Friday, December 18, 2009

Bersandar Kepada Tuhan (Bab 10)





Bab 10


Seseorang hendaknya tidak usah berusaha untuk merasakan devosi yang yang begitu besar, lebih baik dia berusaha untuk bersandar kepada Tuhan dengan keinginannya sendiri.


Selanjutnya kamu jangan terlalu memperhatikan devosi yang terlalu besar, pengalaman manis atau air mata, tetapi sebaiknya kamu secara mental dipersatukan dengan Tuhan dalam dirimu dengan melalui niat baik dari kecerdasanmu. Karena apa yang paling menyenangkan bagi Tuhan adalah pikiran yang bebas dari segala khayalan, yang merupakan kumpulan dari berbagai bayangan, ide, dan yang mewakili benda ciptaan. Seorang rahib hendaknya bersikap biasa-biasa saja terhadap segala benda ciptaan sehingga dia bisa dengan mudah dan polos berpaling kepada Tuhan saja dalam dirinya, menjadi kosong demi Dia, dan bersandar kepadaNya. Karena itu tolaklah dirimu agar kamu bisa mengikuti Kristus, Tuhan Allahmu, dengan ketulusan, karena Dia sendiri juga miskin, patuh, murni, rendah hati, dan menderita, dimana hidup dan kematianNya telah mempermalukan banyak orang, dimana hal ini dikisahkan dengan jelas didalam Kitab Injil. Selain itu suatu jiwa yang terpisah dari tubuhnya, jiwa itu tidak lagi memperhatikan apa yang dilakukan orang-orang terhadap tubuhnya itu, apakah tubuhnya akan dibakar, digantung ataupun dihinakan. Jiwa itu tidak merasa sedih oleh siksaan yang dikenakan pada tubuhnya karena jiwa itu hanya berpikir tentang keabadian yang baru dialaminya dan tentang Satu Hal yang oleh Tuhan dikatakan sangat penting didalam Kitab Injil. Karena itu kamupun harus memperlakukan tubuhmu seolah kamu tidak tinggal didalam tubuhmu itu. Tetapi hendaknya kamu hanya berpikir tentang keabadian jiwamu didalam Tuhan, mengarahkan seluruh pikiranmu secara hati-hati kepada Satu Hal yang disebut oleh Kristus sebagai ‘Hanya ada satu saja yang penting’ (Luk 10:42). Kamu akan mengalaminya karena ia merupakan rahmat yang besar dan menolongmu menuju kepada kepolosan pikiran, kerendahan hati. Satu Hal ini selalu hadir bersamamu jika kamu telah bersih dari segala imajinasi serta keterlibatan lainnya. Kamu akan segera mengalami hal ini jika kamu benar-benar bisa kosong dan bersandar kepada Tuhan saja, dengan pikiran yang bersih dan niatan yang sungguh. Dengan demikian kamu akan tak terkalahkan dalam keadaan apapun yang mengenai dirimu. Seperti para martir yang kudus, para bapa, orang-orang pilihan, dan semua para kudus yang telah melepaskan segala hal dan hanya memikirkan keamanan dan keabadian jiwanya didalam Tuhan. Dengan bersenjatakan hal ini didalam jiwa dan bersatu dengan Tuhan melalui niat baik, mereka membuang segala hal yang berasal dari dunia ini, seolah jiwa mereka telah terpisah dari tubuh mereka. Dari sini ketahuilah bahwa betapa besar apa yang bisa dilakukan oleh jiwa jika ia memiliki niat baik untuk bisa bersatu dengan Tuhan, ketika melalui kedekatannya dengan Tuhan jiwa itu secara efektiv dipisahkan dari tubuh secara spirituil, dan ia memandang tubuhnya dari luar seolah melihat dari kejauhan dan jiwa itu merasa bahwa tubuh itu bukan menjadi miliknya lagi. Dengan demikian jiwa itu bisa mengabaikan segalanya, yaitu segala hal yang dikenakan pada dirinya atau pada tubuhnya, seolah semua itu terjadi pada orang lain atau bukan pada dirinya. Karena dia yang telah bersatu dengan Tuhan adalah satu Roh (1Kor 6:17), yaitu bersama Tuhan. Karena itu kamu tak akan berpikir atau membayangkan sesuatu dihadapan Tuhan Allahmu, dan kamu tidak akan menghiraukan apa yang didengar atau dilihat oleh manusia atas dirimu, karena rasa hormatmu kepada Tuhan jauh lebih besar dari pada kepada manusia. Kini sudah saatnya bahwa seluruh pikiran dan angan-anganmu hanya tertuju kepada Tuhan saja dan sasaran utama dari pikiranmu hanyalah Dia saja, seolah tak ada apa-apa selain Dia dan berpegangan kepadaNya merupakan awal dari kehidupan mendatang.