Wednesday, December 16, 2009

Bersandar Kepada Tuhan (Bab 8)






Bab 8


Orang yang taat didalam kehidupan religius hendaknya menyerahkan segenap hidupnya kepada Tuhan dalam segala keadaan.


Aku yakin bahwa kamu tahu dari berbagai pemikiran ini bahwa semakin besar kamu menjauh dari produk imajinasi dan segala benda ciptaan dan duniawi ini dan menyatu dengan Tuhan dalam segala kecerdasanmu, melalui sebuah niat yang baik, maka semakin dekat kamu kepada keadaan tak berdosa dan kesempurnaan. Adakah yang lebih baik dari hal ini ? Adakah yang lebih membahagiakan ? Lebih dari itu adalah penting bagimu untuk mengosongkan pikiranmu, tanpa imajinasi dan khayalan, bebas dari segala keterlibatan, sehingga kamu tidak lagi memperhatikan dunia, sahabat, kesejahteraan, penentangan, dan apapun juga pada waktu yang lalu, sekarang dan yang akan datang, apakah itu didalam dirimu atau orang lain, bahkan termasuk dosa-dosamu sendiri. Tetapi kamu hanya akan memandang dirimu sendiri dengan kesederhanaan tertentu, untuk berada sendirian bersama Tuhan saja, diluar dunia ini. Dan seolah pikiranmu telah berada didalam keabadian dan terpisah dari tubuh, sehingga ia tidak terganggu oleh hal-hal duniawi ini dan memperhatikan keadaan dunia ini, tentang damai atau perang, tentang cuaca baik atau hujan, atau tentang sesuatu yang lain di dunia ini. Tetapi dengan kepatuhan penuh kamu memandang kepada Tuhan saja, mengosongkan diri bagi Tuhan, dan bersandar kepadaNya. Maka dengan cara ini abaikanlah dirimu dan benda ciptaan, saat ini maupun masa mendatang dan arahkanlah pikiranmu kepada titik yang tertinggi, semampumu, yaitu terang yang tak diciptakan itu. Biarlah rohmu dibersihkan dengan cara ini dari segala imajinasi, penghalang, dan segala hal yang menghalangi pandanganmu. Seperti malaikat yang tak terikat oleh tubuh jasmani, yang tak terhalang oleh tindakan daging, atau terbelenggu oleh pikiran yang berkelana secara sia-sia. Biarlah rohmu mempersenjatai dirinya untuk melawan segala godaan, gangguan dan perlukaan, sehingga ia bisa bertahan didalam Tuhan ketika dirinya diserang oleh keadaan sekitarnya. Sehingga ketika gangguan, kebosanan, kebingungan, datang kepadamu, kamu tak akan terpengaruh atau menjadi goyah karenanya, kamu tak akan berlari kepada doa-doa vokal atau penghiburan lainnya, tetapi kamu akan mengangkat dirimu, kecerdasanmu, dengan sebuah niat baik untuk menghadap Tuhan dengan segenap pikiranmu, apakah keadaan tubuhmu menginginkannya ataupun tidak. Jiwa yang berpikiran religius hendaknya menyatu dengan Tuhan dan membuat keinginannya selaras dengan kehendak Ilahi sehingga dia tidak dipenuhi dengan benda ciptaan atau bersandar kepada benda ciptaan lebih besar dari pada sebelum dia diciptakan dulu dan seolah tidak ada apa-apa kecuali Tuhan dan jiwa itu sendiri. Dengan demikian dia harus mau menerima apa saja dengan penuh percaya dan secara sama, secara umum maupun secara khusus, dari tangan kuasa Ilahi, sepakat dalam segala hal dengan Tuhan didalam kesabaran, damai dan keheningan. Yang paling penting bagi sebuah kehidupan spirituil adalah membersihkan pikiran dari semua khayalan sehingga seseorang bisa dipersatukan dengan Tuhan dengan niat baiknya, dan selalu selaras dengan Kehendak Tuhan. Maka tak akan ada lagi yang bisa berada diantara kamu dengan Tuhan. Hal ini cukup jelas karena tak ada dari luar yang bisa ada diantara kamu ketika dengan melalui kaul kemiskinan yang kau ucapkan secara sukarela, kamu telah melepaskan kepemilikan atas segala sesuatu dan dengan melalui kaul kemurnian kamu akan mengabaikan tubuhmu dan dengan kaul kepatuhan kamu akan melepaskan keinginanmu dan jiwamu juga. Dengan cara ini tak ada yang tersisa yang bisa berada diantara kamu dengan Tuhan. Bahwa dirimu adalah orang yang taat beribadah, hal ini terlihat dari profesimu, sebagai seorang religius, dari tingkah lakumu, dari seragam pakaianmu dan sebagainya. Namun apakah kamu adalah seorang religius yang hanya diluar saja atau tidak, kamu akan segera menyadarinya sendiri. Ingatlah betapa jauhnya kamu telah terjatuh dan berdosa melawan Tuhan Allahmu serta semua hukumNya jika kamu berpegangan erat pada keinginanmu sendiri dan mengasihi apa yang diciptakan, bukannya Sang Pencipta itu sendiri, dimana kamu mendahulukan ciptaan dari pada Pencipta.