XI
26 April 1891
Adik kecilku yang terkasih. Tiga tahun yang lalu hati kita masih belum terkoyak dan hidup ini hanya berupa senyuman kebahagiaan. Kemudian Yesus memperhatikan kita dari atas sana, dan segalanya menjadi samudera air mata.... tetapi hal itu sekaligus menjadi laksana samudera rahmat dan kasih. Tuhan telah mengambil dari kita dia yang kita kasihi. Bukankah kita bisa berkata dengan sesungguhnya: “Bapa Kami yang ada di Surga” ?.
Betapa menghiburnya kalimat yang ilahi itu dan betapa luasnya horison-horison yang terbetang dihadapan kita.
Cèline-ku yang terkasih. Kamu yang sering mengajukan berbagai pertanyaan kepadaku ketika kita masih kecil, tetapi aku heran mengapa kamu tidak bertanya: “Mengapa Tuhan tidak menjadikan aku sebagai malaikat ?”. Baiklah aku akan berkata kepadamu: “Tuhan ingin memiliki KeluargaNya di dunia ini seperti yang dimilikiNya di Surga. Dia menginginkan hal itu dari para para martir serta para rasulNya. Dan jika Dia tidak menjadikan kamu sebagai malaikat di Surga, hal itu karena Dia ingin kamu menjadi malaikat di dunia (yaitu para martir dan para rasul itu), sehingga kamu bisa menderita demi kasih kepadaNya”.
Adikku yang terkasih. Bayangan kegelapan itu akan segera hilang. Cahaya Matahari kekal akan menghalau kebekuan musim dingin.... Sedikit lebih lama lagi kita akan sampai di negeri kita yang sebenarnya dan kebahagiaan dari masa kanak-kanak kita, saat-saat ‘Minggu malam’ kita, disertai dengan berbagai curahan isi hati dan perasaan itu’, dimana semua itu akan diserahkan kembali kepada kita untuk kita miliki selamanya. (Bersambung)