Thursday, December 3, 2009

Berdoalah Credo




B A B 8

“Aku percaya akan Roh Kudus, Gereja Katolik yang kudus, persekutuan para kudus, pengampunan dosa dan kehidupan kekal”.

Seperti anda ketahui dari tanda salib, pengakuan iman Katolik adalah terhadap Tritunggal : aku percaya kepada Bapa, Putera dan Roh Kudus. Didalam doa Credo, seluruh bagian akhir dari doa itu berkaitan dengan Roh Kudus --- kepada Dia sebagai Karunia bagi Gereja.

Kita tak boleh memotong-motong kalimat terakhir dari Credo, seolah-olah masing-masing terpisah dari lainnya. Kita tak boleh berkata :’Aku percaya akan Roh Kudus’. Titik. Kemudian berkata lagi :’Aku percaya akan Gereja Katolik yang kudus’. Titik. Hal ini tidak boleh demikian. Tetapi kita harus berkata :’Aku percaya akan Roh Kudus, Gereja Katolik yang kudus’, .... dan seterusnya, hingga akhir, seperti didalam bagian awal dari bab ini.

Alasannya ialah bahwa Gereja, kesuciannya, sifat katoliknya, persekutuan para kudusnya, kuasanya untuk mengampuni dosa, kebangkitan badan, kehidupan kekal, semua ini adalah karya agung (magnalia Dei) dari Roh Kudus. Kita harus mendaraskan bagian Credo ini dengan rasa kagum, takjub, bahagia dan tercengang.

Karya pertama dari Roh Allah adalah mendorong persatuan. Dia menyatukan Bapa dan Putera menjadi satu kesatuan. Sementara itu Dia membuat mereka yang menerima Dia sebagai satu tubuh --- yaitu Gereja. Gereja dikandung oleh Roh Kudus. Gereja adalah karya agungNya.

Dan Dia bekerja melalui Gereja dengan dua cara : dengan membuat Gereja menjadi satu dan dengan menyucikan semua orang yang datang kepadanya. Dengan kata lain, karyaNya adalah penyatuan dan pertobatan. Credo menyatakan hal ini melalui kalimat ‘persekutuan para kudus’ dan ‘pengampunan dosa’.

Sebenarnya, persekutuan para kudus bukan mengacu kepada orangnya (para kudus itu) tetapi kepada Ekaristi Kudus yang diberikan kepada Gereja oleh Kristus. Namun Ekaristi Kudus adalah karya dari Roh Kudus. Sebelum konsekrasi didalam Misa Kudus kita berdoa : ‘Maka kami mohon, semoga RohMu menyucikan persembahan ini. Agar menjadi bagi kami tubuh dan darah PuteraMu terkasih, Tuhan kami, Yesus Kristus’. Seperti halnya Roh Kudus turun kepada Maria dan kemudian Sabda menjadi daging, maka Dia turun kepada roti dan anggur sehingga ia menjadi Tubuh dan Darah Kristus.

Roh Kudus membawa Kristus yang bangkit menuju altar kita untuk menciptakan persatuan : menjadikan semua orang yang menyembah Ekaristi sebagai satu kesatuan, dan semua Gereja-gereja di dunia sebagai satu Gereja. Setelah konsekrasi kita berdoa : ‘Kami mohon agar kami, yang menerima Tubuh dan Darah Kristus, dipersatukan oleh Roh Kudus menjadi umatMu’.

Kasih merupakan ikatan dari persatuan itu. Kasih hanya datang melalui Sakramen Kasih (Komuni Kudus) dan Allah Kasih (Roh Kudus). Pada saat Misa Kudus, sebelum konsekrasi, imam mengangkat tangannya diatas persembahan roti dan anggur dan berdoa agar Roh Kudus merubahnya menjadi Tubuh fisik Kristus.

Setelah konsekrasi imam menjulurkan tangannya kearah umat dan berdoa agar Roh Kudus yang sama, melalui kasihNya, merubah semua orang yang menerima Komuni Kudus itu menjadi satu komunitas kasih, tubuh mistik Kristus, Gereja. Jadi St.Agustinus berkata :’Gereja menciptakan Ekaristi, dan Ekaristi menciptakan Gereja’.

Anda bisa mengerti sekarang mengapa Bunda Maria di Medjugorje berkata kepada Jelena :’Sebelum Misa Kudus adalah perlu untuk berdoa kepada Roh Kudus’.

Setelah itu Komuni Kudus diperluas hingga meliputi orang-orang yang dipersatukan bersama dan disucikan olehnya, dan inilah Persekutuan Para Kudus.

Kemudian karena kasih itu lebih kuat dari pada kematian, sebuah dimensi kosmis ditambahkan. Persekutuan para kudus diperluas hingga mencakup melebihi garis depan kematian. Semua orang yang telah menerima satu Roh dan karunia-karuniaNya, adalah tetap satu bahkan setelah kematian mereka. Dan karena persatuan ini, maka ada sebuah persekutuan, sebuah tindakan berbagi rasa, terhadap karunia rohani diantara para kudus di Surga, di Api Pencucian dan di dunia.

Orang atheis bukanlah orang yang berkata : ‘Tak ada Tuhan’, tetapi orang yang berkata : ‘Tuhan itu ada’, tetapi dia tak percaya bahwa Tuhan itu bisa merubah dunia menjadi sebuah komunitas orang-orang yang saling mengasihi.

Roh Kudus memulai perubahan ini pada saat pembaptisan. Sementara Roh Kudus melayang-layang diatas air pada saat penciptaan dan menjadikan kosmos ini dari kekacauan, sebuah dunia yang indah dari tanah kosong, maka Roh yang sama juga melayang-layang diatas air pembaptisan dan merubah orang-orang menjadi makhluk yang baru yang disambut Bapa dengan kebahagiaan yang besar :’Inilah puteraKu yang Kukasihi’.

Pada mulanya, pembaptisan adalah merupakan Sakramen ‘pengampunan dosa’ yang agung. Itulah saatnya ketika sebuah perubahan batin terjadi, serta perubahan lain yang kelihatan didalam fisik orang-orang. Pada saat pembaptisan, calon baptis membuat janji iman dengan mendaraskan Credo dan sebuah pernyataan pertobatan dengan cara menolak setan serta segala perbuatan dan tipu muslihatnya, yaitu segala seuatu yang memecah belah Gereja, kebencian, perselisihan, pertengkaran.

Secara pelan-pelan, dan melalui pengalaman yang menyakitkan, maka orang-orang akhirnya menyadari bahwa meskipun orang Kristen yang telah dibaptis masih memerlukan pengampunan dosa. Karena itu Sakramen Rekonsiliasi diadakan serta pembaptisan berdiri dibelakangnya, yang menjadi awal dari kehidupan Kristiani, bukan sebagai perwujudan pertobatan yang aktif. Terutama saat ini, kita berbicara tentang umat Kristiani yang ‘dilahirkan kembali’. Kenyataannya adalah bahwa beberapa orang telah hanyut begitu jauh dari titik pijakan mereka semula, sumpah mereka pada saat pembaptisan, sehingga mereka perlu memulai lagi.

Maka unsur penting dari Gereja bukannya orang-orang yang menjadi anggotanya, dimana Roh Kudus tinggal didalamnya dan berkarya disitu dan melalui Gereja menjadikan orang-orang sebagai satu Gereja --- komunitas orang-orang yang mengasihi melalui Ekaristi, pembaptisan dan Sakramen Rekonsiliasi.

Didalam Kitab Suci, Roh Kudus turun keatas Gereja sebagai jawaban atas doa-doa (Kis.1:14;4:31). Karena itu Bunda Allah berkata kepada Jelena :’Mulailah setiap hari dengan memanggil Roh Kudus. Hal yang paling penting adalah berdoa kepada Roh Kudus’. Mengapa ? Karena ‘jika Roh Kudus turun ke dunia, maka segalanya menjadi jelas, segalanya akan dirubah’. Maka dengan rendah hati kita harus berdoa :”Datanglah Roh Kudus, penuhilah hati kami dengan kasihMu dan perbaharuilah muka bumi”.

(Bersambung)