Monday, February 23, 2009

Surat Soeur Thérèse kepada adiknya, Cèline (XIV)



XIV




25 April 1893

Cèline kecilku. Aku musti datang dan membuka keinginan-keinginan dari Yesus terhadap jiwamu. Ingatlah bahwa Dia tidak berkata: “Aku adalah kembang-kembang di taman, sebagai Mawar yang dirawat dengan baik”, tetapi Dia berkata: “Aku adalah seperti kembang bakung diantara duri-duri (Kid.2:1). Ya, hendaknya kamu menjadi setetes embun yang tersembunyi didalam hati dari Kembang Bakung yang indah dari lembah ini.


Tetesan embun.... adakah yang lebih sederhana lagi ?, adakah yang lebih murni lagi ? Ia bukanlah keturunan dari awan-awan. Ia lahir dibawah langit berbintang dan ia hanya hidup semalam saja. Ketika matahari memancarkan sinarnya yang kemilau, maka mutiara-mutiara kecil yang menghiasi setiap tangkai rerumputan itu segera saja berubah menjadi uap air yang ringan.... Itulah gambaran dari Cèline kecilku ! Dia laksana setetes embun, sebuah anak keturunan dari Surga, Rumahnya yang sejati. Melalui malam hari dari kehidupan ini dia harus menyembunyikan didalam kelopak bunga keemasan dari kembang-kembang di taman hingga tak ada mata yang bisa menemukan tempat tinggalnya.


Berbahagialah tetesan embun yang hanya bisa dilihat oleh Tuhan sendiri, tanpa memikirkan gejolak dunia ini. Janganlah merasa iri terhadap aliran bening yang dibawa angin diantara pepohonan di ladang. Riak gelombangnya amat manis, namun ia bisa didengar oleh makhluk. Disamping itu kembang di taman tak bisa menampungnya didalam kelopaknya. Seseorang haruslah menjadi kecil untuk bisa mendekati Yesus. Dan hanya sedikit sekali jiwa-jiwa yang mau menjadi kecil dan tidak dikenal. Mereka berkata: “Bukankah sungai dan selokan adalah lebih bermanfaat dari pada setetes embun ? Apakah manfaatnya ? Tugasnya satu-satunya adalah untuk menyegarkan sesaat beberapa kembang kecil di padang.


Oh, mereka tidak tahu banyak tentang kembang di padang yang sejati. Seandainya mereka mengenal Dia, mereka akan lebih mengerti arti dari teguran Tuhan kepada Martha.


Kekasih kita tidak memerlukan perbuatan-perbuatan yang hebat dari kita ataupun pikiran-pikiran kita yang luar biasa. Dia hanya mencari ide-ide yang sederhana. Bukankah Dia telah memiliki para malaikat, yang pengetahuannya jauh tak terhingga melebihi orang-orang cerdik pandai di dunia ini. Tak ada kecerdasan ataupun talenta lainnya lagi yang dicariNya hingga Dia datang diantara kita.... Dia telah menjadi kembang di padang untuk menunjukkan betapa besar Dia mengasihi kesederhanaan.


Kembang bakung dari lembah hanya meminta setetes embun, yang pada sebuah malam akan turun dari kelopaknya, tersembunyi dari semua mata manusia. Namun jika bayang-bayang itu mulai menghilang, ketika Kembang di taman menjadi Matahari Keadilan (Mal.4:2) maka tetesan embun itu, yaitu dia yang ikut serta merasakan pengasinganNya, akan naik menuju kepadaNya sebagai ‘uap kasih’. Dia akan melimpahkan terang cahayaNya kepadanya hingga dihadapan seluruh isi Surga dia akan bercahaya selamanya seperti mutiara yang amat berharga, yang menjadi cerminan dari Matahari Ilahi. (Bersambung)