Wednesday, December 16, 2009

Bersandar Kepada Tuhan (Bab 7)





Bab 7


Bahwa hati harus dipusatkan kedalam dirinya


Apa yang lebih penting lagi, seperti yang dikatakan didalam buku ‘On the Spirit and the Soul’ (St.Agustinus), bahwa naik menuju kepada Tuhan berarti masuk kedalam dirinya sendiri. Dia yang mau masuk kedalam dirinya dan merasuk kedalam sifatnya yang paling dalam, dia akan bisa lepas keluar dari dirinya dan dia akan benar-benar naik menuju kepada Tuhan. Karena itu marilah kita menjauhkan hati kita dari segala penyimpangan dunia ini dan mengajaknya merengkuh kebahagiaan yang ada didalam, sehingga kita bisa mendudukkannya pada derajat tertentu didalam terang dari kontemplasi ilahiah. Karena inilah kehidupan dan kedamaian dari jiwa kita, dengan niatan yang penuh untuk mengasihi Tuhan dan duduk dengan manisnya didalam penghiburanNya. Namun alasan mengapa kita dengan berbagai cara menghindari tindakan yang membahagiakan ini dan kita tak bisa masuk kedalamnya, adalah karena pikiran kita sangat mudah menyimpang oleh banyaknya kekhawatiran, sehingga ia tak bisa membawa ingatannya kedalam dirinya, tertutup oleh banyak imajinasi, hingga ia tak bisa kembali kedalam dirinya dengan pengertiannya, dan ia terseret menjauh oleh keinginan-keinginannya sendiri sehingga tak bisa kembali kedalam dirinya melalui keinginan untuk merasakan manis dan kebahagiaan. Begitulah ia tunduk kepada benda materi yang datang kepadanya hingga ia tak bisa masuk kedalam dirinya sebagai gambaran dari Tuhan. Karena itu adalah benar dan perlu bagi pikiran untuk mengangkat dirinya diatas segala yang diciptakan melalui pengabaian atas segalanya dengan rasa hormat dan percaya, berkata dalam dirinya, ‘Dia yang kucari-cari, kukasihi, kuhauskan, kurindukan, diatas segala hal, bukanlah sesuatu yang inderawi, atau hanya khayalan saja, tetapi Dia adalah diatas segalanya yang bisa dialami oleh indera dan kecerdasan. Dia tak bisa dirasakan oleh indera, tetapi sepenuhnya dirindukan oleh keinginanku’. Dia bukannya tak bisa dikenal, tetapi Dia benar-benar dirindukan oleh perhatian batin. Dia tak bisa dimengerti tetapi bisa dikasihi secara penuh dengan hati yang murni, karena Dia memang layak dikasihi dan dirindukan dan Dia merupakan kebaikan dan kesempurnaan yang tak terhingga. Dan ketika sebuah kegelapan menggelayuti pikiran maka ia semakin ditinggikan diatas dirinya dan merasuk semakin dalam. Dan semakin jauh ia merindukannya, semakin kuat sarana-sarana untuk naik menuju kontemplasi misteri dari Tritunggal Kudus didalam Kesatuan dan Kesatuan didalam Tritunggal didalam Yesus Kristus. Dan semakin besar kerinduan batin itu, semakin produktiv ia menjadi. Tentu saja dalam hal-hal yang bersifat spirituil, semakin masuk kedalam dirinya, semakin besar pula pengalaman spirituil itu. Karena itu janganlah pernah menyerah, jangan berhenti, hingga kamu merasakan suatu kepastian, demikian menurut saya, memiliki rasa pendahuluan dari pengalaman penuh dari masa mendatang dan hingga kamu memperoleh kepuasan atas, betapapun kecilnya, buah-buah kebahagiaan ilahi. Janganlah berhenti mengejarnya dan mengikuti aromanya, hingga kamu bisa melihat Allah dari segala allah di Sion. Janganlah kamu berhenti atau berbalik arah didalam perjalanan spirituil dan persekutuanmu dan kelekatanmu dengan Tuhan dalam dirimu hingga kamu memperoleh apa yang kau cari-cari itu. Ambillah contoh dari orang yang mendaki gunung. Jika pikirannya terikat kepada keinginan akan sesuatu yang terjadi di bawah, maka segera saja ia akan gagal oleh karena berbagai penyimpangan yang banyak, dan dia akan terbelah dalam dirinya, menjadi lemah dan tercerai berai diantara segala sesuatu yang dicari dan diinginkannya. Akibatnya adalah berupa tindakan yang tak ada manfaatnya, berjalan tanpa bisa mencapai tujuan, bekerja tanpa istirahat. Di pihak lain, jika hati dan pikiran kita bisa menjauh dari keinginan akan penyimpangan di bawah, maka ia bisa belajar bersama dirinya, mengabaikan hal-hal yang rendah ini, dan memusatkan perhatiannya kedalam dirinya menjadi satu kebaikan yang tidak berubah dan amat memuaskan dan bisa berpegangan padanya, tak terpisahkan dengan keinginannya dan ia menjadi semakin menyatu dan dikuatkan, dan ia diangkat oleh pengetahuan dan keinginannya. Dengan demikian ia menjadi semakin akrab dengan Kebaikan sejati yang paling utama dalam dirinya hingga ia dibuat tak mampu bergerak dan bisa sampai dengan aman kepada kebahagiaan sejati, yaitu Tuhan Allah sendiri. Ia kini bisa beristirahat didalam Tuhan dengan damai dan tak bisa berubah lagi. Secara sempurna mengumpul dalam dirinya, di tempat tinggal yang rahasia, didalam Yesus Kristus, yang merupakan jalan bagi mereka yang mau datang kepada Tuhan, kebenaran dan kehidupan.