Bab 4
Betapa seharusnya kegiatan manusia berada dalam bidang intelek, bukan pada tataran indera.
Berbahagialah orang yang melalui penolakan yang terus menerus atas fantasi-fantasi atau khayalan-khayalan dan gambaran-gambaran, dan memandang kedalam dirinya sendiri, serta mengangkat pikirannya menuju kepada Tuhan, dan akhirnya dia bertekad untuk membuang segala hasil imajinasi pikirannya dan dengan bekerja didalam dirinya, dengan polos, sederhana dan dengan pengertian dan keinginan yang murni, didalam kesederhanaan dari semua benda, akhirnya dia akan menuju kepada Tuhan. Karena itu buanglah dari dalam pikiranmu semua khayalan, benda-benda imajinasi, dan segala macam bentukan materiil selain Tuhan, sehingga dengan pengertian yang tulus, niatan dan keinginan yang murni, tindakanmu hanya menuju kepada Tuhan saja dalam dirimu. Karena inilah tujuan akhir dari segala tindakan spirituil, mengarahkan segala pikiran kepada Tuhan Allah, beristirahat didalam Dia, dengan pengertian yang murni dan keinginan yang benar-benar tulus, tanpa berbelit-belit, dan khayalan-khayalan serta imajinasi. Tindakan semacam ini tidak dilakukan oleh organ daging atau oleh indera, namun dengan hal itu semua seseorang adalah sungguh manusiawi. Bagi manusia adalah memerlukan pengertian dan keinginan. Karena itulah sejauh manusia masih bermain-main dengan hasil dari imajinasi dan indera dan terus berpegang kepadanya, akan nyatalah bahwa dia masih belum keluar dari motivasi dan keterbatasan sifat binatangnya yang dia miliki secara bersama-sama dengan binatang. Bagi makhluk seperti ini, mereka mengetahui dan merasakan obyek dengan perantaraan pengenalan akan bentuk-bentuk dan pencerapan indera, dan tidak lebih, karena mereka tak memiliki kekuatan jiwa yang lebih besar dan lebih tinggi. Tetapi beda dengan manusia, yang diciptakan dalam keserupaan dengan Allah, yang memiliki pengertian, keinginan dan kehendak bebas, melalui apa seharusnya dia bisa secara langsung, tulus dan murni, terpaku dan menyatu dengan Tuhan dan melekat erat kepadaNya. Karena alasan inilah maka setan berusaha keras dan dengan segenap kemampuannya menghalangi tindakan keutamaan ini, karena setan merasa iri dengan manusia, karena hal itu merupakan pendahuluan dan inisiasi dari kehidupan kekal nanti. Karena itu setan terus berusaha menarik pikiran manusia agar menjauhi Tuhan Allah, suatu saat dengan melalui godaan dan nafsu, disaat yang lain melalui rasa khawatir yang berlebihan, perhatian kepada hal-hal yang tidak baik, cara hidup yang tidak bisa tenang, rasa ingin tahu akan hal-hal yang tidak baik, perbincangan yang kurang layak, melalui buku-buku yang kurang sopan, pembicaraan yang tidak relevan, gosip dan berita bohong, berbagai macam kesulitan dan penentangan. Hal-hal semacam ini mungkin nampak sepele saja, dan tidak mendatangkan dosa, tetapi itu semua adalah sebuah penghalang yang besar bagi pelaksanaan tindakan yang suci ini. Karena itu meskipun kelihatannya perlu dan bermanfaat, hendaknya hal itu ditolak, besar maupun kecil, anggaplah hal itu sebagai sesuatu yang berbahaya, bisa melukai dan buanglah hal itu dari dalam pikiran. Lebih dari itu, adalah perlu agar segala sesuatu didengar, dilihat, dikerjakan, dikatakan dan hal-hal seperti ini hendaknya diterima tanpa menambah sesuatu dari imajinasi anda, tanpa asosiasi mental dan tanpa melibatkan emosi, dan seseorang tak boleh membiarkan asosiasi masa lalu atau masa mendatang, yang menimbulkan akibat ataupun membangun imajinasi dan kemudian mengembangkannya. Karena jika penciptaan imajinasi ini tidak diijinkan memenuhi pikiran dan ingatan, maka seseorang menjadi tidak terhalang, apakah dia terlibat didalam doa, meditasi, atau mendaraskan mazmur, atau didalam pelaksanaan tindakan spirituil lainnya dan hal itu juga tidak akan terulang lagi nanti. Karena itu dengan penuh percaya dan tanpa ragu, terimalah apapun keadaan dirimu dan segala sesuatu yang ada disekitarmu, secara pribadi dan secara umum, dan bergantunglah sepenuhnya kepada kuasa Allah, didalam keheningan, damai, maka Dia akan bekerja bagimu. Dia akan membebaskan kamu, menghibur kamu lebih besar lagi, lebih efektiv dan lebih memuaskan dari pada jika kamu memimpikan kesenangan-kesenangan sepanjang waktu, siang dan malam, mencari-cari kesana kemari disetiap tempat, dengan pikiran yang kacau dan sia-sia, didalam keterbatasan pikiranmu, ataupun kamu akan menyia-nyiakan pikiran dan tubuhmu, menyia-nyiakan waktumu, dan dengan bodoh dan tanpa tujuan kamu menghabiskan kekuatanmu. Maka terimalah segala sesuatu baik secara sendiri atau secara utuh, dari manapun hal itu berasal, dan apapun asalnya, didalam keheningan dan damai dan dengan pikiran yang sama, seolah hal itu sampai kepadamu dari tangan Bapa dan kuasaNya yang ilahi. Karena itu buanglah seluruh imajinasimu, bersihkanlah dari semua gambaran benda fisik yang kau anggap layak bagi kebutuhanmu agar kamu bisa bergantung kepadaNya dengan pikiran yang kosong dan tidak terbelah, seperti kamu bersumpah dulu, tanpa ada sesuatu yang hadir dianatara jiwamu dan Dia, agar kamu bisa berjalan dalam keadaan murni dan tidak goyah karena luka-luka kemanusiaanmu, berjalan menuju terang keilahian Tuhan.