B A B 10
‘Kebangkitan badan dan kehidupan kekal’
Adalah baik jika kita melihat kepada kedua kalimat terakhir dari doa Credo ini secara bersama, demi alasan sederhana bahwa terlalu sering kehidupan abadi dipahami sebagai sesuatu yang bukan bersifat manusiawi. Kehidupan abadi dipandang oleh sementara orang sebagai bentuk keberadaan dimana kita harus meninggalkan segala sesuatu yang pernah kita cintai atau nikmati di dunia ini.
Kebangkitan badan meluruskan pandangan yang keliru ini. Ia mengatakan kepada kita bahwa kita akan dipulihkan secara menyeluruh dan lengkap, dengan segala pengharapan dan impian-impian manusiawi kita, kebahagiaan serta perhatian manusiawi. Kebangkitan badan berarti kebahagiaan adikodrati kita akan juga berupa kebahagiaan manusiawi. Cinta kepada dunia yang begitu baik ini, akan juga berada didalam kehidupan abadi termasuk juga orang-orang yang kita kasihi.
Kalimat didalam Credo ini diberikan sebagai jawaban terhadap serangan-serangan dari beberapa aliran bidaah terhadap tubuh.
Kita harus ingat bahwa Injil sendiri membagi manusia kedalam tubuh dan jiwa. Injil berkata tentang ‘kebangkitan orang mati’ dengan seluruh tubuhnya, bukan sebagian tubuhnya. (Mat.22:31; Kis.17:32; 1 Kor.15:12).
Pemisahan manusia kedalam tubuh dan jiwa merupakan konsep Yunani kuno yang percaya bahwa hanya jiwa saja yang tak dapat mati, sehingga ia bisa membela diri tanpa adanya tubuh, dan bahwa tubuh merupakan penghalang bagi jiwa. Plato, Epictetus, Seneca, mengatakan bahwa tubuh adalah penjara bagi jiwa. Mereka berpikir dan mengajarkan bahwa manusia lebih baik tanpa tubuh. Kadang-kadang Solomo dituduh karena menyebarkan dualisme ini yang mengajarkan tentang setan. “Sebab jiwa dibebani badan yang fana, dan kemah dari tanah memberatkan budi yang banyak berpikir” (Keb.9:15). Seluruh Kitab Kebijaksanaan berkata bahwa tubuh yang fana merupakan penghambat bagi keinginan jiwa yang mengarah ke Surga.
Dualisme Plato memasuki dunia kekristenan dengan melalui aliran Gnostikisme pada abad ke 2. Gnostik mengajarkan bahwa tubuh adalah jahat. Karena itu bunuh diri adalah baik, karena ia membasmi tubuh dan membebaskan jiwa. Perkawinan juga tidak baik karena ia bisa memperbanyak tubuh. Kemudian Manichaeisme menganjurkan kesesatan yang sama.
Untuk melawan cara berpikir seperti ini, perkataan ‘kebangkitan badan’ disisipkan didalam doa Credo. Ia mengajarkan bahwa manusia bukanlah sebuah dikotomi, namun satu pribadi yang utuh, bahwa semua orang ditebus oleh Kristus, bukan hanya jiwanya saja, dan bahwa kita semua akan bangkit dari mati, dan bahwa anda masih menjadi anda, dan saya masih tetap saya.
Pada saat Misa Kudus, kebangkitan ini dilambangkan secara indah sekali. Setelah kita mendaraskan ‘Anak Domba Allah’ tiga kali, imam memecahkan Hosti Kudus menjadi tiga bagian. Satu bagian dimasukkan kedalam piala berisi anggur, sehingga air itu (Tubuh Kristus) bersatu dengan anggur (Darah Kristus), untuk menunjukkan kebangkitan Kristus. Didalam kebangkitan ini Kristus menjanjikan kepada kita semua yang makan Tubuh dan minum DarahNya dengan layak :’Barangsiapa makan dagingKu dan minum DarahKu, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman’ (Yoh.6:54).
Jika tubuh kita dibangkitkan, jika daging kita dijadikan tak dapat mati seperti jiwa kita, maka kita memiliki alasan yang kuat untuk menjadi murni dan bersih, untuk menghormati tubuh kita sendiri.
Alasan berikutnya untuk bertindak membersihkan diri kita adalah pemikiran akan adanya kehidupan abadi. “Apakah untungnya orang memperoleh seluruh isi dunia ini tetapi kehilangan hidupnya ?” (Mat.17:25-----?) , yaitu kehidupannya yang abadi. Shakespeare melukiskan hal itu dengan cukup indah :”Apakah yang kumenangkan jika aku memperoleh sesuatu yang kucari ? / sebuah impian, sebuah napas, sebuah kebahagiaan yang segera berlalu / siapakah yang mau bersukacita sebentar untuk kemudian meratap selama seminggu ? / ataupun menjual keabadian untuk memperoleh sebuah boneka ? / untuk memperoleh sebutir anggur manis, siapakah yang akan menebang pohonnya ?’.
Drama Broadway, ‘Brigadoon’ mendasarkan kisahnya kepada sebuah cerita khayal. Walikota ‘the Scottish’ berusaha melindungi penduduknya dari penyakit menular yang mematikan. Dia mengharapkan Tuhan untuk melakukan suatu keajaiban. Pemimpin agama disitu mengatakan bahwa warga kota hanya akan bangun sekali setiap 100 tahun. Dengan demikian, pikir walikota itu, warganya tak akan diganggu lagi oleh penyakit itu setiap satu abad.
Ketika warga kota Brigadoon terbangun pada suatu hari dari kehidupan mereka di abad ke 20, Tommy Albright, seorang kaya di Scotland, pergi ke kota itu. Dia jatuh cinta kepada Fiona MacLaren. Wanita ini setuju untuk menikah dengan Tommy asalkan pria itu bisa menyembuhkan tidur panjangnya. Mr.Lundie, pemimpin agama di Brigadoon, menasihati Tommy : Biasanya hal yang paling sulit di dunia adalah memberi segala sesuatu, tetapi itulah satu-satunya jalan untuk memperoleh segala-galanya’. Tommy memberikan segala-galanya dan dia menemukan segala-galanya : kebahagiaan yang tak pernah habis di Brigadoon bersama Fiona.
Keabadian, di Surga atau di neraka, sudah berdiri dihadapan kita. Kitalah yang harus memilihnya :”...kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian.... Pilihlah kehidupan”, itulah kehidupan abadi ! (Ul.30:19).
Untuk memperoleh segala-galanya, yaitu kehidupan abadi, serahkanlah segala-galanya.
Kehidupan Abadi didalam pelajaran agama
Dulu ketika aku masih menjadi seorang imam muda, seorang imam yang sudah tua menunjukkan kepadaku diagram tentang Kehidupan Abadi. Aku menyukainya. Maka kini aku membagikan hal itu kepada anda. Lihatlah penjelasan dibawah ini serta diagramnya.
1. Manusia dilahirkan untuk mati, seperti halnya burung dilahirkan untuk bisa terbang.
2. Kematian adalah pemisahan jiwa dari tubuh.
3. Tubuh kembali kepada debu, darimana ia dibuat. Jiwa, saat itu juga, dihakimi. Penghakiman ini adalah penghakiman pribadi, jiwa itu mengadili sendiri. Dia menentukan sendiri untuk ke Surga (kasih tanpa ada rasa sakit) atau Api Pencucian (kasih disertai rasa sakit) atau ke neraka (tanpa kasih dan rasa sakit), tergantung pada keadaan dari jiwa itu.
4. Pada akhir dunia ini, akan terjadi Kebangkitan Menyeluruh dari orang-orang mati : tubuh dan jiwa akan bersatu. Penghakiman Umum akan segera mengikutinya, untuk menentukan keputusan Allah terhadap manusia. Waktu sudah tak dikenal lagi disini. Hanya ada Surga dan neraka, serta Keabadian.