Thursday, February 19, 2009

Surat Soeur Thérèse kepada adiknya, Cèline (VIII)



VIII



18 Juli 1890

Adik kecilku yang terkasih. Aku mengirimkan kepadamu kutipan dari Yesaya yang akan bisa menghibur hatimu. Dahulu jiwa dari nabi itu dipenuhi oleh ingatan akan keindahan tersembunyi yang ada didalam Wajah Ilahi, seperti yang dialami oleh jiwa kita saat ini. Berabad-abad telah berlalu sejak saat itu. Aku jadi bertanya-tanya: apa artinya Waktu ? Waktu hanyalah sebuah khayalan, sebuah mimpi. Tuhan telah melihat kita dalam kemuliaan dan berbahagia didalam kebahagiaan kita yang kekal. Betapa banyaknya manfaat yang dapat kuambil dari perenungan ini. Kini aku mengerti mengapa Dia mengijinkan kita untuk menderita.


Karena Kekasih kita telah ‘mengirik pengirikan sendiri, alat pemeras anggur dari mana Dia memberi kita minum, maka janganlah kita menolak untuk dikenakan dengan pakaian yang bersimbah darah, atau meluputkan bagi Yesus air yang baru yang bisa memuaskan dahagaNya. Ketika ‘Dia memandang kesekitarNya”, maka Dia kini tak akan bisa berkata bahwa Dia ‘sendirian’, karena kita ada disitu untuk menolongNya.


“PandanganNya seolah tersembunyi. Namun sayangnya, terutama hingga saat ini, tak seorangpun yang memahami makna dari air mataNya. “Bukalah bagiKu, adikKu, mempelaiKu”, kata Dia kepada kita, “karena KepalaKu penuh dengan embun (Kid.5:2). Begitulah Yesus mengeluh kepada jiwa kita ketika Dia ditinggalkan dan dilupakan. Dilupakan, inilah kukira yang paling menyakitkanNya.


Dan papa kita yang terkasih, cukup menyedihkan, tetapi bagaimana kita bisa mengeluh karena Tuhan sendiri menganggapnya sebagai ‘penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah’ (Yes.53:4). Didalam kesedihan ini kita hendaknya bisa melupakan diri kita sendiri dan berdoa bagi imam-imam. Hidup kita sepenuhnya harus dibaktikan bagi mereka. Guru Ilahi telah membuatku mengerti, bahwa inilah yang dimintaNya darimu dan dariku. (Bersambung)