II
(Ditulis selama retret sebelum menerima seragam biara)
8 Januari 1889.
Anak domba kecilmu ini, julukan inilah yang kau senangi bagi diriku, saudaraku yang terkasih, ingin menimba kekuatan dan keberanian darimu. Aku tak mampu berbicara kepada Tuhan dan Diapun bersikap diam. Berdoalah agar retretku ini berkenan bagiNya karena hanya Dia saja yang bisa membaca isi dari suatu jiwa.
Hidup ini adalah penuh dengan kurban, memang benar, namun mengapa mencari kebahagiaan disini ? Karena hidup ini hanyalah sebagai ‘sebuah malam yang dihabiskan didalam kedai yang tidak baik’, seperti yang dikatakan oleh Ibu St.Teresa yang suci itu. Aku meyakinkan kamu bahwa hatiku sangat merindukan kebahagiaan namun aku bisa melihat jelas bahwa tak ada makhluk yang bisa memuaskan rasa kebahagiaan itu disini. Sebaliknya, semakin sering aku meminum dari air yang menggoda ini semakin besar pula rasa hausku. Aku tahu ada sebuah sumber dimana ‘mereka yang minum akan merasa haus (Eccles. 24:29), namun dengan rasa haus yang nikmat, sebuah rasa haus dimana seseorang akan selalu merasa tenang.... Sumber itu adalah berupa penderitaan yang hanya diketahui oleh Yesus saja. (Bersambung)