Wednesday, December 2, 2009

Berdoalah Credo



B A B 7

“Dari situ Dia akan datang untuk mengadili orang yang hidup dan yang mati”.

Kalimat dari doa Credo ini berisi dua kebenaran : Pertama, kedatangan Yesus --- ‘Dari situ Dia akan datang’ (inilah Kedatangan Kedua atau Parousia). Dan kedua, kedatanganNya adalah untuk mengadili orang yang hidup dan yang mati --- orang-orang yang mati dari anagkatan terdahulu dan mereka yang hidup pada saat Kedatangan Kedua (2 Tim.4:1; 1 Tes.4:17).

Bahwa Yesus akan datang kembali, dua orang malaikat menyatakan hal itu kepada para murid setelah kenaikan Tuhan. “Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit ? Yesus ini, yang terangkat ke Surga meninggalkan kamu, akan datang kembali...” (Kis.1:11; 3:19:21). Kedatangan Kedua adalah merupakan bagian pokok dari ajaran umat Kristen awali.

Bahwa Yesus yang sama ini akan mengadili orang yang hidup dan yang mati, dikatakan oleh Petrus maupun Paulus (Kis.10:42,17:31). Yesus sering berbicara tentang pengadilan, terutama melalui perumpamaanNya. Kegagalan untuk menjalankan talenta seseorang adalah terkutuk (Mat.25:14-30). Tidak menolong orang yang membutuhkan, akan dihakimi dengan keras (Mat.25:31-46). Didalam perumpamaan orang kaya dan Lazarus, orang kaya itu disiksa bukan atas perbuatannya, tetapi atas sesuatu yang tidak diperbuatnya bagi orang yang membutuhkan (Luk.16:19:31).

Kini Kedatangan Kedua dari Yesus dipandang sebagai menandai akhir dunia ini.

Bagaimanakah anda membayangkan akhir dari dunia ini ? Apakah anda mengira bahwa Tuhan akan datang dari atas pada Akhir Zaman dan menghancurkan dunia ini, dan membawa kita semua ke Surga ? Atau apakah anda mengira Dia mengundang kita sekarang untuk membangun sebuah dunia baru dengan pertolonganNya ? Bukankah Dia mengajari kita berdoa :’Datanglah KerajaanMu diatas bumi seperti didalam Surga’ ? Akankah akhir dunia ini berupa sebuah bencana atau suatu penggenapan tertentu ? Akankah Tuhan mengakhiri dunia ini jika Dia berpikir bahwa Dia telah cukup banyak berbuat, atau apakah dunia hanya berakhir jika hal itu sudah selesai ? Apakah usaha manusia memiliki peranan didalam sebagian dari rencana Tuhan itu ?

Di Medjugorje, Bunda Maria telah mengundang kita untuk membantu dia membawa dunia ini kembali kepada Allah, untuk menjadikan dunia ini sebagai satu keluarga, seperti yang telah dia bentuk diantara kelima desa di keuskupan St.James di Medjugorje.

Terdapat banyak gerakan di dunia saat ini yang berusaha memberi makan kepada orang-orang lapar di dunia, membebaskan orang-orang tertindas, menjadikan dunia ini sebagai tempat yang lebih baik untuk ditinggali. Umat Kristiani tak boleh berprasangka buruk terhadap semua usaha ini, atau tetap diam saja. Pewartaan Injil bukanlah kisah Cassandra, tetapi umat Kristen hendaknya bisa bekerja sama dengan orang lain untuk mewujudkan humanisme di planet ini.

Kristus tidak datang untuk menghukum dunia ini tetapi untuk menyelamatkannya. Dia telah menciptakan bagi kita, garam, cahaya, dan adonan untuk merubahnya. Kita harus berusaha untuk membuang rasa cinta diri, keserakahan, dan kecongkakan. Kita harus membantu menciptakan manusia-manusia baru yang dipenuhi dengan kasih, ketulusan dan kesederhanaan. Kita harus berdoa bagi datangnya api Pentekosta yang baru, rahmat dan terang untuk membaharui Gereja. Kita harus berdoa agar Tuhan mengutus RohNya untuk membaharui muka bumi, sehingga akhir dunia ini tidak berupa sebuah bencana, melainkan sebuah kepenuhan.

Kita harus berusaha dan berdoa agar KerajaanNya datang ke dunia ini seperti di Surga, sehingga pada akhir nanti, Kristus bisa menghadirkan dihadapan BapaNya ‘sebuah Kerajaan yang universil dan abadi, sebuah Kerajaan kebenaran dan kehidupan, sebuah Kerajaan kesucian dan rahmat, sebuah Kerajaan keadilan, kasih dan damai’.

Sementara imam pada setiap Misa Kudus mengambil roti ‘yang dibuat oleh tangan manusia’, dan merubahnya menjadi Tubuh Kristus, maka hal yang sama oleh Roh dan usaha kita, dunia harus dirubah sehingga pada akhirnya Kristus akan bisa berkata kepada kita :”Datanglah dan tinggallah disini untuk selamanya, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan’ (Mat.25:34).

Begitu banyaknya cerita tentang Akhir Zaman. Adalah lebih baik jika kita merenungkan Kedatangan Kedua Yesus yang akan menandai Akhir Zaman itu.

Yang pertama, kenyataan bahwa Kedatangan Kedua mengatakan kepada kita bahwa sejarah itu berjalan linier, bukan melingkar, yaitu bahwa sejarah selalu berjalan maju didalam garis lurus kearah sebuah tujuan yang jelas.

Bagi orang-orang berhala zaman dulu, sejarah adalah bagaikan suatu lingkaran sederetan peristiwa-peristiwa yang terjadi berurutan dalam sebuah lingkaran, seperti halnya musim, yang terjadi berulang-ulang tanpa ada variasinya. Hal itu menjelaskan mengapa salah satu tanda dari paganisme (berhala) dan atheisme adalah ‘ennui’, kebosanan. Jika anda mengendarai mobil terus menerus didalam suatu lingkaran, anda akan menjadi gila rasanya. Hidup tanpa tujuan akan membuat orang menjadi gila, seolah menggali sebuah lubang kemudian menutupnya lagi.

GK Chesterton, didalam buku ‘Ballad of the White Horse’, secara cerdik menceritakan kontras antara kebahagiaan Kristiani dengan kelelahan dari paganisme. Balada itu berkisah tentang invasi Inggris oleh suku berhala Danes dibawah pimpinan Guthrum. Chesterton melukiskan umat Kristiani dibawah Alfred Agung sebagai manusia-manusia yang ‘tergetar oleh kebahagiaan besar’. Karena anda tak bisa memiliki suatu alasan untuk tidak bahagia, atau tak memiliki iman sehingga anda tak berpengharapan. Sebaliknya, kaum berhala Danes adalah orang-orang yang melihat ‘hanya dengan kelopak mata yang berat’. Guthrum, pemimpin mereka, duduk didepan api ‘dengan senyuman tersungging di bibirnya’. Kaum berhala itu tidak tahu bagaimana tertawa, karena ‘allah mereka lebih sedih dari pada laut’.

Karena kita percaya bahwa ‘Dia akan datang’, maka sejarah bagi umat Kristiani adalah bersifat linier. Hidup ini bukanlah tanpa tujuan, perjalanan yang tanpa arah, berjalan ke sembarang tempat. Ada sebuah tujuan, sebuah gol. Jadi kehidupan bukannya tanpa arah. Karena itu kehidupan ini merupakan jalan yang mulia menuju kasih, seperti halnya yang dilakukan oleh para kudus. Melemparkan sebuah bola bowling melewati lorongnya yang sempit itu tanpa ada pin di ujung sana, bukanlah lelucon. Namun taruhlah pin-pin itu di ujung jalannya yang sempit itu, berilah tujuan atau sasaran dari pelemparan bola itu, maka ia menjadi sebuah permainan yang menyenangkan. Karena itu, kehidupan yang tanpa tujuan adalah membosankan. Tetapi dengan tujuan yang jelas maka kehidupan ini layak untuk dijalani.

Bahwa ‘Dia akan datang untuk mengadili orang yang hidup dan yang mati’ mengatakan bahwa hidup ini selain berjalan menuju suatu tujuan tertentu, juga pada akhir nanti Yesus akan memberikan SabdaNya yang terakhir. Kebaikan, bukan kejahatan, akan menang pada akhirnya. Karena itu bertahanlah. Bunda Maria di Fatima mengatakan hal yang sama : “Pada akhirnya, HatiKu Yang Tak Bernoda akan menang !”.

Akhirnya, bahwa Dia akan datang, janganlah diartikan sebagai peristiwa masa mendatang. Bukankah Yesus pernah berkata :”Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firmanKu dan BapaKu akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia” (Yoh.14:23). Jika kita pergi kepada Yesus sekarang, maka Yesus akan datang kepada kita sekarang. Jika kita berusaha untuk mengenal Dia sekarang dengan cara membaca Injil setiap hari, Dia akan menunjukkan kepada kita bahwa Dia datang. “Jika dengan segenap hati kamu berbalik kepadaNya, dan dengan segenap jiwa berlaku benar dihadapanNya, niscaya Iapun berbalik kepada kamu, dan tidak disembunyikanNya WajahNya terhadap kamu” (Tob.13:6).

Kini, keputusan kita saat ini, akan menentukan bagaimana dunia akan berakhir atau membentuk kita. Itulah sebabnya jika Dia datang, Dia akan datang untuk mengadili. Tak seorangpun bisa lolos dari tanggung jawab ini, bagaimana kita menjalani kehidupan kita. Setiap orang akan dihakimi menurut perbuatannya.

Namun anda mungkin bertanya heran, jika Tuhan itu sebagai Bapa, Tuhan yang penuh kerahiman, mengapa Dia menghakimi ? Karena kita bebas. Bebas berarti kita bertanggung jawab. Bertanggung jawab berarti harus bisa menjawab seseorang. Doa Credo mengatakan kepada kita bahwa seseorang ini adalah Yesus. Dan Dia memiliki semua hak untuk mengadili kita, karena Dia tahu posisi kita, Dia menjalani kehidupan kita, dan Dia tahu apa artinya menjadi manusia, dan karena Dia mati bagi kita untuk memenangkan rahmat, yang bisa diterima ataupun ditolak oleh kita, dan hal ini menentukan penghakiman kita.

Gereja purba menekankan kalimat dari Credo ini :’Dia’, yaitu Dia akan datang untuk mengadili orang yang hidup dan yang mati. Bagi umat Kristen purba, kalimat ini merupakan pengharapan dan kebahagiaan ! Kalimat itu berkata kepada mereka : Renungkanlah hal itu, hakim kita bukanlah berasal dari jauh, tak berperasaan, hanya berpikir untuk menghukum kita, tetapi hakim itu adalah Seseorang yang dekat dengan kita, yang mengasihi kita, Saudara kita, yang mengasihi dan mati bagi kita, seorang Sahabat sejati ! Dengan kata lain, kartunya seolah tersusun sedemikian hingga menguntungkan kita. Karena itu umat Kristiani awali dulu dengan sungguh-sungguh mengharapkan penghakiman itu. Mereka berseru :”Marana tha --- Tuhan, datanglah !”. (1 Kor. 16:22; Why.22:20).

Namun pada Abad Pertengahan, penekanan berubah dari kebahagiaan dan pengharapan agama kepada moralitas. Sehingga penekanan didalam Credo berpindah kepada kata ‘mengadili’ --- ‘Dia akan MENGADILI orang yang hidup dan yang mati’. Pengadilan itu dipandang sebagai sebuah peristiwa yang menakutkan, ‘Sebuah hari kemurkaan’, kearah mana manusia melihat dengan rasa takut dan tegang.

Umat Kristiani awali dulu lebih dekat kepada kebenaran. Kalimat didalam Credo ini dimaksudkan untuk memberi kita pengharapan. Ia tidak berkata seperti yang diharapkan orang-orang bahwa Allah Yang Maha Kuasa, Yang Tak Terbatas, Yang Tak Dikenal, Yang Abadi, akan menghakimi kita. Bukan seperti itu, tetapi sebaliknya, pengadilan diserahkan kepada Dia, sebagai Manusia, adalah Saudara kita, yang mengasihi kita, yang mati bagi kita. Kepada Dia yang tidak mengabaikan kehidupan kita, tetapi Dia menjadi sama seperti kita dalam segala hal, kecuali dalam hal dosa. Dia bukanlah orang asing yang akan menghukum kita, karena Dia yang pengadilanNya seolah ucapan selamat datang bagi kita.

Karena itu, pada setiap Misa Kudus, setelah doa Bapa Kami, kita berdoa :”Tuhan, hindarkanlah kami dari segala kejahatan --- dari dosa dan dari segala kecemasan, sementara kami menunggu dengan pengharapan kebahagiaan bagi kedatangan Penyelamat kita, Yesus Kristus”.

Karena jika kita berusaha untuk hidup tanpa dosa dan kecemasan, maka penghakiman itu pastilah merupakan sebuah berkat, bukan kutukan, tetapi sebuah sambutan :”Mari, hai kamu yang diberkati oleh BapaKu, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan” (Mat.25:34).

(Bersambung)