Thursday, February 12, 2009

Surat Soeur Thérèse kepada adiknya, Cèline (III)

III

Januari 1889

Cèline kecilku yang terkasih, Yesus menawarkan salib kepadamu, sebuah salib yang amat berat dan kamu merasa takut kalau-kalau kamu tak mampu memanggulnya tanpa menyerah. Mengapa ? Kekasih kita saja sampai terjatuh tiga kali di jalan menuju Kalvari, dan mengapa kita tidak meniru Mempelai kita itu ? Betapa ini merupakan karunia dari Yesus dan betapa besar Dia mengasihi kita hingga Dia berkenan memberi kita dengan kesedihan yang besar ini ? Keabadian itu sendiri tidaklah terlalu lama bagi kita untuk bisa layak memberkati Dia atas segala karuniaNya. Dia melimpahkan karuniaNya kepada kita seperti terhadap para kudus yang besar. Apakah rencana kasihNya bagi jiwa-jiwa kita ? Itu adalah rahasia yang akan dinyatakan kepada kita di Rumah Surgawi kita nanti, pada hari ketika ‘Tuhan akan menghapus semua air mata kita’ (St.Augustine).

Kini kita tak memiliki apa-apa untuk diharapkan di dunia ini, ‘malam-malam yang dingin segera berlalu’, agar kita boleh menderita sendirian. Perjalanan hidup kita ini amat menimbulkan rasa cemburu dan serafim di Surga merasa iri dengan kebahagiaan kita ini.

Pada suatu hari aku membaca kutipan yang cukup menarik: “Untuk bisa tunduk dan dipersatukan dengan Kehendak Tuhan adalah tidak sama. Ada perbedaan yang besar diantara kedua hal itu seperti antara persekutuan dengan persatuan. Didalam persatuan, masih terdapat dua, tetapi didalam persekutuan hanya ada satu. Ya, marilah kita menjadi satu dengan Tuhan terutama di dunia ini. Untuk itu kuta harus lebih dari pada sekedar tunduk, tetapi kita harus memeluk salib dengan sukacita. (Bersambung)