V
12 Maret 1899
.... aku harus melupakan dunia ini. Disini segala sesuatu mencemaskan aku, aku hanya menemukan satu kebahagiaan, yaitu penderitaan, dan kebahagiaan ini lebih dari pada kebahagiaan lainnya. Hidup ini cepat berlalu dan keabadian semakin dekat saja. Segera kita akan menjalani kehidupan Tuhan. Setelah kita dipenuhi didalam sumber dari segala kepahitan, maka rasa dahaga kita akan dipuaskan didalam Pancuran dari segala rasa manis.
“Gambaran dunia ini cepat berlalu” (Yoh.14:2). Segera kita akan melihat langit yang baru, matahari yang lebih berkilau akan menyala dengan lautan kristal yang berkilauan serta horison yang tak terhingga banyaknya. Kita tidak lagi menjadi tawanan di tanah yang asing, semuanya akan berlalu dan bersama Mempelai Surgawi kita akan berlayar diatas lautan luas tanpa batas. Kini ‘harpa kita bergantung diatas pohon yang tumbuh di tepi sungai-sungai Babilon’ (Luk.12:34), namun pada hari pembebasan kita nanti sukacita yang besar akan memancar, betapa kebahagiaan kita akan membuat senarnya bergetar ! Kini kita ‘meneteskan air mata jika mengingat Sion, sebab bagaimanakah kita bisa bernyanyi jika berada di tanah pengungsian ?’ (Zach.13:6). Beban dari nyanyian kita adalah berupa penderitaan. Yesus menawarkan sebuah piala yang amat pahit kepada kita. Marilah kita tidak menjauhkan bibir kita dari piala itu, tetapi menderita dengan damai. Dia yang berkata ‘damai’, tidaklah berkata ‘bahagia’, atau paling tidak, kebahagiaan yang bisa dirasakan, menderita dengan damai adalah cukup untuk mengirimkan semua yang dikehendaki oleh Tuhan kita. Jangan mengira kita bisa menemukan kasih tanpa penderitaan, karena sifat asli kita tetap ada dan harus diperhitungkan. Namun hal itu berarti menaruh harta yang besar didalam jangkauan kita. Penderitaan adalah kehidupan kita dan amat berharga sehingga Yesus datang ke dunia dengan tujuan untuk memiliki penderitaan itu. Kita harus bersedia menderita dengan murah hati dan mulia. Kita tak boleh terjatuh. Betapa itu adalah sebuah ilusi ! Apa artinya bagiku jika aku terjatuh setiap saat ? Dengan begitu aku menyadari kelemahanku dan aku mendapatkan keuntungan disitu. Tuhanku, Engkau tahu betapa kecilnya aku jika Engkau menggendongku di lenganMu. Dan jika Engkau meninggalkan aku sendirian, hal itu karena Engkau senang melihat aku tergeletak di tanah. Lalu mengapa aku merasa khawatir ?
Jika kamu ingin menanggung cobaan dengan damai, dan bukan merasa puas dengan dirimu sendiri, maka kamu harus memberi tempat tinggal bagi Guru Ilahimu didalam hatimu. Memang benar bahwa kamu akan menderita, karena kamu akan menjadi seperti orang asing di rumahmu sendiri. Tetapi janganlah takut, karena semakin miskin dirimu, semakin besar Yesus mengasihimu. Aku tahu bahwa Dia lebih berkenan melihat kamu terantuk pada batu jalanan di malam yang gelap, dari pada jika kamu berjalan di siang hari yang terang di jalan yang penuh dengan kembang-kembang, karena berbagai kembang ini bisa menghalangi kemajuanmu. (Bersambung)