Bab 15
Bahwa penghinaan terhadap diri sendiri bisa ada didalam diri manusia dan betapa hal itu bisa bermanfaat.
Selanjutnya semakin besar manusia mau menyadari ketiadaan arti dirinya, semakin besar dan semakin jelas dia sadar akan kemuliaan Ilahi dan semakin besar manusia menjadi merasa rendah di matanya sendiri demi Tuhan, kebenaran dan keadilan serta semakin berharga dirinya di mata Tuhan. Karena itu marilah kita terus berusaha dengan segenap kekuatan keinginan kita untuk memandang diri kita sebagai yang paling rendah, paling hina, diantara semuanya dan menganggap diri kita tidak layak menerima karunia apapun juga. Kita harus berusaha untuk tidak menyenangkan diri kita sendiri dan hanya menyenangkan Tuhan saja sementara itu kita harus menganggap diri kita rendah dan tidak layak di mata orang lain. Selain itu jangan sampai kamu terpengaruh oleh adanya kesulitan, kesedihan, ataupun penghinaan, dan janganlah kamu kecewa oleh orang yang memberikan semua kesulitan itu kepadamu atau kamu mempunyai pikiran jelek terhadap mereka atau menjadi marah, tetapi percayalah sepenuhnya dan dengan ketenangan menghadapi semua penghinaan itu, pukulan itu, dan diabaikan, dan sadarilah bahwa hal itu sudah layak bagimu. Karena sesungguhnya dia yang benar-benar menyesal dan bersedih dihadapan Tuhan, akan tidak mau dihormati dan dikasihi oleh semua orang. Dia tak akan berusaha untuk merubah segala sesuatu agar dirinya nanti tidak dibenci, tidak diabaikan, tidak dihinakan, bahkan dia berharap untuk direndahkan agar bisa sepenuhnya bergantung kepada Tuhan saja dengan hati yang murni. Karena dengan mengasihi Tuhan saja dan membenci dirinya lebih dari segala sesuatu, dan ingin dihinakan oleh orang lain, kita tak perlu berusaha untuk meraihnya dengan kekuatan fisik yang besar, tetapi hanya dengan kesendirian jasmani, dengan usaha dari dalam hati, kedamaian pikiran. Maka dengan usaha dari dalam hati dan sikap dari pikiran, orang bisa mengangkat dirinya melepaskan diri dari hal-hal yang fisik dan rendah, dan melayang tinggi, naik menuju hal-hal yang surgawi dan ilahiah. Karena dengan melakukan hal itu kita dirubah kepada Tuhan dan hal ini terutama terjadi tanpa tuduhan, kutukan atau penghinaan dari para tetangga kita, tetapi kita lebih memilih untuk dianggap sebagai tak berarti dan terkutuk oleh setiap orang dan dihinakan sebagai kotoran busuk oleh setiap orang, dari pada kamu mengalami segala macam kenikmatan atau dihormati dan ditinggikan oleh manusia atau menikmati segala macam kesejahteraan dan kepuasan jasmani. Hendaknya kita tidak mengharapkan kenikmatan apapun disaat kehidupan yang bersifat sementara ini, tetapi sebaiknya kita berduka, meratap, atas segala penentangan, kesalahan, dosa-dosa, yang kita lakukan tanpa henti dan menghinakan diri kita sendiri dari hari ke hari, kita menganggap diri kita sebagai hamba dari orang-orang lain. Sementara itu didalam ketiadaan arti diri kita, hendaknya kita merasa semakin tidak layak terutama di mata kita sendiri, sehingga kita hanya berusaha menyenangkan Tuhan saja, mengasihi Dia saja dan bergantung kepadaNya saja. Kita tak boleh menaruh perhatian kepada sesuatu yang lain kecuali Tuhan Yesus Kristus yang harus menjadi perhatian utama kita dan kita tak boleh memperhatikan atau merasa cemas tentang segala sesuatu kecuali Dia, dimana kuasaNya atas segala hal secara umum dan secara khusus, tetap ada. Sejak saat ini dan seterusnya janganlah kamu mencari kebahagiaan tetapi berdukacitalah dengan segenap hatimu. Karena itulah jika kamu tidak merasa berduka, berdukalah atas perasaan itu. Sementara itu jika kamu berduka, berdukalah terutama karena kamu telah membawa penyebab dari sakitmu pada dirimu sendiri dengan melalui penentanganmu yang besar dan dosa-dosamu yang tak terkira besarnya. Karena seperti orang yang bersalah menerima hukumannya tidaklah mempedulikan tempat duduk para penonton, maka dia yang meratap dan berduka tidaklah tertarik kepada kenikmatan, kebencian, ketenaran, atau kesalahan, atau hal-hal semacamnya. Dan seperti warga kota dan kriminal memiliki fasilitas yang berbeda, maka keadaan dan hak mereka yang berduka dan melakukan penentangan yang layak menerima hukuman hendaknya benar-benar berbeda dari mereka yang tidak bersalah dan tidak ada kewajiban apapun. Jika tidak, maka tak ada perbedaan antara yang jahat dengan yang tak berdosa dalam masalah hukuman ataupun ganjaran. Akibatnya adalah berupa kelalaian yang besar, dan tingkah laku yang buruk akan lebih bebas dilakukan dari pada tingkah laku yang baik. Maka segalanya harus ditolak, segalanya harus dijauhi, segalanya dihindari, sehingga kita bisa menaruh fondasi yang kuat bagi sikap kesedihan dan penyesalan hati. Kemudian Yesus Kristus yang penuh kasih akan merindukan kita dan memegangi hati kita, Dia mengalami rasa sakit karena dosa-dosa dan kesalahannya, yaitu orang yang berusaha mengetahui Kerajaan yang akan datang. Sementara itu dengan iman yang benar kita menyadari akan realitas siksaan dan penghakiman yang kekal, menjalankan perenungan yang tekun, dan takut akan kematian kita sendiri, kita tidak boleh memperhatikan apa yang terjadi disekitar kita, tidak memperhatikan atau khawatir tentang segala sesuatu. Karena itulah dia yang berjalan menuju keadaan ‘tak berperasaan yang terberkati’ dan menuju kepada Tuhan, hendaknya merasa dirinya mengalami suatu kehilangan yang besar setiap hari jika dirinya tidak dihinakan dan direndahkan. Keadaan tak berperasaan yang dimaksud disini adalah kebebasan dari nafsu dan kejahatan, memiliki kemurnian hati dan berhiaskan segala keutamaan. Maka anggaplah dirimu seolah sudah mati, karena tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya kamu telah mati. Dan sebagai renungan terakhir, biarlah hal ini menjadi ujian bagimu, apakah suatu pikiran, perkataan, atau tindakanmu demi Tuhan, apakah kamu direndahkan karena hal itu, membuatmu semakin memandang kedalam dan merenung, dan kamu semakin penuh didalam Tuhan. Jika kamu mendapati dirimu tidak seperti itu, kamu harus curiga tentang hal itu, apakah hal itu tidak sesuai dengan Kehendak Tuhan, tidak bisa diterima bagimu dan tidak bermanfaat bagimu.