Saturday, February 28, 2009

Surat Soeur Thérèse kepada adiknya, Cèline (XIX)

XIX


19 Agustus 1894.

Ini mungkin yang terakhir kalinya bagiku untuk menulis agar aku bisa berbicara denganmu, adik kecilku yang terkasih. Tuhan didalam kebaikanNya telah memberikan apa yang kimunta. Kemarilah dan kita akan menderita bersama-sama. . . Kemudian Yesus akan membawa salah satu dari kita, dan yang lainnya akan tetap berada di pengasingan sedikit lebih lama lagi. Sekarang, dengarkanlah baik-baik apa yang akan kukatakan ini: "Allah tidak akan pernah memisahkan kita, dan jika aku mati sebelum kamu, janganlah mengira bahwa aku berada jauh darimu – tidak, kita akan lebih erat lagi bersatu. Kamu tak boleh bersedih akan nubuatan masa kanak-kanakku. Aku tidak sakit, aku memiliki aturan yang ketat, namun Tuhan bisa mematahkan besi seperti tanah liat.

Bapa kita yang terkasih membuat kehadiranNya bisa kita rasakan dengan cara yang amat menyentuh hatiku, Setelah kematian yang berlangsung selama lima tahun, maka betapa senangnya melihat dia dalam keadaan seperti apa yang diinginkananya, bahkan lebih dari peranan seorang ayah yang biasa ! Betapa besarnya dia membalas kamu atas perawatanmu kepadanya ! Kamu adalah seperti malaikatnya, dan kini dia menjadi milikmu. Dia telah satu bulan berada di Surga, dan melalui kuasa pengantaraannya, semua rencanamu berjalan lancar. Kini menjadi mudah baginya untuk merancang sesuatu bagi kita dan dia tidak lagi merasa sedih atas keadaan Céline dari pada ketika ‘ratu kecilnya’ itu masih kecil dulu.

Sudah lama kamu bertanya kepadaku tentang kehidupan novisiat, khususnya tentang tugasku, dan sekarang aku akan memuaskan kamu. Didalam aku berhubungan dengan para novis aku bertindak seperti penata pertandingan. Peranan ini memberiku banyak kegelisahan karena sangat sulit. Kamu harus memutuskan untuk dirimu sendiri jika hal ini tidak terjadi. Sepanjang hari, dari pagi sampai malam, aku terus memperhatikan permainan itu. Ibu kepala biara dan Nyonya Novis bermain sebagai bagian dari para pemain namun para pedmain itu terlalu besar untuk bisa merayap dibalik kain penutup, sedangkan seekor anjing kecil bisa saja bergerak kemana-mana.. . . dan kemudian baunya akan terasa menyengat ! Aku harus tetap memperhatikan kelinci-kelinci kecilku; aku tidak ingin menyakiti mereka, tetapi aku akan berkata kepada mereka dengan perlahan: "Kamu harus menjaga agar bulumu tetap berkilau, dan kamu tidak boleh bertindak bodoh seperti kelinci jorok". Kenyataannya aku mencoba untuk membuat mereka seperti Pemburu Jiwa-jiwa, sebagai makhluk-makhluk yang kecil dan sederhana yang terus mengendus-endus segala hal disekitarnya.

Kini aku tertawa, tetapi sungguh aku yakin bahwa salah satu kelinci-kelinci itu, yaitu kamu tahu mana yang kumaksud, nilainya seratus kali lebih besar daripada penata tanding itu; dia telah berjalan melalui berbagai bahaya, dan aku mengakui bahwa akulah dia, karena aku telah tersesat jauh ditengah hutan dunia ini dalam waktu yang lama. (Bersambung)