Tuesday, December 1, 2009

Berdoalah Credo




B A B 6

“Yang naik ke Surga duduk disebelah kanan Allah Bapa Yang Maha Kuasa”

Berbicara tentang kenaikan, serta turunNya Yesus ke tempat penantian, menyusun suatu alam semesta tiga tingkatan. Kita katakan bahwa alam semesta seperti ini hampir-hampir tak bisa diterima oleh orang modern. ‘Diatas’ dan ‘dibawah’ --- dunia ini adalah disembarang tempat, dan dimana-mana diatur oleh hukum-hukum alam. Jadi tak ada struktur tiga tingkat itu.

Ide tentang ‘diatas’ dan ‘dibawah’ (‘naik’ dan ‘turun’) adalah istilah relatif yang tergentung kepada dimana seseorang berdiri. Kita tak memiliki titik pijakan yang absolut disini, sehingga kita hampir-hampir tak bisa berbicara tentang ‘diatas’ dan ‘dibawah’, atau untuk masalah ini, sebelah ‘kiri’ atau ‘kanan’.

Tak ada orang yang mempertanyakan tentang observasi dunia tiga tingkatan ini. Namun apakah konsepsi semacam ini, dimana Credo mengatakan bahwa Tuhan itu turun ke tempat penantian dan Dia naik ke Surga ? Dia ‘naik’ atau ‘turun’ bukanlah unsur pokok dari tulisan itu.

Jika kita melihat Kristus turun ke tempat penantian, hal itu tidak berkaitan sama sekali dengan kedalaman kosmos ini, maka tindakan itu tidak diperlukan sama sekali. Tetapi Credo itu menyentuh salah satu dimensi yang paling dalam dari keberadaan manusia --- yaitu neraka, suatu kesunyian yang absolut, terutama pada saat-saat kematian, yang berada jauh didalam hati manusia. Hal yang sama, Kristus naik ke Surga menyentuh dimensi yang berlawanan dengan keberadaan manusia --- pemujaan yang tertinggi dimana manusia bisa naik berhubungan dengan Allah Bapa, Surga, dan melalui kontak dengan Allah juga kontak dengan semua orang.

Neraka ada adalah karena tindakan manusia, tetapi Surga adalah suatu hadiah adikodrati dari Tuhan. Sebuah rahmat. Surga tidak boleh dipahami sebagai tempat yang abadi di atas dunia ini. Surga adalah tempat dimana Kristus ada, dimana Tuhan dan manusia didalam Kristus berjumpa dengan Allah Bapa. Surga dan kenaikan Kristus saling terkait satu dengan lainnya. Surga adalah masa depan umat manusia. Ia tertutup bagi manusia selama manusia tinggal sendirian saja. Namun dengan adanya persatuan Tuhan dengan manusia didalam Yesus, dan melalui kematianNya, ketika Dia melewati kehidupan ini, dan ‘naik ke Surga’ kepada kehidupan bersama Allah, BapaNya, yang berada diluar kehidupan ini, Yesus membukanya kembali.

Didalam ajaran-ajaran Yesus dan para rasul, nampaknya seolah-olah akhir dunia ini segera terjadi, yaitu didalam masa kehidupan para rasul itu. Mungkin hal ini karena kebangkitan dan kenaikan Yesus merupakan persatuan terakhir dari manusia dengan Tuhan, bukan saja didalam Yesus, tetapi juga Yesus dengan Bapa, sebuah proses yang menciptakan kebahagiaan abadi, yang bisa diterima oleh manusia. Melewati garis kematian, membuka dimensi masa depan manusia, sebuah masa depan yang telah dimulai. Jadi ide bahwa akhir dunia ini segera terjadi merupakan perwujudan dari Sabda Injil.

Dengan naik ke Surga, Yesus memutuskan semua ikatan pembatas bagi DiriNya oleh kemanusiaanNya. Kalimat ‘Yang duduk disebelah kanan Allah Bapa Yang Maha Kuasa’ berarti bahwa Dia memiliki kuasa yang sama dengan Bapa, sehingga kini Dia bisa memenuhi segala sesuatu (Ef.4:10).

Kini Dia bisa bertindak sebagai Allah, karena Dia memang Allah. Dia bisa mengutus RohNya turun kepada Gereja. Dia bisa menjadi pengantara bagi kita. Dia kini menjadi Pintu (Yoh.10:4), Pengantara (1 Tim.2:5) diantara manusia dengan Bapa. Jadi Dia bisa menolong kita, bahwa suatu hari nanti kitapun akan ‘naik ke Surga’, bersatu selamanya dengan Allah, BapaNya.

NaikNya ke Surga, bukanlah sekedar sebuah perubahan tempat tinggal. Louis Evely menulis bahwa untuk merayakan naiknya Tuhan kita : Pertama-tama perlu memahami perbedaan pokok antara ‘lenyap’ dan ‘berpisah’. Sebuah perpisahan menyebabkan suatu ‘kekosongan’, sedang ‘lenyap’ menunjukkan ‘kehadiran yang tersembunyi’.

Ketika Tuhan kita naik ke Surga, Dia tidaklah berpisah dengan kita. Dia tidak membiarkan kita menjadi yatim piatu. “Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Mat.28:20). Seperti halnya Putera Allah tidak meninggalkan BapaNya di Surga karena Dia menjadi manusia, maka Dia juga tidak meninggalkan kita di dunia ini karena Dia naik ke Surga.

Dia naik bukan sekedar untuk memuliakan dan memuji kemanusiaanNya lebih sempurna lagi, tetapi juga agar bisa menjadi lebih erat dengan kita masing-masing dari pada sebelumnya. Karena Dia duduk disebelah kanan Allah Bapa, maka Dia bisa juga memiliki kuasa yang amat besar. Setelah kenaikanNya, St.Markus menulis :”Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke Surga, lalu duduk disebelah kanan Allah” (Mar.16:19). Dan karena Dia berada disana, sebagai Manusia tangan kanan Bapa, maka Dia bisa memberi kekuatan kepada para muridNya untuk mewartakan Injil kepada dunia. Lalu St.Markus melanjutkan :”Merekapun pergilah memberitakan Injil kesegala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya” (Mar.16:20).

Sekali lagi, betapa bahagianya yang dinyatakan oleh kalimat didalam Credo ini yang dibawa kepada kita : Tuhan kita telah menghilang, namun bukan berarti Dia pergi berpisah dari kita. Kini Dia bisa hadir kepada kita masing-masing dengan cara yang lebih baik lagi dari pada cara lainnya, didalam bentuk tubuhNya --- didalam doa dan tindakan, didalam Sakramen-sakramen dan didalam tetangga kita. Kini Dia ada dimana-mana --- bagi kita. Duduk disebelah kanan BapaNya. “Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara kita” (Ibr.7:25).

Dia naik ke Surga untuk memuliakan kita semua disebelah kanan Bapa, kepada persatuan abadi bersama Dia di Surga.

(Bersambung)