggalkan Mirjana, nampak salib besar berwarna keemasan di belakangnya).
Beberapa tanya jawab
Kita semua akan dihakimi pada saat penghakiman akhir nanti agar rencana Tuhan bisa dinyatakan kepada semua orang. Namun tempat bagi jiwa kita sudah ditentukan pada saat kematian kita, apakah kita akan masuk ke Surga atau neraka. Mereka yang akan masuk ke Surga namun dosa-dosanya masih belum dilunasi secara lengkap, akan masuk kedalam Api Penyucian.
Jawab : Kristus menghakimi kita sesaat setelah kita meninggal dan pada saat hari akhir nanti.
Tanya : Disebut apakah penghakiman yang kita alami segera setelah kematian kita ?
Jawab : penghakiman yang kita alami segera setelah kematian kita disebut sebagai penghakiman khusus.
Tanya : disebut apakah penghakiman yang dialami oleh semua orang pada hari akhir nanti ?
Jawab : penghakiman yang akan dialami oleh semua orang pada hari akhir nanti disebut sebagai penghakiman umum.
Tanya : mengapa Kristus menghakimi manusia sesaat setelah kematian ?
Jawab : Kristus menghakimi manusia sesaat telah kematian untuk memberi ganjaran atau hukuman kepadanya sesuai dengan perbuatannya.
Tanya : apakah Sakramen Imamat itu ?
Jawab : Sakramen Imamat adalah Sakramen dengan apa uskup, imam serta utusan lain dari gereja ditahbiskan dan menerima kuasa dan rahmat untuk melaksanakan tugas suci mereka.
Tanya : siapakah yang bisa memberikan Sakramen Imamat ?
Jawab : Sakramen Imamat diberikan oleh Uskup.
Tanya : apa yang perlu untuk bisa menerima Sakramen Imamat secara layak ?
Jawab : untuk menerima Sakramen Imamat secara layak maka diperlukan keadaan rahmat, memiliki pengetahuan yang diperlukan, serta adanya panggilan ilahi terhadap tugas suci ini.
Tanya : bagaimana seharusnya umat memandang imam ?
Jawab : umat kristiani seharusnya memandang imam sebagai utusan Tuhan serta pembagi dari misteri-misteriNya.
Tanya : apakah Sakramen Perminyakan itu ?
Jawab : Sakramen Perminyakan adalaah Sakramen, yang melalui pengurapan dan doa dari imam, memberikan kesehatan dan kekuatan kepada jiwa dan kadang-kadang terhadap tubuh, ketika kita berada dalam bahaya kematian karena penyakit.
Tanya : siapakah yang memberikan Sakramen Perminyakan ?
Jawab : imam adalah yang memberikan Sakramen Perminyakan.
Tanya : bagaimana kita menerima Sakramen Perminyakan ?
Jawab : kita menerima Sakramen Perminyakan dalam keadaan rahmat, iman, dan pasrah kepada kehendak Tuhan.
Tanya : apakah kita harus menunggu sampai datangnya bahaya kematian untuk menerima Sakramen Perminyakan ?
Jawab : kita tidak usah menunggu sampai datangnya bahaya kematian untuk menerima Sakramen Perminyakan, tetapi sebaiknya kita menerimanya ketika kita masih dalam keadaan kesadaran penuh.
Tanya : kapan sebaiknya kita menerima Sakramen Perminyakan ?
Jawab : kita menerima Sakramen Perminyakan sebaiknya ketika kita berada dalam bahaya kematian karena sakit atau karena kecelakaan.
Tanya : apakah pengaruh dari Sakramen Perminyakan ?
Jawab : pengaruh dari Sakramen Perminyakan adalah : pertama, menghibur kita didalam penderitaan sakit dan menguatkan kita didalam menghadapi cobaan; kedua, mengampuni dosa-dosa ringan dan membersihkan jiwa kita dari sisa-sisa dosa; ke tiga, memulihkan kita kepada kesehatan kita jika Tuhan berkenan.
Tanya : apa yang dimaksud dengan sisa dari dosa ?
Jawab : sisa dari dosa adalah kecenderungan untuk berbuat dosa serta kelemahan didalam keinginan kita yang merupakan akibat dari dosa kita, yang tetap ada setelah dosa-dosa kita diampuni.
Tanya : apakah Misa Kudus ?
Jawab : Misa Kudus adalah kurban tak berdarah dari tubuh dan darah Kristus.
Tanya : bagaimana kita seharusnya mengikuti Misa Kudus ?
Jawab : didalam mengikuti Misa Kudus kita seharusnya sikap batin yang benar, piety (?) dan dengan dari luar kita harus penuh hormat serta devosi yang besar.
Tanya : bagaimana cara terbaik mengikuti Misa Kudus ?
Jawab : cara terbaik mengikuti Misa Kudus adlaah dengan menyerahkannya kepada Tuhan bersama imam dengan tujuan yang sama bagi apa Misa Kudus itu diadakan, merenungkan penderitaan dan kematian Kristus, dan menerima Komuni Kudus.
Tanya : apakah kurban itu ?
Jawab : kurban adalah persembahan suatu objek oleh seorang imam bagi Tuhan saja, dan dengan memakan hal itu merupakan pengakuan bahwa Dia adalah Pencipta dan Tuhan atas segalanya.
Tanya : adakah perbedaan antara kurban salib dengan kurban Misa Kudus ?
Jawab : ya, cara dimana kurban itu diadakan adalah berbeda. Diatas salib, Kristus sesungguhnya mencurahkan DarahNya dan sesungguhnya Dia disiksa. Didalam Misa Kudus, tak ada cucuran darah yang sesungguhnya, tak ada kematian yang sesungguhnya, karena Kristus tak bisa mati lagi.
Tanya : apa tujuan dari kurban salib ?
Jawab : tujuan dari kurban salib adalah pertama, untuk menghormati dan memuliakan Allah; kedua, berterima-kasih kepadaNya atas segala rahmat yang dilimpahkanNya ke seluruh bumi; ketiga, memuaskan rasa keadilam Allah atas dosa-dosa umat manusia; ke empat, memperoleh segala rahmat dan berkat bagi kita.
Tanya : apakah Misa Kudus adalah kurban yang sama dengan kurban salib ?
Jawab : Misa Kudus adalah kurban yang sama dengan kurban salib.
Tanya : bagaimana kurban Misa Kudus bisa sama dengan kurban salib ?
Jawab : Misa Kudus adalah kurban yang sama dengan salib karena keduanya merupakan kurban persembahan Kristus dan dengan imam yang sama, yaitu Yesus Kristus, Tuhan kita. Dan tujuan dari kedua kurban itu adalah juga sama.
Tanya : kapan dan dimana roti dan anggur dirubah menjadi tubuh dan darah Kristus ?
Jawab : roti dan anggur dirubah menjadi tubuh dan darah Kristus pada saat konsekrasi dari sebuah Misa Kudus.
Tanya : apa yang kita lakukan setelah menerima Komuni Kudus ?
Jawab : setelah menerima Komuni Kudus kita harus meluangkan waktu sejenak untuk memuji Tuhan, bersyukur kepadaNya atas rahmat yang kita terima, dan memohon berkat yang kita perlukan.
Tanya : apakah boleh jika kita sering menerima Komuni Kudus ?
Jawab : adalah baik untuk sering menerima Komuni Kudus, karena tak ada sarana yang lebih baik untuk menjalani kehidupan yang suci dari pada menerima Pencipta segala rahmat dan Sumber dari segala kebaikan.
Tanya : kapan kita wajib menerima Komuni Kudus ?
Jawab : kita wajib menerima Komuni Kudus jika berdosa berat (tetapi harus mengaku dosa dan menyesal lebih dulu), selama masa Paskah dan ketika dalam bahaya kematian.
Tanya : apakah boleh menerima Komuni Kudus jika belum berpuasa ?
Jawab : orang yang berada dalam bahaya kematian diijinkan untuk menerima Komuni Kudus tanpa berpuasa, atau jika untuk menyelamatkan Sakramen Terberkati itu dari pencemaran, kita boleh memakanNya.
Tanya : puasa apakah yang diperlukan sebelum menerima Komuni Kudus ?
Jawab : puasa yang diperlukan sebelum menerima Komuni Kudus adalah tidak makan makanan atau minum softdrink atau alkohol, satu jam sebelum Misa Kudus. Kita masih boleh minum air putih setiap saat. Orang yang sakit boleh makan, minum bukan alkohol, atau menelan obat, menjelang Komuni Kudus.
From The Baltimore Catechism, About.com Guest