Surat Soeur Thérèse kepada adiknya, Cèline (I).
I
I
JMJT
8 Mei 1888
Cèline yang terkasih, ada saat-saat ketika aku bertanya, apakah aku ini benar-benar berada didalam Karmel ?. Kadang-kadang aku tak bisa mempercayai hal itu. Apakah yang telah kulakukan bagi Tuhan hingga Dia melimpahkan banyak sekali rahmat kepadaku ?
Sebulan telah berlalu sejak kita berpisah. Tetapi mengapa kukatakan ‘berpisah’ ? Meskipun terbentang samudera luas diantara kita, tetapi jiwa kita tetap menyatu. Namun aku juga sadar bahwa dengan tidak memiliki kehadiran diriku disampingmu adalah merupakan penderitaan tersendiri dan jika aku mendengarkan suara hatiku aku akan meminta Yesus agar mengijinkan aku menanggung kesedihan juga untuk menggantikan dirimu. Tetapi aku tidak dikabulkan olehNya, seperti kamu tahu. Aku takut menjadi egois jika mengharapkan hal yang baik bagi diriku, yaitu penderitaan. Kamu memang benar. Hidup ini sering terasa berat dan pahit. Sungguh menyakitkan untuk memulai sebuah hari yang jelek, terutama ketika Yesus menyembunyikan DiriNya dari kasih kita. Apa yang dilakukan oleh Sahabat yang manis ini ? Tidakkah Dia melihat kesedihan serta beban berat kita ? Mengapa Dia tidak datang dan menghibur kita ?
Janganlah takut.... sebab Dia ada disini. Dia terus memperhatikan kita dan Dialah yang meminta dari kita rasa sakit ini, air mata ini.... Dia membutuhkan hal itu demi kepentingan banyak jiwa dan bagi jiwa kita sendiri dan Dia ingin memberi kita dengan ganjaran yang besar. Aku meyakinkan kamu bahwa sangat menyedihkan Dia untuk memenuhi kita dengan kepahitan. Tetapi Dia tahu bahwa itulah satu-satunya cara untuk mempersiapkan kita untuk mengenal Dia seperti Dia mengenali DiriNya sendiri dan untuk menjadikan kita bersifat ilahiah. Jiwa kita adalah agung dan tujuan hidup kita adalah mulia. Marilah kita meninggikan diri kita diatas segala hal yang cepat berlalu ini dan mempertahankan diri kita tetap jauh dari dunia ini. Diatas sana, suasana udaranya amat murni.... Yesus bisa menyembunyikan DiriNya tetapi kita tahu bahwa Dia ada disana. (Bersambung)
Sebulan telah berlalu sejak kita berpisah. Tetapi mengapa kukatakan ‘berpisah’ ? Meskipun terbentang samudera luas diantara kita, tetapi jiwa kita tetap menyatu. Namun aku juga sadar bahwa dengan tidak memiliki kehadiran diriku disampingmu adalah merupakan penderitaan tersendiri dan jika aku mendengarkan suara hatiku aku akan meminta Yesus agar mengijinkan aku menanggung kesedihan juga untuk menggantikan dirimu. Tetapi aku tidak dikabulkan olehNya, seperti kamu tahu. Aku takut menjadi egois jika mengharapkan hal yang baik bagi diriku, yaitu penderitaan. Kamu memang benar. Hidup ini sering terasa berat dan pahit. Sungguh menyakitkan untuk memulai sebuah hari yang jelek, terutama ketika Yesus menyembunyikan DiriNya dari kasih kita. Apa yang dilakukan oleh Sahabat yang manis ini ? Tidakkah Dia melihat kesedihan serta beban berat kita ? Mengapa Dia tidak datang dan menghibur kita ?
Janganlah takut.... sebab Dia ada disini. Dia terus memperhatikan kita dan Dialah yang meminta dari kita rasa sakit ini, air mata ini.... Dia membutuhkan hal itu demi kepentingan banyak jiwa dan bagi jiwa kita sendiri dan Dia ingin memberi kita dengan ganjaran yang besar. Aku meyakinkan kamu bahwa sangat menyedihkan Dia untuk memenuhi kita dengan kepahitan. Tetapi Dia tahu bahwa itulah satu-satunya cara untuk mempersiapkan kita untuk mengenal Dia seperti Dia mengenali DiriNya sendiri dan untuk menjadikan kita bersifat ilahiah. Jiwa kita adalah agung dan tujuan hidup kita adalah mulia. Marilah kita meninggikan diri kita diatas segala hal yang cepat berlalu ini dan mempertahankan diri kita tetap jauh dari dunia ini. Diatas sana, suasana udaranya amat murni.... Yesus bisa menyembunyikan DiriNya tetapi kita tahu bahwa Dia ada disana. (Bersambung)