Thursday, May 28, 2009

Mengapa umat Katolik menghormati Perawan Maria ?






“Ketika saatnya tiba, Tuhan mengutus PuteraNya, lahir dari seorang wanita, ...agar kita bisa menjadi anakNya”, (Gal. 4:4-5).


Gereja Katolik dengan dituntun oleh Roh Kudus, menghormati Maria, dengan perhatian yang bersifat filial serta devosi yang besar sebagai ‘Ibu yang paling banyak dikasihi’ (Lumen Gentium .53).


Di gereja-gereja besar yang dipersembahkan kepada Maria, misalnya di Notre Dame di Paris, Bunda Guadalupe di Mexico City, disana penyembahan utama adalah pada Misa Kudus, yang berupa peringatan atas Perjamuan Malam Terakhir yang dilakukan oleh Yesus, tindakan pengulangan kurbanNya (secara tak berdarah) di Kalvari. Pusat penyembahan disitu adalah kearah altar, salib dan tabernakel. Jadi hanya Kristus saja yang menjadi pusat iman kita. Dia adalah satu-satunya pengantara rahmat antara Tuhan dengan manusia.


Kita semua adalah manusia yang telah terjatuh. Tuhan dalam kebaikanNya telah menuntun kita menuju Yesus Kristus, sebagai Terang bagi semua bangsa. Umat Katolik, sejak zaman para rasul dulu, telah menemukan seorang penuntun yang pasti didalam diri Maria. Terlebih lagi, hubungan antara umat beriman dengan Maria adalah lebih dari pada sekedar hubngan antara peziarah dengan pemandu ziarah. Hubungan yang ada antara keduanya adalah bersifat keibuan. Maria adalah Ibu kita dan inilah yang menjadi sumber dari kekayaan dari devosi Maria didalam Gereja Katolik.



Maria adalah merupakan Rencana Keselamatan


Dengan menyerahkan diri sepenuh hatinya kepada rencana keselamatan dari Tuhan, dan tanpa dihalangi oleh dosa, maka Maria mempersembahkan dirinya seutuhnya kepada pribadi dan karya dari Puteranya, dibawah Dia dan bersama Dia, guna melayani misteri penebusan umat manusia. (LG .56). Yohanes Paulus II telah menyatakan tentang peziarahan iman Maria yang istimewa ini sebagai ‘tempat pijakan yang kokoh bagi gereja, bagi masing-masing orang dan bagi komunitas gereja’ (Redemptoris Mater .6).


Maria dilibatkan didalam misteri Kristus melalui proses pemberian Kabar Gembira dari malaikat. Dia disapa oleh Malaikat Agung St.Gabriel bukan dengan menyebut nama Maria, tetapi dengan kalimat ‘penuh rahmat’. dimana hal ini kemudian dikuatkan lagi oleh sapaan Elizabeth ‘semua wanita menyebut engkau bahagia’ (Luk. 1:28-42). Melalui kunjungan Maria kepada Elizabeth, kita diajari bahwa bukan saja Maria amat dikaruniai dihadapan Tuhan, tetapi juga adanya pengakuan atas keutamaan kemurahan hatinya yang amat besar.


Lebih dari semuanya, umat beriman diminta untuk semakin mengenal dan akrab dengan pribadi Yesus. Selama masa kehidupan Yesus yang tersembunyi di Nazareth, maka kehidupan Maria juga ikut tersembunyi bersama Kristus didalam Tuhan (Kol. 3:3). Manusia pertama yang diijinkan untuk melihat Kristus adalah Maria. Begitu juga peristiwa penemuan kembali Yesus di Bait Allah (Luk. 2:42-50) mengajarkan bahwa Maria tidak selalu mengerti misteri dari Dia yang telah hidup bersamanya. Maria hanya berpegang pada imannya saja. Melalui iman inilah Maria secara sempurna dipersatukan dengan Yesus didalam karyaNya yang mengosongkan DiriNya, yang merupakan bagian dari karya keselamatan di salib (RM 6,8,12,17,18).


Salib sebagai sarana keselamatan kita, adalah juga merupakan tempat dimana Yesus menyerahkan IbuNya kepada semua orang yang percaya kepadaNya. Melalui rasul Yohanes Tuhan berkata kepada semua umat Kristiani: “Lihatlah Ibunu !” (Yoh. 14:27). Maka kita semua, seperti terhadap Yohanes, diundang ‘untuk mengajak Maria ke rumah kita masing-masing”.



Perawan Maria Terberkati dan Gereja


Dengan cara yang istimewa, Maria telah bekerja sama, melalui kepatuhannya, imannya, pengharapannya, kemurahan hatinya yang besar, untuk memulihkan kehidupan adikodrati dari jiwa-jiwa. Karena inilah maka Maria menjadi Ibu bagi kita semua didalam rahmat. Umat Katolik, didalam upayanya untuk mengalahkan dosa dan meningkatkan kesuciannya, hendaknya selalu berpaling kepada Maria, yang terus menerus menerangi gereja, sebagai contoh untuk ditiru oleh umat beriman. Maria memperlihatkan kasih keibuan yang amat besar dimana hal ini hendaknya juga dilaksanakan oleh semua orang yang bersatu didalam tugas gereja demi kemanusiaan (LG 60,61,65).


Maria amat erat berhubungan dengan tugas gereja. Seperti halnya dia hadir pada saat Inkarnasi, kedatangan Yesus, maka dia juga hadir pada saat kelahiran gereja pada hari Pentakosta (Kis. 1:14). Perhatian keibuannya yang amat besar terus diberikan Maria hingga setelah saat kebangkitan Puteranya dimana Maria bedoa bersama para murid Yesus di kamar atas, mereka berdoa senakel disitu. Umat Katolik percaya bahwa setelah beberapa waktu tertentu berada diantara para murid Yesus, Maria naik ke Surga didalam tubuh dan jiwanya. Dan dari atas sana Maria masish melanjutkan tugasnya dengan berdoa dan menuntun umat beriman menuju keselamatan didalam Yesus Kristus. Maka tidaklah mengherankan jika Maria masih menampakkan diri kepada beberapa orang selama berabad-abad, bahkan hingga saat ini.


Meskipun banyak ajaran gereja Katolik bertambah banyak mengenai Maria, hal itu telah bercampur dengan kesalehan dari umat beriman. Didalam sejarah kehidupan gereja, dan untuk mempertahankan dan memelihara tradisinya yang hidup, sering terjadi bahwa aturan mengenai doa berada lebih didepan dari pada aturan mengenai iman kepercayaan. Yang dimaksud disini adalah bahwa pemahaman umat beriman tentang apa yang benar, sering mendahului ajaran-ajaran yang resmi dari gereja. Misalnya, perayaan hari pesta Maria Yang Dikandung Tanpa Noda dan kenaikan Maria dengan mulia ke Surga telah berlangsung selama beberapa abad tetapi hanya dalam waktu 150 tahun terakhir ini saja semua perayaan itu diakui secara resmi sebagai dogma iman didalam gereja.


Hanya para Uskup didalam persekutuan dengan Bapa Suci (sebagai magisterium) yang berwenang mengajar tentang ajaran-ajaran Kristus. Segala kesalahan dan penyalah-gunaan yang keliru dari penghormatan kepada Maria telah diluruskan pada waktu yang lalu oleh ajaran resmi gereja. Namun sudah menjadi tujuan utama pula untuk menganjurkan devosi yang sejati kepada Maria. Para Bapa dari Konsili Vatican II (1962-65) memberi penekanan yang penting pada pemahaman atas peranan Sang Perawan didalam gereja. Mereka tidak mengeluarkan dokumen pernyataan yang terpisah tentang Maria, tetapi para Bapa Konsili itu menyampaikan ajaran mereka tentang Maria dalam naungan konstitusi gereja, Lumen Gentium. Karena Maria sangat erat berhubungan dengan tugas perutusan Puteranya di dunia, maka Maria juga sangat erat berhubungan dengan gereja yang melanjutkan perutusan Puteranya disepanjang masa hingga saatnya Dia datang kembali nanti.




Penghormatan kepada Perawan Maria Terberkati didalam gereja


Penghormatan yang diberikan kepada Maria secara esensiil berbeda dengan penghormatan kepada Tuhan, Bapa, Putera dan Roh Kudus. Gereja mengatur bentuk-bentuk penghormatan kepada Maria untuk menjaga agar Allah Tritunggal dikenal, dikasihi dan dimuliakan (LG 66). Devosi Maria yang resmi membentuk bagian yang amat mulia dari seluruh penyembahan suci yang mencampurkan kebijaksanaan dan religi’ dan hal itu merupakan tugas utama dari umat beriman (Paus Paulus VI, Marialis Cultis, Introduction).


Dalam kalender liturgi gereja, umat beriman bisa memperoleh manfaat dari perjalanan iman Maria. Pesta Yang Dikandung Tanpa Noda (8 Desember) dan masa Advent, telah mengajak umat beriman untuk merenungkan kasih yang dimiliki oleh Bunda Perawan kepada Puteranya. Umat beriman diminta untuk menjadikan Maria sebagai contoh panutan dan mempersiapkan diri mereka untuk berjumpa dengan Juru Selamat yang akan datang. Pesta Keratuan Maria, Bunda Allah, 1 Januari, merayakan peranan yang dijalankan oleh Maria didalam sejarah keselamatan. Pesta itu dilaksanakan pada oktav Natal, dan merupakan kesempatan yang baik untuk melakukan penyembahan kepada Sang Pangeran Perdamaian yang belum lahir saat itu. Paus Paulus VI sangat menghargai karunia damai ini dan yang kemudian disahkan pada 1 Januari sebagai hari Perdamaian sedunia.


25 Maret adalah pesta Inkarnasi Sang Sabda (Bunda Maria menerima Kabar Gembira). Hari itu merupakan hari pesta gabungan dari Kristus dan Maria yang menandai awal dari penebusan serta penyatuan sifat ilahiah dengan sifat manusiawi didalam satu pribadi Yesus. Hari itu juga merayakan ‘fiat’ Maria kepada Tuhan: ‘Jadilah perkataanMu dalam diriku’ (Luk.1:38). Hal itu merupakan bentuk kesediaan Maria yang luar biasa didalam sejarah keselamatan. Hari kenaikan Maria ke Surga juga dirayakan pada 15 Agustus. Hal itu dilangsungkan sebelum hari Natal, dihadapan semua umat manusia, sebagai pengharapan terakhir mereka, yang juga merupakan hari pemuliaan mereka melalui karya penyelamatan Yesus Kristus.


Selain 4 hari pesta Maria yang besar itu, masih ada lagi hari-hari pesta lainnya didalam kalender gereja yang merayakan peristiwa-peristiwa lainnya dimana Maria dihubungan secara erat dengan Puteranya. Hari-hari itu adalah Kelahiran Bunda Maria (8 September), Maria mengunjungi Elizabeth (31 Mei), Maria sebagai Bunda Dukacita (15 September), Yesus dipersembahkan di Bait Allah (2 Februari). Ada lagi hari-hari pesta Maria yang dihubungkan dengan gereja-gereja lokal dan yang memiliki makna universal, misalnya Bunda Lourdes (11 Februari). Beberapa keajaiban besar telah terjadi di Gua Lourdes di Perancis.


Disana telah terjadi campur tangan yang besar dari Maria di gereja-gereja lokal. Maria menampakkan diri di Fatima, Portugal, 1917, dengan sebuah pesan untuk berdoa dan melakukan silih demi keselematan jiwa-jiwa. Selain menyampaikan pesan dari Injil, Sang Perawan juga bernubuat tentang beberapa peristiwa tertentu didalam sejarah, dimana ada beberapa orang berpendapat, termasuk jatuhnya Komunisme. Di Mexico, pada tahun 1531, Bunda Guadalupe menampakkan diri kepada seorang desa di Aztec, Juan Diego, dimana saat itu Bunda Maria menyatakan diri sebagai ‘Ibumu yang pemurah’, bagi kamu dan semua penduduk bumi ini. Sebagai bukti dari kunjungan dan perhatiannya yang besar, Bunda Maria meninggalkan lukisan dirinya pada sebuah kain, tilma, milik Juan Diego, yang kemudian dipajang selama lebih dari 4 abad di Basilika dekat Mexico City. Yang lebih penting lagi, penampakannya disitu merupakan pendorong bagi evangelisasi Mexico. Dalam jangka waktu beberapa tahun saja ada 8 juta orang Indian yang dibaptis.


Maria membawa kita kepada Puteranya. Itu adalah inti dari devosi yang sejati kepada Maria. Kedekatan dan keakraban dengan Yesus hanya bisa dilakukan melalui doa yang tekun dan tulus. Dua buah doa Maria yang telah menerima persetujuan dari Paus adalah Angelus dan Rosario (MC 40-55).


Doa Angelus mengajarkan beberapa hal kepada kita: bentuknya yang sederhana, memiliki dasar biblis yang kuat, adanya hubungan historis dengan doa demi perdamaian dan keselamatan, ritmenya yang menyucikan beberapa saat tertentu dalam sehari, serta adanya peringatan akan kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus. Doa Rosario disebut juga sebagai ‘ringkasan dari seluruh isi Kitab Injil’. Doa itu mengambil misteri-misteri serta doa-doa didalam Kitab Injil. Doa Rosario menunjukkan secara berurutan peristiwa-peristiwa penyelamatan yang dilaksanakan dalam diri Kristus. Selain adanya unsur-unsur pujian dan permohonan, ritme yang hening dan pengulangan-pengulangan yang reguler dari doa Rosario sangat cocok untuk melakukan tindakan kontemplativ. Doa itu sangat cocok didaraskan secara sendiri atau secara kelompok dan sangat cocok bagi doa keluarga.


Kristus merupakan satu-satunya jalan menuju Bapa (Yoh.14:4-11) dan merupakan contoh terbaik bagi umat Kristiani. Gereja Katolik selalu mengajarkan doa ini dan tak ada dari kegiatan pastoralnya yang menghalangi pelaksanaan doa ini. Gereja telah mengajarkan, melalui Roh Kudus dan melalui manfaat dan pengalaman selama berabad-abad, bahwa devosi yang sejati kepada Perawan Maria Terberkati memiliki efektivitas pastoral yang besar dan menjadi pendorong pembaharuan kehidupan Kristiani. Bunda Maria mengajak kita semua menyimak pribadi dan sabda Yesus: ‘Lakukanlah apapun yang dikatakanNya kepadamu’ (Yoh.2:5).




Rm.Kevin Beach