XII
15 Agustus 1892
Adik kecilku yang terkasih. Untuk menulis kepadamu hari ini, aku harus mencuri waktu sedikit dari Tuhan. Dia pasti akan mau mengampuni karena dari Dialah kita bisa saling berbicara tentang Dia. Rasa kesepian yang besar serta berbagai pandangan yang mempesona yang terpapar dihadapanmu hendaknya bisa mengangkat jiwamu. Tetapi aku tidak melihat semua itu dan aku sudah merasa puas jika bisa berkata bersama St.Yohanes dari Salib didalam Kidung Spirituilnya: ‘Didalam Kristus aku memiliki gunung-gunung, lembah-lembah yang hening dan dan berhutan lebat’.
Baru-baru ini aku telah merenungkan apa yang bisa kulakukan demi keselamatan jiwa-jiwa dan kutipan singkat dari Kitab Injil ini telah memberiku terang. Dengan menunjuk kepada ladang jagung yang masak, Yesus berkata kepada para muridNya: “Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai” (Yoh.4:35), dan juga “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit, karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu” (Mat.9:37).
Ini adalah sebuah misteri ! Bukankah Yesus itu maha kuasa ? Bukankah semua makhluk adalah milikNya ? yang mencukupi kebutuhan mereka ? Mengapa Doa bersabda: ‘Berdoalah kamu kepada Tuan pemilik panenan agar Dia berkenan mengirim para pekerja ? Hal ini karena kasihNya kepada kita begitu besarnya, begitu tak terhingga, hingga Dia ingin agar kita merasakan segala hal yang dilakukanNya. Pencipta semesta alam ini menantikan doa dari jiwa kecil yang sederhana untuk menyelamatkan banyak sekali jiwa-jiwa lainnya, dan sebagai ongkosnya, seperti yang telah Dia lakukan, dengan ongkos DarahNya sendiri.
Hidup bakti kita bukanlah seperti berjalan menuju ladang dan memanen di ladang dari Bapa kita. Yesus tidak berkata kepada kita: “Lihatlah dan tuailah panenan”. Tugas kita adalah lebih mulia lagi: “Angkatlah pandanganmu dan perhatikanlah”, kata Guru Ilahi kita, “lihatlah bahwa di Surga ada banyak sekali tahta yang kosong. Itu adalah tugasmu untuk mengisinya.... Kamu adalah seperti Musa yang berdoa diatas gunung, maka mintalah kepadaKu agar mengirimkan para pekerja dan mereka akan segera dikirim. Aku hanya menanti sebuah doa, sebuah helaan napas panjang ! Bukankah doa yang bersifat apostolik adalah lebih tinggi dari pada sekedar kata-kata ? Maka tugas kita dengan melalui doa itu, adalah untuk melatih para pekerja yang akan menyebarkan kabar gembira dari Injil dan yang akan menyelamatkan banyak sekali jiwa-jiwa, bagi siapa kita akan menjadi ibu rohani mereka. Lalu apa yang kita iri dari para imam-imam itu ? (Bersambung)
Baru-baru ini aku telah merenungkan apa yang bisa kulakukan demi keselamatan jiwa-jiwa dan kutipan singkat dari Kitab Injil ini telah memberiku terang. Dengan menunjuk kepada ladang jagung yang masak, Yesus berkata kepada para muridNya: “Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai” (Yoh.4:35), dan juga “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit, karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu” (Mat.9:37).
Ini adalah sebuah misteri ! Bukankah Yesus itu maha kuasa ? Bukankah semua makhluk adalah milikNya ? yang mencukupi kebutuhan mereka ? Mengapa Doa bersabda: ‘Berdoalah kamu kepada Tuan pemilik panenan agar Dia berkenan mengirim para pekerja ? Hal ini karena kasihNya kepada kita begitu besarnya, begitu tak terhingga, hingga Dia ingin agar kita merasakan segala hal yang dilakukanNya. Pencipta semesta alam ini menantikan doa dari jiwa kecil yang sederhana untuk menyelamatkan banyak sekali jiwa-jiwa lainnya, dan sebagai ongkosnya, seperti yang telah Dia lakukan, dengan ongkos DarahNya sendiri.
Hidup bakti kita bukanlah seperti berjalan menuju ladang dan memanen di ladang dari Bapa kita. Yesus tidak berkata kepada kita: “Lihatlah dan tuailah panenan”. Tugas kita adalah lebih mulia lagi: “Angkatlah pandanganmu dan perhatikanlah”, kata Guru Ilahi kita, “lihatlah bahwa di Surga ada banyak sekali tahta yang kosong. Itu adalah tugasmu untuk mengisinya.... Kamu adalah seperti Musa yang berdoa diatas gunung, maka mintalah kepadaKu agar mengirimkan para pekerja dan mereka akan segera dikirim. Aku hanya menanti sebuah doa, sebuah helaan napas panjang ! Bukankah doa yang bersifat apostolik adalah lebih tinggi dari pada sekedar kata-kata ? Maka tugas kita dengan melalui doa itu, adalah untuk melatih para pekerja yang akan menyebarkan kabar gembira dari Injil dan yang akan menyelamatkan banyak sekali jiwa-jiwa, bagi siapa kita akan menjadi ibu rohani mereka. Lalu apa yang kita iri dari para imam-imam itu ? (Bersambung)