Gereja Katolik mengenal tiga macam gereja, yang berbeda dalam hal tempat, sifat, dan karakteristik mereka. Tiga macam gereja itu adalah :
1. Gereja yang jaya;
2. Gereja yang menderita;
3. Gereja militan.
1. Gereja yang jaya, yaitu umat beriman yang telah berada di Surga. Mereka sudah tinggal bersama Allah dan berbahagia selamanya. Mereka tinggal bersama para malaikat, para kudus, para bapa bangsa, para rasul dan murid Kristus didalam gereja awali, dan tentu saja, bersama Bunda Maria yang terkasih. Mereka tinggal bersama para santo-santa yang namanya kita sebut didalam doa litani, mereka tinggal bersama orang-orang kudus yang meninggal belakangan yang namanya belum tercantum didalam doa litani. Hidup mereka berada dalam kebahagiaan yang sempurna. Mereka juga berdoa seperti kita, bahkan tak henti-hentinya mereka berdoa, memuji kemuliaan Tuhan, bersyukur kepada Tuhan atas segala kerahimanNya, dan mereka juga mendoakan kita yang masih tinggal di dunia ini.
Jiwa-jiwa penghuni gereja yang jaya ini tidak membutuhkan bantuan doa-doa kita. Mereka sudah memeluk kebahagiaan sempurna bersama Allah. Mereka tidak lagi memerlukan doa-doa kita. Mereka justru meminta kita untuk banyak berdoa bagi diri kita sendiri dan bagi jiwa-jiwa didalam Api Penyucian. Kepada merekalah kita bisa memohon pengantaraan, bantuan doa-doa, bagi segala keperluan kita di dunia ini. Karena mereka sudah berada dekat dengan Tuhan, maka doa-doa mereka akan lebih besar kemungkinannya untuk dikabulkan oleh Tuhan.
Untuk meminta sesuatu dari seorang raja di dunia, kita akan lebih cepat menerimanya jika permintaan itu dilakukan melalui orang-orang yang dekat dengan sang raja, melalui menteri, melalui pegawai istana, atau melalui permaisuri raja.
2. Gereja yang menderita. Disini tinggallah umat beriman yang telah meninggal, tetapi yang belum bisa masuk kedalam Surga karena mereka masih memiliki hutang dosa yang harus ditebus didalam Api Penyucian. Penderitaan mereka adalah berupa perasaan jauh dari Tuhan. Mereka memiliki kesadaran dan kerinduan yang amat besar akan Tuhan, lebih besar dari pada kesadaran dan kerinduan kita kepada Tuhan. Mereka tahu bahwa didepan mereka ada kebahagiaan yang kekal bersama Tuhan, tetapi mereka belum bisa meraihnya. Mereka sadar bahwa suatu saat nanti mereka akan bisa masuk kedalam Surga, tetapi mereka terpaksa harus tinggal didalam penjara Api Penyucian untuk sementara waktu sampai hutang-hutang mereka dilunasi sepenuhnya, hingga satu sen terakhir hutang mereka.
Seorang ibu yang merindukan kehadiran anaknya, dia akan merasakan sakit didalam hatinya jika tak bisa bertemu dengan anak yang dikasihinya. Seorang kekasih akan merasakan nyeri didalam hatinya jika karena suatu alasan tertentu, tak bisa bertemu dengan kekasih hatinya. Semakin besar cintanya akan semakin besar rasa nyeri itu menyiksanya. Karena rasa cinta didalam hati dari jiwa-jiwa yang ada didalam Api Penyucian adalah sempurna, maka mereka juga merasakan nyeri dan sakit yang luar biasa jika mereka tak bisa segera bertemu dan menyatu dengan Allah. Rasa sakitnya rindu inilah yang amat menyiksa jiwa-jiwa didalam Api Penyucian. Bahkan mereka merasakan sakit-rindu ini lebih besar dari pada panasnya api.
Jiwa-jiwa didalam Api Penyucian juga rajin berdoa, namun doa mereka tidak bisa bermanfaat bagi diri mereka sendiri. Doa mereka hanya bermanfaat bagi kita yang masih berada di dunia ini. Mereka benar-benar tak berdaya sama sekali. Mereka tak bisa berbuat kebaikan yang bermanfaat bagi diri mereka sendiri. Kebaikan yang mereka lakukan adalah demi keperluan kita yang masih berada di dunia ini. Maka sudah selayaknya jika kitalah yang berdoa bagi mereka, agar masa penahanan mereka dipersingkat. Jangan khawatir, mereka itu tahu berterima-kasih, mereka akan membalas dengan berdoa bagi kita, baik ketika mereka masih berada didalam Api Penyucian dan terlebih lagi ketika mereka sudah berada di Surga.
Dengan berdoa bagi jiwa-jiwa didalam Api Penyucian kita mendapatkan dua macam manfaat. Manfaat bagi jiwa-jiwa itu, yaitu pengurangan masa penahanan mereka, dan manfaat bagi diri kita sendiri, karena kita memperoleh indulgensi serta bantuan doa dari mereka.
3. Gereja militan atau gereja yang masih terus berjuang. Ini adalah kumpulan umat beriman yang masih hidup di dunia ini. Kita masih harus terus berjuang. Benar sekali. Kita harus terus berjuang untuk bisa masuk kedalam Surga. Kita berjuang menghadapi kerasnya kehidupan di dunia ini, yang semakin hari terasa semakin menyesakkan dada ini. Mungkin perjuangan kita saat ini lebih keras dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya.
Kita tahu bahwa saat ini godaan yang musti kita hadapi semakin banyak, semakin beragam, didalam jumlah dan kwalitasnya. Tidak sedikit para romo dan suster yang terjatuh, dan dibelakang para romo dan suster yang jatuh itu telah berderet sekian banyak umat awam yang ikut terjatuh pula. Kalau pemimpinnya terjatuh maka pengikutnya ikut terpeleset.
Maka kita harus bekerja lebih keras, dengan berdoa dan bertindak hati-hati, didalam pikiran, perkataan dan perbuatan kita. Kita bisa meminta bantuan doa-doa dari para kudus di Surga maupun jiwa-jiwa didalam Api Penyucian. Mereka akan dengan senang hati mau menolong kita. Jangan khawatir, ‘hobby’ mereka adalah menolong, maka jangan sungkan-sungkan meminta bantuan dan pertolongan mereka.
Selain itu kita juga musti mendoakan jiwa-jiwa yang masih berada didalam Api Penyucian, mereka itu tidak berdaya. Perbuatan baik mereka disana, doa-doa mereka, tidak bermanfaat bagi diri mereka sendiri. Jadi, doa-doa dan perbuatan baik kitalah yang bisa meringankan beban penderitaan mereka. Maka marilah kita rajin berdoa dan berbuat baik, kalau perlu dengan mati raga, bagi jiwa-jiwa didalam Api Penyucian, dan pada gilirannya nanti, setelah mereka berada di Surga, mereka akan berdoa bagi kita. Tanpa kita minta mereka akan mendoakan kita. Mereka tahu membalas budi, tidak seperti kita di dunia yang sering tidak menghiraukan dan melupakan kebaikan orang lain. Jiwa-jiwa didalam Api Penyucian dan didalam Surga sangatlah baik, tidak diragukan lagi.
Begitulah hubungan yang ada diantara ketiga macam gereja ini. Ketiga gereja ini saling berinteraksi satu sama lain, saling menolong, sesuai dengan kemampuan dan kapasitas masing-masing. Tetapi asas keadilan juga masih diberlakukan oleh Tuhan. Betapapun besarnya bantuan doa-doa dari jiwa-jiwa yang ada didalam Surga maupun didalam Api Penyucian bagi kita, tetapi jika kita sendiri tidak mau berusaha menerimanya maka semua doa-doa itu akan sia-sia belaka. Jadi kita harus mempersiapkan diri kita sebaik-baiknya untuk menerima manfaat atau pahala dari doa-doa itu.
Ibaratnya, suatu perhiasan emas permata tak akan ada gunanya jika ia ditaruh di kandang babi atau anjing. Tetapi jika ia diletakkan diatas sebuah mahkota, maka ia akan semakin mempercantik mahkota itu. Ia akan meningkatkan harga dari mahkota itu. Maka semua doa dan perbuatan baik beserta segala manfaatnya, tak akan bermanfaat jika ia diletakkan didalam ‘kandang babi’ yaitu diri kita yang tidak dipersiapkan secara layak. Persiapan ini hanya bisa dilakukan oleh diri kita sendiri, bukan oleh orang lain. Orang lain hanya membantu saja.
Semoga saja masa puasa pra Paskah ini bisa mempersiapkan diri kita untuk menjadi layak, agar kita bisa memanfaatkan segala pahala yang diberikan oleh Tuhan kepada kita. Demikian juga dengan doa-doa, bagaikan makanan yang lezat-lezat yang akan kita persembahkan bagi Sang Raja, jika makanan itu kita letakkan diatas piring yang kotor, tidak dicuci bersih, maka Sang Raja akan enggan menerima dan memakannya. Tetapi jika makanan itu, yaitu doa-doa kita, kita letakkan diatas ‘piring’ yang bersih, yaitu ‘hati kita yang suci’ maka Sang Raja akan berkenan menerimanya. Amin.