Dalam buku ini St.Louis de Montfort mengajak kita merenungkan lebih jauh tentang Kebijaksanan kekal, atau Kebijaksanaan ilahi, yaitu Yesus Kristus, Tuhan dan Juru Selamat kita.
Mengapa disebut Kebijaksanaan ? Karena Ia merupakan kebijaksanaan yang diambil atau diputuskan oleh Bapa Surgawi sejak awal mula.
Mengapa kekal ? karena kebijaksanaan itu diputuskan sejak awal mula dan berlaku hingga selama-lamanya.
Begitulah didalam buku ini kita diajak oleh penulisnya untuk menyelami alasan mengapa Bapa Surgawi mengambil keputusan seperti itu. Kita tahu bahwa makhluk lain, di dunia ini, memiliki tubuh jasmani, sedangkan malaikat memiliki roh saja. Tetapi kita, manusia, memiliki keduanya. Inilah keistimewaan kita. Keistimewaan ini bukanlah sesuatu yang layak menjadi milik kita, tetapi kita hanya menerima begitu saja, tanpa ada jasa apapun dari kita.
Mengapa Tuhan memberi kita dengan keistimewaan ini ? Itulah kebesaran, kemurahan dan cinta kasih Tuhan kepada kita. Kalau bisa, para malaikat di Surga dan makhluk lain akan merasa iri hati dengan kita. Begitu enaknya kita ini dimanjakan demikian besarnya oleh Sang Pencipta.
Mengapa Tuhan dulu tidak menjelma dalam wujud binatang atau malaikat ? Tetapi Dia menjelma, turun ke dunia, dalam wujud manusia. Padahal Dia bisa saja, kalau mau, menjelma dalam wujud binatang atau malaikat. Inilah sekali lagi menjadi bukti dari kasihNya yang besar kepada kita, manusia. Padahal apa sih jasa kita ? Gak ada sama sekali. Bahkan banyak dari kita yang tidak mensyukuri kemurahan hati Tuhan ini. Bahkan banyak dari kita yang justru memusuhi dan menghujat Dia yang menciptakan kita. Pantaskah ini ?
Nah didalam buku ini St.Louis de Montfort menunjukkan betapa besarnya Tuhan mengasihi kita, hingga Dia mau mengurbankan DiriNya, melalui Putera TunggalNya, dengan cara mati secara tidak terhormat dan hina di kayu salib. Untuk siapa, ya untuk kita juga, manusia juga. Bukan untuk para malaikat atau untuk binatang atau untuk pepohonan di hutan belantara sana. Bahkan untuk malaikat yang terjatuh, yang durhaka, yaitu setan, Tuhan tidak melakukan penebusan bagi mereka. Tapi bagi manusia Tuhan mau menyerahkan DiriNya. Kurang apa lagi ?
St.Louis de Montfort mengajak kita, secara perlahan, seolah menuntun anak kecil yang baru belajar berjalan tertatih-tatih, menelusuri jalan berliku dan berbatu menuju kepada pengenalan dan pengertian akan Kebijaksanaan kekal, yang menjadi tujuan dan tempat persinggahan terakhir bagi kita semua. Melalui berbagai kutipan dari Kitab Suci dia menjelaskan arti dari semua kalimat yang tertulis didalamnya. Kita menjadi tahu apa dan siapa Kebijaksanaan Ilahi itu. Berkat ketekunan de Montfort kita akan memahami posisi kita di alam semesta ini, ditengah segala gejolak dunia saat ini, dan apa yang seharusnya kita lakukan.
Memang sulit sekali untuk mengenal, apalagi memiliki, Kebijaksanaan Kekal ini, karena kita harus melepaskan semua milik kita, termasuk segala keinginan kita, harta milik kita, keluarga kita, nyawa kita, untuk memperolehNya. Bisakah ? Tetapi di ujung buku yang indah ini, muncullah dia, yang berselubung matahari, yang bermahkotakan bintang-bintang, Sang Perawan Terberkati. Dialah yang akan menuntun kita untuk memeluk Kebijaksanaan Kekal ini. Maka marilah kita menggapai tangan Sang Perawan yang selalu terjulur kepada kita. Sang Perawan inilah yang akan menuntun kita menuju Kebijaksanaan !
Mari kita bersama-sama melakukannya.
Tuhan memberkati !!!