Bab 12
Betapa kuatnya kasih kepada Tuhan
Apa saja yang dikatakan tentang jalan untuk mencapai keselamatan tak ada yang lebih baik, lebih cepat dan lebih pasti dari pada dengan kasih, melalui apa segala sesuatu yang kurang atau tidak ada yang diperlukan bagi keselamatan bisa menjadi lengkap. Didalam kasih kita bisa memiliki kepenuhan atas segala kebaikan dan realisasi dari kerinduan kita yang terbesar tidak akan menjauh dari kita. Hanya dengan kasih saja, dengan apa kita bisa kembali kepada Tuhan, bisa dirubah menuju Tuhan, bergantung kepada Tuhan, dan dipersatukan dengan Tuhan sedemikian rupa hingga kita menjadi satu roh denganNya. Dan melalui Dia dan dengan Dia kita diberkati di dunia ini dengan rahmatNya, dan sesudahnya nanti didalam kemuliaan. Kini kasih tak bisa berhenti bekerja kecuali didalam orang yang dikasihi, dan kasih akan berhenti jika berhasil memenangkan dan memiliki orang yang dikasihi secara penuh dan damai. Karena kasih, yang juga merupakan kemurahan hati, adalah jalan Tuhan menuju kepada manusia dan jalan manusia menuju kepada Tuhan. Tuhan tak bisa tinggal di tempat mana tak ada kasih. Maka jika kita memiliki kasih, kita memiliki Tuhan, karena Tuhan adalah kasih. Juga tak ada yang lebih tajam dari pada kasih, tak ada yang lebih lembut, lebih merasuk selain kasih. Kasih tak akan berhenti bekerja hingga ia menembus seluruh kekuatan, kedalaman dan totalitas orang yang dikasihi. Kasih ingin menyatukan dirinya dengan orang yang dikasihi dan dirinya berusaha, jika mungkin, menjadi orang yang dikasihinya. Kasih tak mampu melihat jika ada sesuatu yang berdiri diantara dirinya dengan orang yang dikasihinya, yaitu Tuhan, tetapi terus mendekatkan dirinya kepadaNya. Akibatnya, kasih tak pernah mau berhenti hingga ia meninggalkan segala sesuatu di belakangnya dan datang kepada Dia saja. Karena sifat kasih adalah sebuah kekuatan untuk menyatu dan merubah pengasih menjadi dia yang dikasihi dan sebaliknya, membuat si pengasih menyatu dengan lawannya dan sebaliknya, sejauh hal itu mungkin. Hal ini menjadi nyata lebih dahulu khususnya didalam kekuatan mentalnya, yang bergantung kepada bagaimana besar orang yang dikasihi itu berada didalam hati si pengasih. Dengan kata lain, bergantung kepada betapa manis dan menyenangkan kekasih itu diingat didalam pikiran si pengasih dan sebanding dengan berapa besar si pengasih berusaha merengkuh segala hal yang berhubungan dengan sang kekasih, bukan hanya di permukaan saja, tetapi juga sampai jauh dan masuk kedalam rahasia-rahasianya yang paling dalam. Hal itu juga kelihatan didalam daya-daya emosisonil dan afektiv ketika kekasih dikatakan tinggal didalam si pengasih, dengan kata lain ketika keinginan untuk membahagiakan kekasih didapatkan didalam keinginan dan menetap didalam, hingga menjadi sebuah kebahagiaan yang bisa dirasakan. Sebaliknya juga, si pengasih ada didalam hati sang kekasih ketika dia dipersatukan dengannya melalui seluruh keinginan dan perasaannya dimana mereka selalu bersepakat dengan apa yang diinginkan atau tidak diinginkan oleh kekasihnya dan dia menemukan kebahagiaan dan sakitnya didalam diri kekasihnya. Kasih menarik si pengasih untuk keluar dari dirinya (karena kasih sama kuatnya dengan kematian) dan menempatkannya pada diri kekasihnya, membuatnya bergantung erat kepadanya. Bagi jiwa adalah lebih senang tinggal didalam diri kekasihnya dari pada ia tinggal di tempatnya sendiri, karena apa yang dikasihinya itu adalah lebih sesuai dengan sifat alamiahnya, sesuai dengan keinginan dan pemahamannya, sementara tempat dimana ia tinggal hanyalah berupa bentukan luar saja, dimana hal ini juga terjadi pada binatang. Tak ada yang bisa menarik kita menjauhi indera luar untuk masuk kedalam diri kita sendiri, dan dari situ menuju kepada Yesus Kristus dan hal-hal yang ilahiah, lebih dari pada kasih kepada Kristus dan keinginan akan manisnya Kristus, untuk merengkuh pengalaman, pengetahuan dan kebahagiaan akan kehadiran keilahian Kristus. Karena hanya kekuatan kasih saja yang bisa menuntun jiwa menjauhi hal-hal duniawi ini menuju puncak Surga yang mulia. Juga tak ada orang yang bisa memperoleh kebahagiaan tertinggi jika tidak merebutnya dengan kasih dan kerinduan. Maka kasih adalah kehidupan dari jiwa, pakaian pengantin dan kesempurnaan dari jiwa yang berisi semua hukum dan ajaran para nabi dan ajaran Tuhan. Itulah sebabnya Paulus berkata kepada umat di Roma ‘Kasih adalah penggenapan dari hukum’ (Rm 13:8) dan pada surat pertama kepada Timotius ‘Akhir dari perintah adalah kasih’ (1 Tim 1:5).